Penutupan Pagelaran Seni Budaya Kota Medan 2015 Meriah
A
A
A
MEDAN - Ribuan pengunjung memadati Lapangan Merdeka Medan untuk menyaksikan malam penutupan Pagelaran Seni Budaya Multietnis Kota Medan 2015, Sabtu (5/9) malam.
Pengunjung dibuat terpukau dengan penampilan Sanggar Nggara Simbelin Lingga dan Etmo Siroga FIB Universityas Sumatera Utara (USU), binaan Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Masyarakat Karo Indonesia (DPC HMKI). Diiringi kolaborasi alat musik tradisional Karo dan alat musik modern, mereka berhasil menghipnosis pengunjung dengan lagu Si Mbicar Layo dan Tari Tungkat.
Penampilan Etmo Siroga FIB USU dan Sanggar Simbelin Lingga merupakan wujud kepedulian DPC HMKI dalam rangka mendukung pelestarian seni dan budaya di Kota Medan sebagai kota multietnis. Melalui Si Mbicar Layo dan Tari Tungkat, HMKI ingin memperkenalkan kepada warga Kota Medan, terutama para generasi muda, bahwa Bumi Turang (Tanah Karo) kaya akan seni dan budaya.
Tampil sebagai pembuka pada acara penutupan pagelaran itu adalah Sanggar Nggara Simbelin Lingga yang langsung menghentak panggung dengan petikan kulcapi (seperti gitar akustik yang hanya memiliki dua senar). Lalu diikuti tiupan sarune dan pukulan gendang sehingga membuat perhatian sontak terfokus ke panggung. Iringan musik ini semakin mendayudayu terutama saat melantunkan lagi Si Mbicar Layo.
Tidak hanya pengunjung lokal, sejumlah wisatawan mancanegara yang saat itu tengah menikmati aneka kuliner di Merdeka Walk pun terkesima dan kemudian berjalan mendekati panggung untuk menikmati iringan musik. Mereka mengaku selama berada di Kota Medan, belum pernah mendengar lantunan musik tradisional seperti itu. “ThatThats good. I love traditional music Karo,” ujar Steven, salah seorang turis asal Finlandia.
Seusai melantunkan lagu Si Mbicar Layo , Etmo Siroga FIB USU selanjutnya menjadi pengiring musik Tari Tungkat . Tarian yang dibawakan tiga penari pria ini merupakan sebuah ritual masyarakat Karo, terutama ketika ada warga bermimpi buruk, dilanda wabah penyakit, maupun diserang roh halus.
Awalnya dipanggil dua orang guru untuk mengatasinya dengan menggunakan Tungkat Penalun. Lantaran tidak berhasil, lalu dipanggil seorang guru lagi menggunakan tungkat paling sakti yang disebut Tungkat Malaikat dan berhasil mengatasinya.
Menurut Ketua DPC HMKI Kota Medan, Gelora Kurnia Putra Ginting, beberapa suku di Sumatera Utara menggunakan Tungkat Penalun ketika melakukan ritual, sedangkan penggunaan Tungkat Malaikat hanya dilakukan masyarakat Karo. Karena itulah HMKI ingin mengenalkan lebih jauh seni dan budaya Karo kepada masyarakat luas.
Salah satu upaya yang dilakukan dengan menampilkan lagu Si Mbicar Layo dan Tari Tungkat pada malam penutupan Pagelaran Seni Budaya Multietnis Kota Medan 2015. Pria yang saat ini menjabat Camat Medan Tuntungan ingin seni dan budaya Karo tetap lestari sepanjang masa.
Apalagi kebudayaan Karo penuh dengan filosofi dan petuah yang sangat baik untuk dijadikan tuntunan maupun pegangan hidup. “Jadi, seluruh jajaran DPC HMKI Kota Medan telah bertekad sebagai garda terdepan dalam pelestarian seni dan budaya Karo. Untuk itu kami akan terus mengangkat dan mengenalkan kebudayaan Karo, terutama kepada generasi muda. Dengan demikian mereka akan semakin mencintai seni dan kebudayaan Karo,” papar Gelora.
Sementara Ketua I DPC HMKI Kota Medan, Muhammad Edison Ginting, mengaku sangat bangga setelah melihat antusiasme pengunjung cukup tinggi menikmati lagu Si Mbicar Layo dan Tari Tungkat yang ditampilkan. Ditambah lagi lagu dan tarian itu sampai mengundang decak kagum dari sejumlah turis mancanegara.
“Ini membuktikan seni dan budaya Karo bersifat universal. Artinya, bisa dinikmati siapa saja dari belahan dunia ini. Karena itu, seni dan budaya Karo ini harus terus dipertahankan dan dikembangkan lagi, sehingga menarik perhatian siapa saja, terutama generasi muda Karo agar mereka lebih mencintainya lagi. Kita harus bangga sebagai orang Karo,” ungkap Ginting.
Dia berharap Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan rutin menggelar eventevent seperti ini. Selain untuk melestarikan sekaligus memperkenalkan seni dan budaya 14 etnis yang menghuni Kota Medan, even seperti ini tentunya bisa menarik wisatawan lokal maupun mancengara.
Malam penutupan Pagelaran Seni Budaya Multietnis Kota Medan 2015 juga diisi penampilan tarian yang dibawakan sanggar budaya undangan dari Kabupaten Bireuen, Aceh. Kemudian dilanjutkan dengan karnaval pakaian adat 14 etnis yang ada di Kota Medan. Sementara puncak penutupan diisi penampilan grup band asal ibu kota, Kangen Lagi Band.
lia anggia nasution
Pengunjung dibuat terpukau dengan penampilan Sanggar Nggara Simbelin Lingga dan Etmo Siroga FIB Universityas Sumatera Utara (USU), binaan Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Masyarakat Karo Indonesia (DPC HMKI). Diiringi kolaborasi alat musik tradisional Karo dan alat musik modern, mereka berhasil menghipnosis pengunjung dengan lagu Si Mbicar Layo dan Tari Tungkat.
Penampilan Etmo Siroga FIB USU dan Sanggar Simbelin Lingga merupakan wujud kepedulian DPC HMKI dalam rangka mendukung pelestarian seni dan budaya di Kota Medan sebagai kota multietnis. Melalui Si Mbicar Layo dan Tari Tungkat, HMKI ingin memperkenalkan kepada warga Kota Medan, terutama para generasi muda, bahwa Bumi Turang (Tanah Karo) kaya akan seni dan budaya.
Tampil sebagai pembuka pada acara penutupan pagelaran itu adalah Sanggar Nggara Simbelin Lingga yang langsung menghentak panggung dengan petikan kulcapi (seperti gitar akustik yang hanya memiliki dua senar). Lalu diikuti tiupan sarune dan pukulan gendang sehingga membuat perhatian sontak terfokus ke panggung. Iringan musik ini semakin mendayudayu terutama saat melantunkan lagi Si Mbicar Layo.
Tidak hanya pengunjung lokal, sejumlah wisatawan mancanegara yang saat itu tengah menikmati aneka kuliner di Merdeka Walk pun terkesima dan kemudian berjalan mendekati panggung untuk menikmati iringan musik. Mereka mengaku selama berada di Kota Medan, belum pernah mendengar lantunan musik tradisional seperti itu. “ThatThats good. I love traditional music Karo,” ujar Steven, salah seorang turis asal Finlandia.
Seusai melantunkan lagu Si Mbicar Layo , Etmo Siroga FIB USU selanjutnya menjadi pengiring musik Tari Tungkat . Tarian yang dibawakan tiga penari pria ini merupakan sebuah ritual masyarakat Karo, terutama ketika ada warga bermimpi buruk, dilanda wabah penyakit, maupun diserang roh halus.
Awalnya dipanggil dua orang guru untuk mengatasinya dengan menggunakan Tungkat Penalun. Lantaran tidak berhasil, lalu dipanggil seorang guru lagi menggunakan tungkat paling sakti yang disebut Tungkat Malaikat dan berhasil mengatasinya.
Menurut Ketua DPC HMKI Kota Medan, Gelora Kurnia Putra Ginting, beberapa suku di Sumatera Utara menggunakan Tungkat Penalun ketika melakukan ritual, sedangkan penggunaan Tungkat Malaikat hanya dilakukan masyarakat Karo. Karena itulah HMKI ingin mengenalkan lebih jauh seni dan budaya Karo kepada masyarakat luas.
Salah satu upaya yang dilakukan dengan menampilkan lagu Si Mbicar Layo dan Tari Tungkat pada malam penutupan Pagelaran Seni Budaya Multietnis Kota Medan 2015. Pria yang saat ini menjabat Camat Medan Tuntungan ingin seni dan budaya Karo tetap lestari sepanjang masa.
Apalagi kebudayaan Karo penuh dengan filosofi dan petuah yang sangat baik untuk dijadikan tuntunan maupun pegangan hidup. “Jadi, seluruh jajaran DPC HMKI Kota Medan telah bertekad sebagai garda terdepan dalam pelestarian seni dan budaya Karo. Untuk itu kami akan terus mengangkat dan mengenalkan kebudayaan Karo, terutama kepada generasi muda. Dengan demikian mereka akan semakin mencintai seni dan kebudayaan Karo,” papar Gelora.
Sementara Ketua I DPC HMKI Kota Medan, Muhammad Edison Ginting, mengaku sangat bangga setelah melihat antusiasme pengunjung cukup tinggi menikmati lagu Si Mbicar Layo dan Tari Tungkat yang ditampilkan. Ditambah lagi lagu dan tarian itu sampai mengundang decak kagum dari sejumlah turis mancanegara.
“Ini membuktikan seni dan budaya Karo bersifat universal. Artinya, bisa dinikmati siapa saja dari belahan dunia ini. Karena itu, seni dan budaya Karo ini harus terus dipertahankan dan dikembangkan lagi, sehingga menarik perhatian siapa saja, terutama generasi muda Karo agar mereka lebih mencintainya lagi. Kita harus bangga sebagai orang Karo,” ungkap Ginting.
Dia berharap Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan rutin menggelar eventevent seperti ini. Selain untuk melestarikan sekaligus memperkenalkan seni dan budaya 14 etnis yang menghuni Kota Medan, even seperti ini tentunya bisa menarik wisatawan lokal maupun mancengara.
Malam penutupan Pagelaran Seni Budaya Multietnis Kota Medan 2015 juga diisi penampilan tarian yang dibawakan sanggar budaya undangan dari Kabupaten Bireuen, Aceh. Kemudian dilanjutkan dengan karnaval pakaian adat 14 etnis yang ada di Kota Medan. Sementara puncak penutupan diisi penampilan grup band asal ibu kota, Kangen Lagi Band.
lia anggia nasution
(ftr)