Perajin Tahu Terancam Bangkrut

Kamis, 27 Agustus 2015 - 09:42 WIB
Perajin Tahu Terancam Bangkrut
Perajin Tahu Terancam Bangkrut
A A A
SUBANG - Belasan perajin tahu di kawasan Blok Kopti Kelurahan Cigadung, Kecamatan/ Ka bupaten Subang, terancam bangkrut, akibat harga bahan baku, yakni kedelai mengalami kenaikan sebagai dampak terpuruknya ni lai tukar rupiah di level Rp14.000 per dollar.

“Selama ini, bahan baku pembuat an tahu mengandalkan ke delai impor. Akibatnya, begitu nilai rupiah anjlok, otomatis harga kedelai pun ikut-ikutan naik. Yang terkena dampaknya tentu saja kami selaku perajin,”keluh Ha fid, perajin tahu asal Blok Kopti Subang, kepada KORAN SINDOkemarin. Pascaanjloknya rupiah, harga kedelai impor mengalami kenaikan Rp500 per kilogram, dari semula Rp7.000 menjadi Rp7.500 per kilogram.

Meski kenaikan nya terlihat tidak seberapa, namun dampaknya cukup luas dan nyaris membang krut kan usaha para perajin tahu serta tempe. Untuk menyiasati kerugian akibat membengkaknya operasional, para perajin terpaksa mengurangi jumlah produksi, na mun masih tetap memertahankan harga normal.

“Harga tetap normal, tapi kuantitas tahu dikurangi, misalnya bentuknya agak diperkecil. Kalau nggak disiasati kayak begini, kami bisa rugi. Malah, salahsalah bisa bangkrut. Sebaliknya, jika harga dinaikkan, pembeli bisa kabur,”tuturnya. Selain mengurangi jumlah produksi tahu, pascakenaikan harga kedelai yang dipicu anjloknya rupiah, pihaknya juga dituntut berpikir keras untuk menyelamatkan para karyawannya dari ancaman PHK.

“Saya punya karyawan tiga orang, mereka jangan sampai berhenti kerja hanya gara-gara rupiah terpuruk. Untuk mengatasinya, saya harus mengurangi jumlah produksi, dari biasanya dua kuintal kedelai per hari, sekarang menjadi satu kuintal saja,” beber Hafid. Selanjutnya, dia bersama belasan perajin tahu dan tempe lainnya, berharap, pemerintah bisa segera mengupayakan solusi konkret untuk kembali menormalkan harga kedelai.

“Syukur-syukur kalau harganya turun, minimal ya bisa dinormalkan kembali. Jangan sampai seperti tahun lalu, garagara rupiah terpuruk, harga kedelai sampai menembus Rp9.000 per kilogram, ini bisa membangkrutkan usaha kami. Pemerintah harus segera carikan solusi,”pungkasnya.

Usep Husaeni
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5014 seconds (0.1#10.140)