2 Siswa Kritis Dianiaya Senior
A
A
A
SUKOHARJO - Kasus dugaan penganiayaan terhadap siswa mencuat di SMK Pelayaran Pancasila Kartasura, Sukoharjo. Sebanyak lima siswa diduga menjadi korban kekerasan fisik dari seniornya dalam kegiatan Pendidikan Dasar Ketarunaan (Diksartar).
Dua di antaranya bahkan harus menjalani rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kartasura. Keduanya, yakni Agus Riyanto, 16, warga Sekaran, Banaran, Delanggu, Klaten dan Andri Beni Saputra, 16, warga Dukuh Nangsri Kidul, Desa Mudah, Boyolali. Korban dirawat di ruang Al Falaq.
Sementara tiga lainnya hanya rawat jalan. Kepada wartawan, orang tua Agus, Sutarmin, 46, dan Sumiyati, 46, menuturkan, anaknya mendapatkan dua kali kekerasan dari seniornya di sekolah. Pertama, terjadi saat mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) satu pekan sebelumnya. Saat itu anaknya dipukul seniornya sehingga mengeluh sakit. Dia lantas membawa Agus ke Rumah Sakit Dr Oen Sawit, Boyolali. “Saat itu dokter menyarankan Agus beristirahat di rumah selama dua atau tiga hari dan kami ikuti,” papar Sutarmin.
Kedua , terjadi saat Agus kembali masuk sekolah dan mengikuti kegiatan Diksartar. Agus justru kembali mendapatkan kekerasan fisik dari para seniornya. Dari penuturan Agus, anaknya dipukul dan disuruh berguling-guling sampai pingsan. “Saya mendapat kabar setelah Agus masuk rumah sakit,” ungkapnya. Mendapat kabar tersebut, Sutarmin langsung mendatangi RS PKU Muhammadiyah Kartasura.
Saat pertama melihat Agus, kondisinya sangat parah hingga tak sadarkan diri. Agus mengeluhkan sakit di bagian perut dan ada memar di bagian ulu hati. Selain itu, kaki kiri Agus juga kram dan tidak bisa digerakkan. Kekerasan fisik yang diterima anaknya terjadi di lapangan Gunung Kunci, Kartasura. Kejadian kekerasan tersebut terjadi saat kegiatan Diksartar telah selesai.
Waktu istirahat, kata Sutarmin, para seniornya melakukan kekerasan fisik dengan memukul dan menendang tubuh Agus. “Ada lima siswa yang jadi korban, tiga sudah pulang dan dua masih dirawat. Selain anak saya Agus, satu siswa lainnya, Andri, juga dirawat di RS PKU Muhammadiyah Kartasura ini,” ujarnya. Setelah kejadian itu, Sutarmin sudah meminta penjelasan dari sekolah.
Saat itu sekolah menyatakan akan menyelesaikan kasus dengan memanggil para senior yang diduga menjadi pelaku tindak kekerasan tersebut. Siswa korban kekerasan lainnya, Andri Beni Saputra yang ditemui di RS PKU Muhammadiyah Kartasura, mengakui kekerasan fisik bermula saat temannya tersebut melakukan kesalahan dalam latihan baris-berbaris. Saat itu seniornya menarik Agus ke belakang dan melakukan pemukulan.
“Kalau yang terjadi pada saya lebih karena dehidrasi kekurangan air saat kegiatan Diksartar,” ucapnya. Kepala SMK Pelayaran Pancasila Kartasura Agus Nadi yang dikonfirmasi mengatakan, penyambutan siswa baru di sekolah yang dipimpinnya memang berbeda dan terbagi dua kegiatan yang harus diikuti siswa. Pertama MOS dan kegiatan Diksartar sebagai bagian dari kegiatan pelayaran laut.
Khusus untuk Diksartar diselenggarakan selama empat hari, dimulai Senin sampai Kamis (10-13/8). Dalam kegiatan tersebut, pihak sekolah sebenarnya sudah melarang senior melakukan tindak kekerasan fisik kepada juniornya. Ketegasan tersebut seperti termuat di dalam buku saku atau tata tertib sekolah. Agus juga mengatakan, setelah siswa dibawa ke rumah sakit, sekolah lantas menghubungi kedua orang tua siswa tersebut.
“Sekolah jelas melarang adanya tindak kekerasan fisik. Setelah kejadian ini, kami pasti akan memanggil para senior dan orang tuanya untuk diberikan pembinaan, termasuk sanksi sesuai dengan bentuk pelanggarannya,” tandasnya.
Sumarno
Dua di antaranya bahkan harus menjalani rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kartasura. Keduanya, yakni Agus Riyanto, 16, warga Sekaran, Banaran, Delanggu, Klaten dan Andri Beni Saputra, 16, warga Dukuh Nangsri Kidul, Desa Mudah, Boyolali. Korban dirawat di ruang Al Falaq.
Sementara tiga lainnya hanya rawat jalan. Kepada wartawan, orang tua Agus, Sutarmin, 46, dan Sumiyati, 46, menuturkan, anaknya mendapatkan dua kali kekerasan dari seniornya di sekolah. Pertama, terjadi saat mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) satu pekan sebelumnya. Saat itu anaknya dipukul seniornya sehingga mengeluh sakit. Dia lantas membawa Agus ke Rumah Sakit Dr Oen Sawit, Boyolali. “Saat itu dokter menyarankan Agus beristirahat di rumah selama dua atau tiga hari dan kami ikuti,” papar Sutarmin.
Kedua , terjadi saat Agus kembali masuk sekolah dan mengikuti kegiatan Diksartar. Agus justru kembali mendapatkan kekerasan fisik dari para seniornya. Dari penuturan Agus, anaknya dipukul dan disuruh berguling-guling sampai pingsan. “Saya mendapat kabar setelah Agus masuk rumah sakit,” ungkapnya. Mendapat kabar tersebut, Sutarmin langsung mendatangi RS PKU Muhammadiyah Kartasura.
Saat pertama melihat Agus, kondisinya sangat parah hingga tak sadarkan diri. Agus mengeluhkan sakit di bagian perut dan ada memar di bagian ulu hati. Selain itu, kaki kiri Agus juga kram dan tidak bisa digerakkan. Kekerasan fisik yang diterima anaknya terjadi di lapangan Gunung Kunci, Kartasura. Kejadian kekerasan tersebut terjadi saat kegiatan Diksartar telah selesai.
Waktu istirahat, kata Sutarmin, para seniornya melakukan kekerasan fisik dengan memukul dan menendang tubuh Agus. “Ada lima siswa yang jadi korban, tiga sudah pulang dan dua masih dirawat. Selain anak saya Agus, satu siswa lainnya, Andri, juga dirawat di RS PKU Muhammadiyah Kartasura ini,” ujarnya. Setelah kejadian itu, Sutarmin sudah meminta penjelasan dari sekolah.
Saat itu sekolah menyatakan akan menyelesaikan kasus dengan memanggil para senior yang diduga menjadi pelaku tindak kekerasan tersebut. Siswa korban kekerasan lainnya, Andri Beni Saputra yang ditemui di RS PKU Muhammadiyah Kartasura, mengakui kekerasan fisik bermula saat temannya tersebut melakukan kesalahan dalam latihan baris-berbaris. Saat itu seniornya menarik Agus ke belakang dan melakukan pemukulan.
“Kalau yang terjadi pada saya lebih karena dehidrasi kekurangan air saat kegiatan Diksartar,” ucapnya. Kepala SMK Pelayaran Pancasila Kartasura Agus Nadi yang dikonfirmasi mengatakan, penyambutan siswa baru di sekolah yang dipimpinnya memang berbeda dan terbagi dua kegiatan yang harus diikuti siswa. Pertama MOS dan kegiatan Diksartar sebagai bagian dari kegiatan pelayaran laut.
Khusus untuk Diksartar diselenggarakan selama empat hari, dimulai Senin sampai Kamis (10-13/8). Dalam kegiatan tersebut, pihak sekolah sebenarnya sudah melarang senior melakukan tindak kekerasan fisik kepada juniornya. Ketegasan tersebut seperti termuat di dalam buku saku atau tata tertib sekolah. Agus juga mengatakan, setelah siswa dibawa ke rumah sakit, sekolah lantas menghubungi kedua orang tua siswa tersebut.
“Sekolah jelas melarang adanya tindak kekerasan fisik. Setelah kejadian ini, kami pasti akan memanggil para senior dan orang tuanya untuk diberikan pembinaan, termasuk sanksi sesuai dengan bentuk pelanggarannya,” tandasnya.
Sumarno
(ars)