Pendaki Mulai Tak Berani ke Puncak Merap
A
A
A
YOGYAKARTA - Para pendaki Gunung Merapi saat ini sudah mulai timbul kesadaran untuk tak lagi ke mendaki hingga puncak.
Meski masih ada belasan pen daki lainnya yang masih nekat menggapai puncak Merapi. Tono Prihatin, 28, salah satu pendaki Merapi dari Sedayu, Bantul yang ditemui KORAN SINDO YOGYA mengatakan, saat ini banyak pendaki sudah me miliki rasa takut. "Ada beberapa yang lebih memilih untuk tak ke puncak dan istirahat sam pai Pasar Bubrah saja," ucap Tono, kemarin.
Alasan mereka, lanjut Tono, banyak timbul isu jika terdeteksi ke puncak tak akan diperbolehkan untuk naik ke gunung lain seperti Gunung Semeru. "Ada dua kelompok pendaki yang seperti itu. Tapi juga banyak yang masih nekat ke puncak," katanya. Sebagaimana diketahui, larangan ke puncak ini karena kondisi di tempat tersebut cu kup berbahaya. Akibat erupsi Merapi yang terjadi pada 2010 lalu. Jika pendaki tak hati-hati, ujar dia, maka bisa saja tergelincir dan masuk jurang atau kawah.
Seperti yang terjadi pada Mei lalu, seorang pendaki berna ma Erri Yunanto terpeleset ma suk ke kawah dan meninggal. Akan tetapi, saat ini masih banyak yang mendaki ke puncak meski masih ada larangan tersebut. Ini terlihat dari kamera circuit closed television (CCTV) milik Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang memantaunya.
Kepala Subbagian Tata Usaha (TU) Taman Nasional Gunung Merapi atau TNGM Tri Atmojo mengutarakan, pihaknya memang sudah me la ku kan berbagai cara untuk me la rang pendakian ke puncak.
"Formula agar pendaki menurutinya memang sedang kami susun. Saat ini, kami terus introspeksi untuk menyiapkan tanggal 17 (Agustus) mendatang. Yang selalu banyak orang melakukan pendakian," tandasnya.
Ridho hidayat
Meski masih ada belasan pen daki lainnya yang masih nekat menggapai puncak Merapi. Tono Prihatin, 28, salah satu pendaki Merapi dari Sedayu, Bantul yang ditemui KORAN SINDO YOGYA mengatakan, saat ini banyak pendaki sudah me miliki rasa takut. "Ada beberapa yang lebih memilih untuk tak ke puncak dan istirahat sam pai Pasar Bubrah saja," ucap Tono, kemarin.
Alasan mereka, lanjut Tono, banyak timbul isu jika terdeteksi ke puncak tak akan diperbolehkan untuk naik ke gunung lain seperti Gunung Semeru. "Ada dua kelompok pendaki yang seperti itu. Tapi juga banyak yang masih nekat ke puncak," katanya. Sebagaimana diketahui, larangan ke puncak ini karena kondisi di tempat tersebut cu kup berbahaya. Akibat erupsi Merapi yang terjadi pada 2010 lalu. Jika pendaki tak hati-hati, ujar dia, maka bisa saja tergelincir dan masuk jurang atau kawah.
Seperti yang terjadi pada Mei lalu, seorang pendaki berna ma Erri Yunanto terpeleset ma suk ke kawah dan meninggal. Akan tetapi, saat ini masih banyak yang mendaki ke puncak meski masih ada larangan tersebut. Ini terlihat dari kamera circuit closed television (CCTV) milik Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang memantaunya.
Kepala Subbagian Tata Usaha (TU) Taman Nasional Gunung Merapi atau TNGM Tri Atmojo mengutarakan, pihaknya memang sudah me la ku kan berbagai cara untuk me la rang pendakian ke puncak.
"Formula agar pendaki menurutinya memang sedang kami susun. Saat ini, kami terus introspeksi untuk menyiapkan tanggal 17 (Agustus) mendatang. Yang selalu banyak orang melakukan pendakian," tandasnya.
Ridho hidayat
(ftr)