Rupiah Melemah, Perajin Batik Terpuruk

Jum'at, 04 September 2015 - 08:35 WIB
Rupiah Melemah, Perajin Batik Terpuruk
Rupiah Melemah, Perajin Batik Terpuruk
A A A
SEMARANG - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar membuat kondisi industri batik di Jawa Tengah turut terpuruk. Kondisi tersebut menyebabkan sejumlah bahan produksi batik seperti kain dan pewarna batik mengalami kenaikan harga.

Salah satu perajin batik asal Solo Sri Sukamti mengaku, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak hanya membuat sejumlah bahan pembuatan batik mengalami kenaikan harga, namun juga pengaruh terhadap daya beli masyarakat. Dia mengaku, bahwa hampir 98% bahan baku batik, seperti mori dan lilin sampai pewarna kain didatangkan dari luar negeri yang sudah pasti mengalami kenaikan harga seiring melemahnya nilai rupiah.

Hanya saja, meskipun bahan baku mengalami kenaikan harga, namun para perajin tidak bisa menaikan harga jual, karena daya beli masyarakat yang juga mengalami penurunan. Menurut Sri, saat ini penjualan batik mengalami kemerosotan hingga 40% dibandingkan tahun lalu. “Sekarang ini penjualan batik sedang kurang bagus,” katanya, saat ditemui di Pameran Batik Craft di Java Mal Semarang, kemarin.

Dia mengaku, dengan kondisi ekonomi yang kurang baik banyak perajin batik memilih untuk memproduksi secukupnya saja.”Kita tidak berani produksi banyak karena memang pasar sedang lesu,” ungkapnya. Oleh karena itu para perajin batik berharap pemerintah dapat memberikan solusi bagaimana cara para pelaku usaha kerajinan batik dapat melangsungkan usahanya lagi tanpa dibayang- bayangi dengan kenaikan harga bahan baku.

Kepala Bidang Industri Logam dan Tekstil Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jateng Edi Wahyuono mengatakan, para perajin batik saat ini masih menahan produksi karena stoknya masih banyak akibat dari menurunnya permintaan.“ Salahsatu perajin batik di Sragen, saya tanya stoknya masih banyak sehingga produksi tidak seperti biasanya,” katanya.

Disebutkannya, untuk mengantisipasi mahalnya bahan baku terutama bahan pewarna, saat ini sejumlah industri batik berskala kecil sudah mulai menggunakan pewarna alami. Dengan bahan pewarna alami, kata Edi, bisa menekan pengeluaran produksi. Dia mengaku, pemerintah terus berusaha untuk mendorong pertumbuhan industri batik yang ada di Jawa Tengah, melalui berbagai pameran dan juga bantuan pendanaan.

Andik sismanto
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5415 seconds (0.1#10.140)