Tak Hadiri Ngabekten Bukan Berarti Benci Sultan
A
A
A
YOGYAKARTA - Semua rayi dalem atau adik-adik Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X tidak hadir dalam acara Ngabekten, 18–19 Juli lalu.
Namun, langkah yang diambil rayi dalemitu bukan berarti melawan Sultan HB X. Adik Sri Sultan HB X, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo mengatakan, semua rayi dalem baik laki-laki maupun perempuan tidak ada yang hadir saat Ngabekten. “Kami (tidak hadir Ngabekten) bukan karena berani atau membenci (Sultan HB X), tidak. Kami ini hanya mengingatkan bahwa paugeran harus dijunjung tinggi,” katanya di sela-sela Syawalan KONI DIY di Yogyakarta, kemarin.
Pangeran Keraton yang akrab disapa Gusti Prabu ini mengungkapkan, paugeran merupakan konstitusi. Dalam tata kenegaraan, paugeran seperti undang- undang. “Jadi (paugeran) jangan dilanggar. Kalau di negara (presiden) melanggar (konstitusi) kena impeach. Cuma kalau kami itu belum tega meng-impeach (Sultan HB X),” ujarnya.
Ketua Umum KONI DIY ini mengungkapkan, selama ini belum melakukan impeachment kepada Sultan karena masih menghormatinya. “Kalau beliau (Sultan HB X) kembali ke paugeran kami langsung rukun,” ucapnya.
Gusti Prabu mengatakan, rayi dalem memang sudah kompak satu suara seputar polemik yang terjadi di Kasultanan Yogyakarta. Mereka kompak tidak hadir saat Ngabekten juga merupakan bentuk soliditas demi menyelamatkan paugeranKeraton yang sudah tertanam tiga ratus tahun yang lalu.
“Kami menganggap kalau beliau (Sultan HB X) bersikeras (nama) Hamengku Bawono, otomatis bukan Sultan Keraton lagi. Prinsipnya paugeran Keraton harus tetap tegak,” katanya.
Seperti diketahui, saat acara Ngabekten (18–19/7) sebagai wujud bukti bakti kepada sangraja, tidak ada satu pun rayi dalem yang hadir. Ngabekten kali ini merupakan yang pertama kali sejak Sri Sultan HB X mengeluarkan Sabdaraja pada 30 April lalu yang mengganti nama menjadi Hamengku Bawono.
Selain tidak dihadiri rayi dalem, prosesi Ngabekten juga digelar tertutup bagi awak media. Ngabekten tahun-tahun sebelumnya selalu memberi kesempatan kepada awak media untuk meliputnya. Sebelumnya, Sri Sultan HB X mengungkapkan, acara Ngabekten diakuinya akan digelar tertutup.“Seperti biasa tidak ada masalah. Kok takon ngopo? Wong nanti juga tertutup kok,” ujarnya singkat di Kepatihan belum lama ini.
Sebelumnya Adik Sri Sultan HB X, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudaningrat menyayangkan kebijakan Keraton yang menggelar acara Ngabekten secara tertutup bagi media massa. “Baru tahun ini tertutup, biasanya tidak seperti ini,” ungkapnya.
Dia mengaku saat Ngabekten tidak hadir karena sudah ada kesepakatan dari para rayi dalem yang lain untuk tidak menghadirinya. Usai memimpin prosesi Grebeg Sawalan, Gusti Yuda, sapaan akrabnya memilih pulang ke rumah tanpa mampir ke Bangsal Kencono Keraton tempat digelar Ngabekten.
Ridwan anshori
Namun, langkah yang diambil rayi dalemitu bukan berarti melawan Sultan HB X. Adik Sri Sultan HB X, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo mengatakan, semua rayi dalem baik laki-laki maupun perempuan tidak ada yang hadir saat Ngabekten. “Kami (tidak hadir Ngabekten) bukan karena berani atau membenci (Sultan HB X), tidak. Kami ini hanya mengingatkan bahwa paugeran harus dijunjung tinggi,” katanya di sela-sela Syawalan KONI DIY di Yogyakarta, kemarin.
Pangeran Keraton yang akrab disapa Gusti Prabu ini mengungkapkan, paugeran merupakan konstitusi. Dalam tata kenegaraan, paugeran seperti undang- undang. “Jadi (paugeran) jangan dilanggar. Kalau di negara (presiden) melanggar (konstitusi) kena impeach. Cuma kalau kami itu belum tega meng-impeach (Sultan HB X),” ujarnya.
Ketua Umum KONI DIY ini mengungkapkan, selama ini belum melakukan impeachment kepada Sultan karena masih menghormatinya. “Kalau beliau (Sultan HB X) kembali ke paugeran kami langsung rukun,” ucapnya.
Gusti Prabu mengatakan, rayi dalem memang sudah kompak satu suara seputar polemik yang terjadi di Kasultanan Yogyakarta. Mereka kompak tidak hadir saat Ngabekten juga merupakan bentuk soliditas demi menyelamatkan paugeranKeraton yang sudah tertanam tiga ratus tahun yang lalu.
“Kami menganggap kalau beliau (Sultan HB X) bersikeras (nama) Hamengku Bawono, otomatis bukan Sultan Keraton lagi. Prinsipnya paugeran Keraton harus tetap tegak,” katanya.
Seperti diketahui, saat acara Ngabekten (18–19/7) sebagai wujud bukti bakti kepada sangraja, tidak ada satu pun rayi dalem yang hadir. Ngabekten kali ini merupakan yang pertama kali sejak Sri Sultan HB X mengeluarkan Sabdaraja pada 30 April lalu yang mengganti nama menjadi Hamengku Bawono.
Selain tidak dihadiri rayi dalem, prosesi Ngabekten juga digelar tertutup bagi awak media. Ngabekten tahun-tahun sebelumnya selalu memberi kesempatan kepada awak media untuk meliputnya. Sebelumnya, Sri Sultan HB X mengungkapkan, acara Ngabekten diakuinya akan digelar tertutup.“Seperti biasa tidak ada masalah. Kok takon ngopo? Wong nanti juga tertutup kok,” ujarnya singkat di Kepatihan belum lama ini.
Sebelumnya Adik Sri Sultan HB X, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudaningrat menyayangkan kebijakan Keraton yang menggelar acara Ngabekten secara tertutup bagi media massa. “Baru tahun ini tertutup, biasanya tidak seperti ini,” ungkapnya.
Dia mengaku saat Ngabekten tidak hadir karena sudah ada kesepakatan dari para rayi dalem yang lain untuk tidak menghadirinya. Usai memimpin prosesi Grebeg Sawalan, Gusti Yuda, sapaan akrabnya memilih pulang ke rumah tanpa mampir ke Bangsal Kencono Keraton tempat digelar Ngabekten.
Ridwan anshori
(ftr)