Mencetak Tenaga Profesional Penerbangan

Sabtu, 25 Juli 2015 - 10:34 WIB
Mencetak Tenaga Profesional...
Mencetak Tenaga Profesional Penerbangan
A A A
Dalam dunia penerbangan, keselamatan menjadi prioritas utama dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Karena itu, diperlukan tenaga-tenaga profesional untuk menjamin keselamatan dalam penerbangan.

Dinas Perhubungan (Dishub), khususnya Direktorat Jenderal (Dirjen) Perhubungan Udara, sebagai otoritas yang bertanggung jawab atas keselamatan penerbangan pun tidak main-main dalam urusan ini.

Untuk mencetak tenaga-tenaga profesional dalam dunia penerbangan, Dirjen Perhubungan Udara mendirikan Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) di tiga kota besar Indonesia, yakni ATKP Medan, ATKP Surabaya, dan ATKP Makassar. ATKP Medan beralamat di Jalan Penerbangan No 85, Jamin Ginting KM 8,5.

Setiap tahun, sejak 2005 ATKP Medan sudah mendidik dan menempa putraputri terbaik untuk menjadi tenaga profesional penerbangan. Hasilnya, lulusan ATKP Medan sudah tersebar di seluruh negeri dengan bekerja di PT Angkasa Pura atau Air Navigation (AirNav).

Pembantu Direktur (Pudir) II ATKP Medan, Dadang Kusyadi, menceritakan, ATKP Medan sebelumnya bernama Balai Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Penerbangan Medan. Diklat Penerbangan Medan yang berdiri pada 1989, saat itu pesertanya merupakan pegawai yang bekerja di subsektor Perhubungan Udara. Kemudian pada 2002 berganti nama menjadi ATKP Medan, dan mulai beroperasi pada 2005.

“Pada 2005 itu ATKP Medan mulai menerima taruna baru dari masyarakat umum. Perubahan selain pada nama Balai Diklat menjadi akademi juga mengubah berbagai hal seperti instruktur menjadi dosen, kurikulum, dan silabus berubah. Dulunya diploma 2 (D-2) menjadi akademi atau diploma 3 (D- 3) Selain itu, logonya juga berubah,” ungkap Dadang di ruang kerjanya.

Sebagai akademi yang mendidik tenaga profesional di bidang teknik dan keselamatan penerbangan, ATKP memiliki dua jurusan, yakni Jurusan Teknik Penerbangan dan Jurusan Keselamatan Penerbangan. Jurusan Teknik Penerbangan membawahi Diploma III Teknik Listrik Bandara (TLB) dan Teknik Telekomunikasi dan Navigasi Udara (TTNU).

Sementara untuk Jurusan Keselamatan Penerbangan membawahi Penilik Lalu Lintas Udara (PLLU). “Untuk tahun ini dibuka lima kelas. Untuk PLLU dan TTNU dua kelas dan untuk TLB satu kelas. Tahun ini ada 800 pendaftar dan yang lulus hanya 120 orang,” ujar Dadang.

Dadang menjelaskan, ATKP Medan, Surabaya, dan Makassar, memiliki status sama dan kurikulumnya mengacu kepada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP). Untuk jurusan PLLU para taruna mempelajari hal-hal yang bersifat strategis di udara agar pesawat tidak mengalami kecelakaan.

Sementara untuk TNU, diberikan materi tentang bagian pada suatu bandar udara, seperti fungsi menara (tower ) dan runway . Lalu, Jurusan TLU mendapatkan materi tentang merawat dan memperbaiki peralatan navigasi penerbangan. Sebagai bentuk keseriusan, ATKP Medan juga merupakan lembaga pendidikan dengan Akreditasi B untuk ketiga jurusan serta berstandar ISO 2009.

Saat ini ATKP Medan memiliki 20 dosen tetap, ditambah praktisi di lapangan dari Angkasa Pura, AirNav, serta pengajar dari luar, seperti Universitas Sumatera Utara (USU), dan Politeknik Negeri Medan (Polmed). Untuk materi spesifik, ATKP Medan melibatkan praktisi dari Bandara Internasional Kualanamu.

“Jangan sampai tahu teori, tapi real di lapangan tidak tahu. ON Job Training (OJB) atau PKL (Praktik kerja lapangan) dilakukan selama tiga bulan pada semester IV, dan terakhir (semester VI) 3. Saat OJB merupakan masa yang paling krusial karena taruna/taruni melakukan pekerjaan profesional yang risikonya tinggi. Para supervisi di sana (bandara) harus betul-betul mengawasi supaya tidak terjadi kesalahan,” ungkapnya.

Mengingat pentingnya kedisiplinan bagi para taruna dan taruni, sekolah kedinasan ini juga menerapkan sistem asrama atau boarding school dengan pola semi militer. “Taruna dan taruni tidak boleh keluar masuk kampus tanpa izin, kecuali saat libur Sabtu dan Minggu. Semua harus mengikuti baik kehidupan saat di asrama maupun kelas,” ujar Dadang.

Dengan tujuan agar kedisiplinan terjaga, setiap taruna dan taruni selalu mengantongi buku saku terkait peraturan dan tata tertib yang harus dibawa ke mana pun. Setiap terjadi pelanggaran, seperti merokok, tidak rapi saat baris berbaris, setiap petinggi di ATKP termasuk dosen berhak memberikan angka kesalahan hingga mencapai angka 100.

Jika tidak bisa lagi ditoleransi, taruna dan taruni akan dikeluarkan. Penggunaan telepon seluler (ponsel) juga sangat dibatasi, kecuali saat weekend . Saat weekend (hari Sabtu) taruna dan taruni juga harus belajar, tidak boleh keluar hingga pelajaran selesai. Untuk yunior, hari libur berlaku mulai Sabtu siang hingga Minggu siang. Untuk senior mulai Sabtu siang hingga pukul 21.00 WIB.

Sebagai sekolah kedinasan, Dadang menjamin, alumni ATKP Medan hingga saat ini tidak ada yang menganggur. Alumni yang diperkirakan mencapai angka 400 orang, saat ini tersebar di PT Angkasa Pura dan AirNav di seluruh bandara di Indonesia. Untuk tenaga spesifik penerbangan, ATKP bekerja sesuai bidang yang digelutinya di akademi, seperti lalu lintas udara di tower .

“Angkasa Pura atau AirNav tidak perlu menyekolahkan lagi pegawainya. Lulusan yang ada betul-betul siap pakai baik dari segi kedisiplinan maupun akademik,” ungkapnya. Adapun soal biaya pendidikan, Dadang mengatakan, untuk awal tahun lalu sebesar Rp21 juta untuk semua perlengkapan.

Sementara bahan praktik ditanggung negara. “Sampai sekarang belum ada beasiswa bagi taruna/taruni,” katanya Wisuda terpadu dilaksanakan setiap tahun di Jakarta. Selain ketiga ATKP, wisuda juga dilakukan serentak dengan beberapa matra lain, seperti darat, laut, dan udara, serta perkeretaapian.

Sementara Kepala Bagian (Kabag) Humas ATKP Medan, Syukrinaldi, mengatakan, ATKP Medan juga tengah mempertimbangkan membuka kelas pilot seperti di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) di Curug, Banten, sesuai keinginan gubernur Sumut.

“Perlu persiapan matang, izin prodi. Bagaimana pengadaan pesawatnya, siapa yang melatih tenaga dosen, di mana lokasi pesawatnya. Mudah-mudahan bisa terealisasi antara dua hingga tiga tahun ke depan,” ucap Syukrinaldi.

Syukri amal
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0266 seconds (0.1#10.140)