Miris, Usai MOS 80 Siswa SMK di Blitar Dikeluarkan

Miris, Usai MOS 80 Siswa SMK di Blitar Dikeluarkan
A
A
A
BLITAR - Sebanyak 80 siswa baru SMK Negeri 01 Udanawu Kabupaten Blitar dikeluarkan secara sepihak oleh sekolah.
Padahal para siswa telah mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) atau Ospek. Nama mereka juga tercantum dalam daftar pengumuman siswa baru tahun 2015 yang diterima.
"Sebanyak 21 siswa dikeluarkan usai MOS hari pertama. Selebihnya dikeluarkan hari kedua " ujar Koordinator LSM Poros Pendidikan, Abdul Kholik yang menjadi juru bicara wali murid, Rabu 5 Agustus 2015
MOS siswa baru berlangsung 27-29 Juli 2015 dan diikuti sekitar 650 siswa baru. Karena merasa bagian dari siswa yang diterima, 80 siswa juga ikut seperti lainya.
Usai kegiatan hari pertama mereka dipanggil ketua panitia penerimaan siswa baru (PSB). Secara lisan dikatakan mulai hari selanjutnya tidak perlu masuk sekolah lagi.
Menurut Kholik tidak sedikit siswa yang menangis histeris mendengar keputusan itu. Terutama para siswa yang terlanjur kena hukuman penggundulan rambut selama kegiatan MOS.
"Banyak yang menangis histeris sesampai di rumah. Bahkan ada yang mogok tidak mau masuk sekolah lain, " terangnya.
Kholik mengaku sudah tiga kali mendatangi Ketua PSB Mujiono yang juga menjabat Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.
Jawaban Mujiono, kata Kholik para siswa tidak mampu menunjukkan bukti fisik bahwa mereka telah terdaftar sebagai siswa SMKN 01 Udanawu.
Padahal saat registrasi ulang dengan biaya Rp2 juta per siswa, para wali murid sudah menyiapkan dana. "Namun saat itu pihak sekolah mengatakan registrasi belakangan saja. Yang penting ikut MOS dulu, "terangnya.
Ada dugaan sekolah telah melakukan permainan jual beli bangku. Diduga ada sejumlah siswa "siluman" yang memang disiapkan menggeser keberadaan siswa yang lebih dulu diterima.
Kholik meminta dinas pendidikan dan legislatif turun tangan mengatasi persoalan ini. Sebab apa yang dilakukan SMKN 01 Udanawu bentuk arogansi dunia pendidikan.
"Kami juga telah mengadukan masalah ini ke legislatif. Kami berharap masalah ini diusut tuntas, " tegasnya.
Sementara secara terpisah Kepala Sekolah SMKN 01 Udanawu Hartoyo mengatakan pihaknya sudah menjalankan prosedur pendidikan sesuai aturan.
Para siswa baru yang dikeluarkan itu karena tidak melakukan registrasi ulang. Jumlah mereka, kata Hartoyo 40 siswa, bukan 80 siswa. "Mereka tidak kunjung daftar ulang hingga batas waktu yang ditentukan, "ujarnya.
Mengenai kehadiran para siswa di acara MOS, kata Hartoyo adalah inisiatif yang bersangkutan.
Sekolah tidak pernah meminta para siswa yang dikeluarkan untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan. "Itu iniasitif siswa sendiri. Bukan kemauan sekolah, " sebutnya.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar Totok Subihandono justru mengaku belum mendengar permasalahan itu.
Karenanya ia berjanji segera meminta keterangan pihak sekolah. "Saya belum dengar soal itu. Kita akan klarifikasi ke sekolah, " ujarnya singkat.
Padahal para siswa telah mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) atau Ospek. Nama mereka juga tercantum dalam daftar pengumuman siswa baru tahun 2015 yang diterima.
"Sebanyak 21 siswa dikeluarkan usai MOS hari pertama. Selebihnya dikeluarkan hari kedua " ujar Koordinator LSM Poros Pendidikan, Abdul Kholik yang menjadi juru bicara wali murid, Rabu 5 Agustus 2015
MOS siswa baru berlangsung 27-29 Juli 2015 dan diikuti sekitar 650 siswa baru. Karena merasa bagian dari siswa yang diterima, 80 siswa juga ikut seperti lainya.
Usai kegiatan hari pertama mereka dipanggil ketua panitia penerimaan siswa baru (PSB). Secara lisan dikatakan mulai hari selanjutnya tidak perlu masuk sekolah lagi.
Menurut Kholik tidak sedikit siswa yang menangis histeris mendengar keputusan itu. Terutama para siswa yang terlanjur kena hukuman penggundulan rambut selama kegiatan MOS.
"Banyak yang menangis histeris sesampai di rumah. Bahkan ada yang mogok tidak mau masuk sekolah lain, " terangnya.
Kholik mengaku sudah tiga kali mendatangi Ketua PSB Mujiono yang juga menjabat Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.
Jawaban Mujiono, kata Kholik para siswa tidak mampu menunjukkan bukti fisik bahwa mereka telah terdaftar sebagai siswa SMKN 01 Udanawu.
Padahal saat registrasi ulang dengan biaya Rp2 juta per siswa, para wali murid sudah menyiapkan dana. "Namun saat itu pihak sekolah mengatakan registrasi belakangan saja. Yang penting ikut MOS dulu, "terangnya.
Ada dugaan sekolah telah melakukan permainan jual beli bangku. Diduga ada sejumlah siswa "siluman" yang memang disiapkan menggeser keberadaan siswa yang lebih dulu diterima.
Kholik meminta dinas pendidikan dan legislatif turun tangan mengatasi persoalan ini. Sebab apa yang dilakukan SMKN 01 Udanawu bentuk arogansi dunia pendidikan.
"Kami juga telah mengadukan masalah ini ke legislatif. Kami berharap masalah ini diusut tuntas, " tegasnya.
Sementara secara terpisah Kepala Sekolah SMKN 01 Udanawu Hartoyo mengatakan pihaknya sudah menjalankan prosedur pendidikan sesuai aturan.
Para siswa baru yang dikeluarkan itu karena tidak melakukan registrasi ulang. Jumlah mereka, kata Hartoyo 40 siswa, bukan 80 siswa. "Mereka tidak kunjung daftar ulang hingga batas waktu yang ditentukan, "ujarnya.
Mengenai kehadiran para siswa di acara MOS, kata Hartoyo adalah inisiatif yang bersangkutan.
Sekolah tidak pernah meminta para siswa yang dikeluarkan untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan. "Itu iniasitif siswa sendiri. Bukan kemauan sekolah, " sebutnya.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar Totok Subihandono justru mengaku belum mendengar permasalahan itu.
Karenanya ia berjanji segera meminta keterangan pihak sekolah. "Saya belum dengar soal itu. Kita akan klarifikasi ke sekolah, " ujarnya singkat.
(nag)