Tak Kenal Impor, Panas Bumi Lebih Stabil

Senin, 07 September 2015 - 08:53 WIB
Tak Kenal Impor, Panas Bumi Lebih Stabil
Tak Kenal Impor, Panas Bumi Lebih Stabil
A A A
GARUT - Panas bumi tidak bisa berpindahpindah. Energi baru dan terbarukan ini tahan dari goncangan harga minyak dunia.

Demikian disampaikan Dosen Institut Teknologi Ban dung (ITB) Prihadi Sumin ta di - reja dan Climate and Energy Ma nager WWF Indonesia, In dra Sari War dhani. Prihadi dan Sari menilai panas bumi lebih stabil ke tim bang energi fosil karena tidak bisa diekspor atau diim por. “Berbeda dengan pem ba ng - kit listrik dari energi fosil, panas bumi berpeluang seba gai pri - mary base loadkarena da pat ber - operasi 24 jam se pan jang wak - tu. Oleh karenanya cocok meng - gantikan energi fosil yang ter - batas,” kata Pri hadi kepada KO - RAN SINDObelum lama ini.

Pengajar Program Studi Geo logi FITB dan Program Stu - di Magister Teknik Panas Bumi FTTM ITB ini melihat In do - nesia terbebani oleh ke bu tuhan energi yang melesat tajam. Se - jak tahun 2002, In do nesia men - jadi negara peng ekspor mi nyak. “Energi fosil harganya cu kup mahal dan sudah menipis. Pe - me rintah juga harus mem be - rikan subsidi saat bergan tung pada energi fosil. Se men tara, In donesia memiliki 129 gu - nung api. Banyaknya gu nung api memperlihatkan In do nesia tidak masalah dengan panas bumi,” ujarnya.

Senada dengan Prihadi, Sari menambahkan, “Mau har ga mi - nyak dunia naik atau tu run, pa - nas bumi jalan terus dan sta bil. Sifatnya site specific. Hanya di situ saja.” Sektor ekonomi In - donesia dinilai Sari masih boros energi. Diper lu kan banyak ener gi untuk men capai satu per sen pertum buh an ekonomi. “Tidak pernah ada kasus, per tumbuhan ekonomi kita le - bih tinggi dari permintaan ener - gi. Justru permintaan ener gi itu lebih besar dua atau tiga persen dari pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.

Dia men con tohkan, bila pertumbuhan ekonomi ber - ada di posisi 5,2 persen, maka ke - butuhan ener gi berada di ki sar - an 7,2 atau 8,2 persen. “Ana lo gi - nya kurang lebih begitu di setiap tahun nya,” ujarnya. Dari berbagai sumber yang di himpun, saat ini 47 persen ener gi nasional diandalkan dari minyak bumi, 24 persen dari gas bumi, 24 persen dari batubara, dan 5 persen sisanya dari ber ba - gai macam energi lain, salah sa - tu nya adalah ener gi dari panas bumi.

“Pa da hal potensi panas bumi In do nesia sebesar 29.000 mega watt (MW) atau sekitar 40 persen cadangan panas bumi du nia. Sementara yang baru ter - manfaatkan hanya kurang lebih 1.400 MW saja,” katanya. Sari menganggap panas bumi sebagai energi yang mam - pu menopang ketahanan energi nasional dalam jangka panjang.

Apalagi prinsip ener gi panas bumi sangat ber gan tung pada kelestarian alam. “Kenapa WWF mendukung panas bumi, ka rena energi ini mem bu tuh - kan hutan. Panas bumi sangat mengandalkan ke tersediaan air yang di sim pan oleh hutan. Kalau up stream-nya gundul, ten tu saja berdampak pada ke - lang sung an panas bumi yang ber sifat terbarukan. Lebih bu - ruk lagi bencana longsor,” ung - kap nya.

Bukaan lahan pada panas bumi sangat sedikit bila di ban - dingkan dengan batu bara. Bu - ka an lahan hanya akan di la ku - kan pada titik pengeboran yang dilakukan. “Selebihnya untuk office, jalur pipa, dan pem bang - kit. Tapi intinya mem buka la - han di panas bumi itu tidak se - luas batubara yang si fatnya open pit mining,” ujar nya.

Keuntungan lain dari pa nas bumi adalah rendahnya emisi bila dibanding dengan energi fosil. “Berdasarkan riset yang dilakukan IPCC and In do nesia’s First Communication First, emi si yang dihasilkan batu bara sangat tinggi, yaitu 964 kg per megawatt hour (MWh) CO2-e. Sementara panas bumi dalam ukuran yang sama hanya 148 kg per MWh,” sebutnya.

Di Garut

Penyebaran Panas bumi di Ka bupaten Garut, Jawa Barat, tersebar di sejumlah lokasi. Di - nas Sumber Daya Air Mi ne ral dan Pertambangan (SDAP) Ka - bu paten Garut, mencatat pro - ses produksi panas bumi yang sudah dimanfaatkan ber ada di kawasan Kamojang dan Dara - jat.

Total kapasitas yang ter pa - sang dari dua lokasi itu men ca - pai 505 MW, dengan rincian di Kamojang sebesar 235 MW dan Darajat 270 MW. “Sebelumnya kapasitas yang terpasang di Kamojang hanya 200 MW. Tapi sekarang pe me - rintah melalui PT Per tamina Geothermal Energy (PGE), te - lah mengoperasikan PLTP Ka - mo jang Unit V yang baru de - ngan kapasitas 35 MW,” kata Kasi Pengelolaan Migas dan Pa - nas Bumi Dinas SDAP Garut, Agus Saefudin.

Developer yang mengem - bang kan panas bumi di Kamo - jang adalah PT PGE, sementara di Darajat PT Chevron Gether - mal Indonesia (CGI). “Lokasi panas bumi di Garut lainnya adalah Karaha Bodas. Sekarang sedang proses konstruksi. Ka ta - nya rencana pembangkit lis trik yang sedang dibangun di sana berkapasitas 30 MW. Pe ngem - bangnya PT PGE,” ujar nya.

Agus menjelaskan, kapasi tas yang terpasang pada setiap PLTP tersebut belum tentu menggambarkan keseluruhan potensi panas bumi di satu lokasi. “Justru potensi yang se - be narnya lebih besar dari pada itu. Karena bila di satu titik po - tensinya ada 100 MW, itu tidak boleh diambil semuanya meski panas bumi itu sustainable.Un - tuk jaga-jaga bila sumur pro - duksi down,tidak susah men cari sumur pengganti,” papar nya.

Provinsi Jawa Barat sendiri menyimpan potensi panas bumi sebesar 6.096 MW dari cadangan panas bumi nasional sebesar 29.000 MW. Pada 2013 lalu ESDM mendata Jawa Barat memiliki 10 dari total 58 Wi la - yah Kerja Panas Bumi (WKP) di Indonesia. Ke-10 WKP ini terdiri dari Ciater-Tangkuban Perahu se be - sar 60 MW, Cibeureum-Para - bak ti 485 MW, Cibuni 140 MW, Cisolok Sukarame 45 MW, Gu - nung Tampomas 50 MW, Gu - nung Tangkuban Perahu 100 MW, Kamojang-Darajat 1.465 MW, Karaha Cakrabuana 725 MW, Panalengan 1.106 MW, dan Gunung Ciremai 150 MW.

Pemanfaatan panas bumi secara tidak langsung atau men - jadi energi listrik di Jawa Barat memiliki porsi terbesar di selu - ruh wilayah Indonesia, yaitu 1.109 MW dari kurang lebih 1.400 MW secara nasional. Jum lah di Jawa Barat tersebut me rupakan gabungan dari ka - pa sitas Pembangkit Wayang Win du WKP Pangalengan se be - sar 227 MW, Pembangkit Ka - mo jang WKP Kamojang-Dara - jat sebesar 235 MW, Pem bang - kit Darajat WKP Kamojang-Da - ra jat sebesar 270 MW, dan Pem - bangkit Salak WKP Cibereum- Parabakti sebesar 377 MW.

Penuhi Kebutuhan Listrik 5,3 Juta Jiwa

Chevron mengembangkan panas bumi di dua wilayah Jawa Barat, yaitu di Darajat melalui Chevron Geothermal In do ne - sia (CGI) Ltd., dan Pegunungan Salak melalui Chevron Geo ther - mal Salak (CGS) Ltd.

“Lapangan panas bumi di wilayah Darajat dan Pegunung - an Salak meng ha silkan uap serta listrik ber ka pa sitas setara 647 MW, atau 270 MW dari Darajat dan 377 MW dari Pegunungan Salak. Ka pa sitas ini dapat memenuhi ke bu tuhan listrik kira-kira 5,3 juta jiwa di Indonesia,” kata General Ma - nager Policy, Government, and Public Affairs PT CGI, Paul Mustakim.

Paul memaparkan, melalui CGI dan CGS, Chevron bermitra dengan dua Badan Usaha milik Negara (BUMN) yaitu Per ta - mina dan Perusahaan Listrik Ne gara (PLN). Listrik yang di ha - silkan Chevron disalurkan un - tuk jaringan PLN Jawa-Ma - dura-Bali. “Kegiatan komersial panas bumi Chevron di Darajat dan Pegunungan Salak dimulai pada 1994. Saat itu, kapasitas di Darajat 145 MW, sementara di Pegunungan Salak meng ha sil - kan listrik setara 110 MW,” te - rang nya.

Produksi listrik di kedua fasilitas ini pun mengalami pe - ning katan daya. Di Darajat, ka - pasitasnya naik menjadi 270 MW setelah selesainya pening - kat an kapasitas Unit III pada 2009. “Sementara di Salak, pe - ning katan telah lebih dahulu di - lakukan tahun 2005 atau empat tahun sebelumnya, dari 110 MW menjadi 377 MW,” im buh - nya.

Pengembangan panas bumi yang menjanjikan energi jangka panjang dalam jumlah besar, membuat Chevron ingin terus bekerja sama dengan pe me rin - tah Republik Indnesia. Sebab, kata Paul, selama ini potensi panas bumi belum banyak di - man faatkan. “Chevron ber ko mit men untuk terus bermitra dengan pemerintah Republik Indo - nesia dalam mengem bang kan sumber energi ter ba rukan, ber - sih, dan andal untuk menun - jang pertumbuhan eko nomi nasional,” imbuhnya.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian lingkung - an dan alam, Chevron melalui CGI terus melakukan berbagai kegiatan yang mendukung hal tersebut, guna memastikan panas bumi sebagai energi rendah emisi. Komitmen itu membuat CGI menjadi per usa - ha an pengelola panas bumi per - tama, yang meraih Sertifikasi Pengurangan Emisi (CERs) dari United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di sektor energi. “Sejak Desember 2006, CGI telah berhasil mencatatkan pe - ngurangan atau berkontribusi terhadap CERs sebanyak 4,2 juta ton karbon,” tandasnya.

Fani ferdiansyah
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4823 seconds (0.1#10.140)