Empat SD Kesulitan Air Bersih
A
A
A
KULONPROGO - Musim kemarau telah menyebabkan sejumlah sumber mata air di Kecamatan Girimulyo mengering. Setidaknya sudah ada empat sekolah dasar (SD) kesulitan air bersih.
Agar kebutuhan air bersih di sekolah terpenuhi, mereka mendapat bantuan air bersih dari Tagana. Empat sekolah dasar yang mengalami kekeringan ini tersebar di tiga desa di Girimulyo, yakni SD Jatiroto dan MI Nogosari di Desa Purwosari, SD Cublak di Desa Jatimulyo, dan SD Kepundung di Giripurwo.
“Khusus di SD Jatiroto kami sudah dua kali melakukan dropping air,” kata Anggota Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Sutikno di sela dropping air bersih di SD Jatiroto, kemarin. Menurutnya, dropping air bersih dilakukan saat bulan puasa lalu. Sementara kemarin merupakan dropping untuk kedua kali. Selain menyasar sekolah dropping air bersih, juga menyasar warga.
Setidaknya sudah tujuh tangki dikirimkan untuk warga di lima pedukuhan di Desa Purwosari, yakni di Pedukuhan Wonosari, Penggung, Nogosari, Karangrejo, Kedungtawang, serta untuk warga Pedukuhan Banaran di Desa Pendoworejo. Diakuinya dropping air bersih di kawasan Perbukitan Menoreh bukan perkara mudah. Kondisi medan yang curam menyulitkan pelaksanaan dropping.
Selain itu, sumber mata air yang diambil juga debitnya berkurang. “Kami ambil air dari Tuk Blumbang dan Tegalsari,” ujarnya. Kepala SDN Jatiroto, Sudaryati mengatakan, sejak bulan puasa sumur yang ada di sekolahnya mulai mengering. Pihak sekolah sebenarnya sudah ikut jaringan dari bersih Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat).
Hanya hingga kini air belum mengalir. “Jadi saat ini kebutuhan air di sekolah dari dropping Tagana,” katanya. Ketersediaan air di sekolah dirasakan cukup vital. Meski tidak berkaitan langsung dengan proses belajar, namun air bersih sangat diperlukan mendukung proses kegiatan belajar mengajar.
Selain untuk memenuhi kebutuhan untuk MCK, juga cuci tangan bersama pada pagi hari sebelum masuk sekolah. Selain itu juga untuk gosok gigi massal setiap Jumat dan kegiatan salat berjamaah. “Kita tetap minta siswa untuk menghemat air bersih,” katanya.
Kuntadi
Agar kebutuhan air bersih di sekolah terpenuhi, mereka mendapat bantuan air bersih dari Tagana. Empat sekolah dasar yang mengalami kekeringan ini tersebar di tiga desa di Girimulyo, yakni SD Jatiroto dan MI Nogosari di Desa Purwosari, SD Cublak di Desa Jatimulyo, dan SD Kepundung di Giripurwo.
“Khusus di SD Jatiroto kami sudah dua kali melakukan dropping air,” kata Anggota Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Sutikno di sela dropping air bersih di SD Jatiroto, kemarin. Menurutnya, dropping air bersih dilakukan saat bulan puasa lalu. Sementara kemarin merupakan dropping untuk kedua kali. Selain menyasar sekolah dropping air bersih, juga menyasar warga.
Setidaknya sudah tujuh tangki dikirimkan untuk warga di lima pedukuhan di Desa Purwosari, yakni di Pedukuhan Wonosari, Penggung, Nogosari, Karangrejo, Kedungtawang, serta untuk warga Pedukuhan Banaran di Desa Pendoworejo. Diakuinya dropping air bersih di kawasan Perbukitan Menoreh bukan perkara mudah. Kondisi medan yang curam menyulitkan pelaksanaan dropping.
Selain itu, sumber mata air yang diambil juga debitnya berkurang. “Kami ambil air dari Tuk Blumbang dan Tegalsari,” ujarnya. Kepala SDN Jatiroto, Sudaryati mengatakan, sejak bulan puasa sumur yang ada di sekolahnya mulai mengering. Pihak sekolah sebenarnya sudah ikut jaringan dari bersih Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat).
Hanya hingga kini air belum mengalir. “Jadi saat ini kebutuhan air di sekolah dari dropping Tagana,” katanya. Ketersediaan air di sekolah dirasakan cukup vital. Meski tidak berkaitan langsung dengan proses belajar, namun air bersih sangat diperlukan mendukung proses kegiatan belajar mengajar.
Selain untuk memenuhi kebutuhan untuk MCK, juga cuci tangan bersama pada pagi hari sebelum masuk sekolah. Selain itu juga untuk gosok gigi massal setiap Jumat dan kegiatan salat berjamaah. “Kita tetap minta siswa untuk menghemat air bersih,” katanya.
Kuntadi
(ftr)