Lestarikan Leluhur dalam Menjaga Ekosistem

Senin, 24 Agustus 2015 - 10:43 WIB
Lestarikan Leluhur dalam Menjaga Ekosistem
Lestarikan Leluhur dalam Menjaga Ekosistem
A A A
Sungai Desa Laban, Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal ramai didatangi ratusan warga setempat, kemarin.

Mayoritas dari mereka membawa susug , sebuah alat berbentuk kerucut untuk me nang kap ikan. Hari itu, warga tengah mengikuti lomba gebyuk ikan di sungai dalam rangka memperingati HUT RI Ke-70. Setelah lomba resmi dibuka, ratusan warga langsung menceburkan diri ke sungai.

Dengan susug di tangan, mereka terus berjalan sembari memperkeruh air su ngai. Hal itu supaya ikan yang ada bergerak tidak teratur dan mudah masuk pe - rangkap susug . Selanjut nya, ikan diambil de ngan tangan. Lomba yang berjalan semarak ini memang sengaja digelar untuk melestarikan leluhur dalam menjaga ekosistem. Yakni menangkap ikan dengan cara tradisional tanpa alat ataupun obat yang merusak alam. Momentum HUT RI Ke- 70 menjadi ruang untuk menyampaikan hal itu dalam bentuk hiburan perlombaan.

Kepala Desa Laban Mo - hamad Ulil Amri mengatakan, tradisi gebyuk ikan hampir punah seiring kemajuan teknologi. Namun, tidak se mua alat tangkap ikan merupakan ramah ling kungan. “Kebetulan bertepatan dengan HUT RI Ke-70, tradisi ini kemudian dibuat lomba. Tra - disi ini sudah berjalan turuntemurun dan hanya dilakukan saat musim kemarau.

Supaya tidak punah remaja desa mencoba untuk melestarikannya lagi,” kata nya, kemarin. Menurutnya, tradisi ini harus dipertahankan karena un tuk tetap menyadarkan ma - sya rakat agar tetap menjaga ekosistem sungai. Apalagi ikan yang ditangkap hanya ikan yang layak dikonsumsi, sementara untuk ikan kecil akan dilepaskan. “Hanya ikan yang ber ukur - an besar saja yang ditang kap, yang kecil dilepaskan.

Pemenang sendiri ditentukan dengan berat dan besar ikan tangkapan,” tuturnya. Tokoh masyarakat Desa Laban, Wiwid Bekti Nugraha menjelakan bahwa tradisi tersebut adalah salah satu cara menjaga kerukunan dan tali silaturahmi antar warga. Hal ini dikarenakan gebyuk ikan harus dilakukan bersamasama dengan sistem kelompok.

“Tidak seperti memancing, dibutuhkan kerja sama tim agar air sungai menjadi keruh agar ikan bisa ditangkap,” tuturnya. Meski dilakukan bersamasama, lomba ini bukan nya ti dak memiliki risiko. Ikan do rang dan sembilang adalah sa lah satu jenis ikan yang mempunyai sengat sehingga dibutuhkan kewaspadaan yang tinggi. “Kalau terkena sengat harus segera keluar dan dibawa ke puskesmas, sehingga perlu hati-hati dan harus menggunakan sarung ta ngan.

Tapi namanya tradisi harus tetap dilestarikan,” katanya. Sementara itu Saíari salah satu peserta lomba mengaku, menangkap ikan dengan cara ini dianggap lebih mudah dibandingkan menggunakan jaring dan memancing. “Ikan yang ditangkap pasti berukuran besar, sisi positifnya bisa menjalin keru kunan dengan warga lain nya,” tandasnya.

Wikha Setiawan Kendal
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5916 seconds (0.1#10.140)