Andalkan Sebotol Air Mineral, Tak Kapok Naik Gunung Lagi
A
A
A
Peristiwa tersesatnya tujuh pendaki di Gunung Lawu beberapa hari lalu cukup mengejutkan. Sebab dua orang di antaranya ternyata masih anak-anak.
Dua pendaki cilik yang ikut tersesat adalah Sasi Satsuni, 11, dan Angger Abdul, 9. Mereka adalah anak pasangan Arif Zainal Arifin, 40, dan Suryanti, 39, warga jalan Sidodadi III, RT 05, RW 07, Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Solo. Keduanya ikut mendaki Gunung Lawu bersama kakaknya, Reffi Rivelli, 18. Mereka bertiga berangkat ke Gunung Lawu pada Sabtu (25/7) sore sekitar pukul 16.00 WIB melalui jalur pendakian Cemoro Kandang, di Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar.
Saat berangkat, kedua orang tuanya juga ikut mengantar sampai di posko pendakian Cemoro Kandang. Namun, Arif Zainal Arifin maupun Suryanti tidak ikut naik ke puncak. “Semula hanya camping biasa, namun mereka ternyata ikut naik,” ungkap Suryanti, orang tua Sasi Satsuni dan Angger Abdul saat ditemui di rumahnya kemarin.
Arif maupun Suryanti semula tidak terlalu cemas ketika kedua anaknya yang masih di bawah umur naik ke Puncak Lawu. Sebab selain ada kakaknya, dalam rombongan juga ada empat teman Reffi, yakni Maya Mega Pratiwi, 18, warga Perum Subur Makmur, Ngringo, Palur Karanganyar; Guruh Putra, 18, Jalan Demak Bintoro Nusukan Solo; Rizal, 18, warga Colomadu, Karanganyar; dan Gabriel, 18, warga Cengklik, Solo.
Mereka merupakan anggota kelompok pecinta alam. Sementara bagi ketiga anaknya mendaki Gunung Lawu merupakan pengalaman untuk kedua kali. Pendakian pertama dilakukan saat tahun baru 2015. “Saat itu, saya, suami, dan anak-anak mendaki bersama ke Lawu dan sampai ke puncak,” ungkapnya.
Ternyata mendaki gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur itu membuat mereka bertiga ketagihan. Mereka akhirnya naik meski tanpa didampingi kedua orang tua. “Kaki saya sudah tidak kuat, jadi tidak ikut naik,” tuturnya.
Dari keterangan anaknya, selama tersesat mereka mengandalkan minuman air botol mineral ukuran 500 mililiter untuk dipakai bertujuh. Mereka berhemat dengan minum cukup satu tutup botol. Sementara logistik makanan masih mencukupi. Mereka sempat mencari air namun kondisi Sendang Drajat tengah kering tak ada airnya. Sementara Angger Abdul mengaku turun dari puncak pada Senin malam.
Rombongannya sempat ngecamp di puncak selama sehari semalam. Namun, mereka tersesat ketika memasuki kawasan Sendang Drajat. Rombongan menapaki jalur turun yang ternyata buntu. “Setelah diterabas ternyata jurang,” ungkap Angger Abdul. Pada Rabu (29/7) malam pukul 16.27 WIB, salah satu kelompok tim SAR berhasil menemukan.
Saat ditanya apakah kapok mendaki setelah kejadian ini, dengan jujur Abdul menjawab tidak. “Tidak kapok, tapi jangan mendaki sama kakak, sama ayah saja,” ujarnya. Setelah kejadian, kedua orang tua Sasi Satsuni dan Angger Abdul merasa menyesal melepas kedua anaknya naik gunung tanpa pengawasan.
Ary wahyu wibowo
SOLO
Dua pendaki cilik yang ikut tersesat adalah Sasi Satsuni, 11, dan Angger Abdul, 9. Mereka adalah anak pasangan Arif Zainal Arifin, 40, dan Suryanti, 39, warga jalan Sidodadi III, RT 05, RW 07, Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Solo. Keduanya ikut mendaki Gunung Lawu bersama kakaknya, Reffi Rivelli, 18. Mereka bertiga berangkat ke Gunung Lawu pada Sabtu (25/7) sore sekitar pukul 16.00 WIB melalui jalur pendakian Cemoro Kandang, di Kecamatan Tawangmangu, Karanganyar.
Saat berangkat, kedua orang tuanya juga ikut mengantar sampai di posko pendakian Cemoro Kandang. Namun, Arif Zainal Arifin maupun Suryanti tidak ikut naik ke puncak. “Semula hanya camping biasa, namun mereka ternyata ikut naik,” ungkap Suryanti, orang tua Sasi Satsuni dan Angger Abdul saat ditemui di rumahnya kemarin.
Arif maupun Suryanti semula tidak terlalu cemas ketika kedua anaknya yang masih di bawah umur naik ke Puncak Lawu. Sebab selain ada kakaknya, dalam rombongan juga ada empat teman Reffi, yakni Maya Mega Pratiwi, 18, warga Perum Subur Makmur, Ngringo, Palur Karanganyar; Guruh Putra, 18, Jalan Demak Bintoro Nusukan Solo; Rizal, 18, warga Colomadu, Karanganyar; dan Gabriel, 18, warga Cengklik, Solo.
Mereka merupakan anggota kelompok pecinta alam. Sementara bagi ketiga anaknya mendaki Gunung Lawu merupakan pengalaman untuk kedua kali. Pendakian pertama dilakukan saat tahun baru 2015. “Saat itu, saya, suami, dan anak-anak mendaki bersama ke Lawu dan sampai ke puncak,” ungkapnya.
Ternyata mendaki gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur itu membuat mereka bertiga ketagihan. Mereka akhirnya naik meski tanpa didampingi kedua orang tua. “Kaki saya sudah tidak kuat, jadi tidak ikut naik,” tuturnya.
Dari keterangan anaknya, selama tersesat mereka mengandalkan minuman air botol mineral ukuran 500 mililiter untuk dipakai bertujuh. Mereka berhemat dengan minum cukup satu tutup botol. Sementara logistik makanan masih mencukupi. Mereka sempat mencari air namun kondisi Sendang Drajat tengah kering tak ada airnya. Sementara Angger Abdul mengaku turun dari puncak pada Senin malam.
Rombongannya sempat ngecamp di puncak selama sehari semalam. Namun, mereka tersesat ketika memasuki kawasan Sendang Drajat. Rombongan menapaki jalur turun yang ternyata buntu. “Setelah diterabas ternyata jurang,” ungkap Angger Abdul. Pada Rabu (29/7) malam pukul 16.27 WIB, salah satu kelompok tim SAR berhasil menemukan.
Saat ditanya apakah kapok mendaki setelah kejadian ini, dengan jujur Abdul menjawab tidak. “Tidak kapok, tapi jangan mendaki sama kakak, sama ayah saja,” ujarnya. Setelah kejadian, kedua orang tua Sasi Satsuni dan Angger Abdul merasa menyesal melepas kedua anaknya naik gunung tanpa pengawasan.
Ary wahyu wibowo
SOLO
(bbg)