Bersepeda untuk Kurangi Kemacetan dan Polusi
A
A
A
Arus lalu lintas di Kota Semarang setiap hari semakin padat. Kemacetan dan polusi udara selalu terjadi di kota yang dikenal dengan sebutan Kota ATLAS ini. Untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, banyak kebijakan yang dilakukan pemerintah.
Salah satunya dengan menyediakan moda transportasi umum. Namun, hingga kini moda transportasi umum tersebut masih kalah pamor dengan kendaraan pribadi. Soal kepadatan arus lalu lintas dan polusi udara tak hanya menjadi urusan pemerintah, masyarakat juga harus berperan aktif mendukung program itu. Salah satu komunitas yang aktif menyuarakan pengurangan penggunaan kendaraan pribadi yakni Komunitas Sepeda Lipat Semarang (KomseliS).
Sejak didirikan Oktober 2009, komunitas yang memiliki anggota aktif 30 orang ini selalu mengajak masyarakat menggunakan sepeda setiap aktivitas sehari-hari. “Selain untuk ajang kumpul bagi pencinta sepeda lipat, tujuan utama berdirinya komunitas ini adalah mengajak masyarakat gemar bersepeda dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari,” kata Ketua KomseliS Wahyu Suhardi kepada KORAN SINDO kemarin. Sepeda lipat sangat cocok digunakan oleh masyarakat.
Selain menyehatkan dan mengurangi polusi udara, sepeda yang memiliki keunikan tersendiri dibanding jenis sepeda lain itu juga sangat cocok digunakan oleh semua elemen masyarakat. “Keunikan sepeda lipat ini cocok digunakan untuk commuting . Artinya, saat capek bersepeda, sepeda dapat dilipat dan dinaikkan ke moda transportasi umum lainnya, seperti BRT, kereta, taksi, dan lainnya. Bentuknya yang kecil dan dapat dilipat tentu sangat praktis dan tidak memakan tempat banyak dibanding jenis sepeda lainnya,” papar Wahyu.
Selain itu, sepeda lipat dapat di-upgrade dengan komponen sepeda lainnya. Jika membutuhkan kecepatan, dapat dipasang komponen-komponen sepeda balap pada sepeda lipat itu. “Mungkin karena keunikan-keunikan itu, penggemar sepeda lipat di Kota Semarang semakin banyak. Setiap kami kumpul rutin pada minggu pagi di Taman Pandanaran serta Senin dan Jumat malam di Pahlawan, pesertanya cukup banyak,” ujar Wahyu.
Kehadiran KomseliS tersebut diharapkan mampu mengampanyekan gerakan bersepeda di Kota Semarang. Dengan begitu, Kota Semarang akan terhindar dari kemacetan dan mengurangi polusi udara. “Kami juga berharap Pemerintah Kota Semarang serius memberikan perhatian kepada pengguna sepeda. Selama ini memang sudah ada jalur khusus sepeda, namun penggunaannya masih belum sesuai karena digunakan parkir atau PKL. Harusnya tak hanya menyediakan jalur khusus sepeda, tapi juga sanksi hukum jika ada yang melanggar jalur itu,” tandasnya.
Salah satu anggota KomseliS, Yuniar, senang dapat menjadi bagian dari komunitas ini. Selain bertujuan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan polusi udara, keberadaan komunitas tersebut juga sangat bermanfaat menjalin persaudaraan antarsesama anggota. “Selain itu, komunitas ini tak hanya untuk ajang kumpul belaka.
Kami juga sering mengumpulkan donasi untuk bakti sosial kepada masyarakat yang membutuhkan. Setiap bulan suci Ramadan, kami selalu rutin melakukan bakti sosial ke panti asuhan,” ungkapnya.
Salah satunya dengan menyediakan moda transportasi umum. Namun, hingga kini moda transportasi umum tersebut masih kalah pamor dengan kendaraan pribadi. Soal kepadatan arus lalu lintas dan polusi udara tak hanya menjadi urusan pemerintah, masyarakat juga harus berperan aktif mendukung program itu. Salah satu komunitas yang aktif menyuarakan pengurangan penggunaan kendaraan pribadi yakni Komunitas Sepeda Lipat Semarang (KomseliS).
Sejak didirikan Oktober 2009, komunitas yang memiliki anggota aktif 30 orang ini selalu mengajak masyarakat menggunakan sepeda setiap aktivitas sehari-hari. “Selain untuk ajang kumpul bagi pencinta sepeda lipat, tujuan utama berdirinya komunitas ini adalah mengajak masyarakat gemar bersepeda dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari,” kata Ketua KomseliS Wahyu Suhardi kepada KORAN SINDO kemarin. Sepeda lipat sangat cocok digunakan oleh masyarakat.
Selain menyehatkan dan mengurangi polusi udara, sepeda yang memiliki keunikan tersendiri dibanding jenis sepeda lain itu juga sangat cocok digunakan oleh semua elemen masyarakat. “Keunikan sepeda lipat ini cocok digunakan untuk commuting . Artinya, saat capek bersepeda, sepeda dapat dilipat dan dinaikkan ke moda transportasi umum lainnya, seperti BRT, kereta, taksi, dan lainnya. Bentuknya yang kecil dan dapat dilipat tentu sangat praktis dan tidak memakan tempat banyak dibanding jenis sepeda lainnya,” papar Wahyu.
Selain itu, sepeda lipat dapat di-upgrade dengan komponen sepeda lainnya. Jika membutuhkan kecepatan, dapat dipasang komponen-komponen sepeda balap pada sepeda lipat itu. “Mungkin karena keunikan-keunikan itu, penggemar sepeda lipat di Kota Semarang semakin banyak. Setiap kami kumpul rutin pada minggu pagi di Taman Pandanaran serta Senin dan Jumat malam di Pahlawan, pesertanya cukup banyak,” ujar Wahyu.
Kehadiran KomseliS tersebut diharapkan mampu mengampanyekan gerakan bersepeda di Kota Semarang. Dengan begitu, Kota Semarang akan terhindar dari kemacetan dan mengurangi polusi udara. “Kami juga berharap Pemerintah Kota Semarang serius memberikan perhatian kepada pengguna sepeda. Selama ini memang sudah ada jalur khusus sepeda, namun penggunaannya masih belum sesuai karena digunakan parkir atau PKL. Harusnya tak hanya menyediakan jalur khusus sepeda, tapi juga sanksi hukum jika ada yang melanggar jalur itu,” tandasnya.
Salah satu anggota KomseliS, Yuniar, senang dapat menjadi bagian dari komunitas ini. Selain bertujuan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan polusi udara, keberadaan komunitas tersebut juga sangat bermanfaat menjalin persaudaraan antarsesama anggota. “Selain itu, komunitas ini tak hanya untuk ajang kumpul belaka.
Kami juga sering mengumpulkan donasi untuk bakti sosial kepada masyarakat yang membutuhkan. Setiap bulan suci Ramadan, kami selalu rutin melakukan bakti sosial ke panti asuhan,” ungkapnya.
(ars)