Building Community-Servant Leadership

Membangun komunitas adalah karakter servant leadership yang ke-10 atau yang terakhir. Servant leader berusaha untuk membangun suatu hubungan yang erat sebagaimana layaknya sebuah keluarga besar.

Servant leader yakin bahwa dalam lingkungan bisnis atau nonbisnis bisa dibangun komunitas yang erat dan kompak sebagaimana sebuah keluarga. Hal ini diyakini sebagai kunci sukses organisasi mencapai tujuannya. Servant leader mengesampingkan kepentingan pribadinya demi kepentingan bersama. Sebagaimana sebuah keluarga, sebuah organisasi yang solid dibangun oleh nilai-nilai bersama.

Dipererat oleh pengalaman-penga-laman emosional yang sama dengan iklim yang sama. Membangun komunitas dimulai dengan membangun visi dan misi bersama. Visi dan misi harus eksplisit dan dipahami oleh seluruh anggota organisasi. Visi dan misi perusahaan harus disosialisasikan dengan baik sampai dipahami oleh seluruh anggota. Pernyataan visi dan misi terpampang di tempat-tempat yang memungkinkan seluruh karyawan bisa membaca setiap hari.

Visi dan misi juga disebarluaskan di mediamedia komunikasi perusahaan dengan karyawan. Visi dan misi itulah yang menjadi pertimbangan awal anggota organisasi, apakah memutuskan bergabung atau keluar dari organisasi. Sangat sulit bagi anggota organisasi untuk bisa padu dengan organisasi dan anggota organisasi lainnya jika nilai-nilai pada visi organisasi bertentangan dengan nilai-nilai yang ada pada dirinya. Servant leader juga harus membangun budaya organisasi yang jelas perumusannya.

Budaya organisasi dengan nilai-nilai kuat yang mampu menjadi pemersatu anggota-anggotanya. Sang pemimpin mengajarkan nilai-nilai tersebut, memberikan contoh nyata dan atau mencari anggota yang memiliki nilai-nilai yang sama. Setiap pemimpin bisa membangun nilai-nilai orisinal dirinya.

Sebagai seorang pemimpin, coba tulis apa yang paling Anda pedulikan. Apa yang Anda pegang teguh dalam hidup Anda? Mengapa? Apa yang Anda percayai? Mengapa? Apa yang membuat Anda tidak bahagia? Mengapa? Apa yang membuat Anda menderita? Mengapa? Apa yang membuat Anda sedih tersedu? Mengapa? Apa yang membuat Anda melompat kegirangan? Mengapa? Apa yang membuat Anda bersemangat? Mengapa? Lalu, apa yang membuat Anda terjaga di malam hari? Mengapa?

Apa yang selalu mencengkeram/membeleng gu diri Anda dan tidak mau lepas? Apa yang Anda inginkan dalam hidup Anda? Mengapa? Jawaban dari pertanyaan- pertanyaan tersebut akan membantu Anda menemukan nilai-nilai orisinal Anda. Menjalankan nilai-nilai orisinal pribadi Anda akan membuat Anda lebih mudah menjalankan dan mengajarkannya kepada seluruh anggota organisasi.

Nilai-nilai luhur juga bisa Anda gali dari pemimpinpemimpin yang Anda kagumi dan telah menginspirasi Anda. Siapa pemimpin bersejarah yang paling Anda kagumi? Mengapa? Nilainilai apa yang paling mereka percaya dan praktekkan? Dan bagaimana nilai-nilai tersebut muncul dalam tindakan Anda? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut memungkinkan Anda membuat daftar nilai-nilai luhur dari pemimpin besar yang menginspirasi Anda dan mempengaruhi tindakan kepemimpinan Anda.

Steve Job berhasil mengajarkan nilai-nilai inovasi dan kepemimpinan teknologi kepada seluruh anggota organisasinya. Apple tetap stay on top as the main player smart phone in the world . Organisasi ISIS bisa membangun komunitas yang solid dan militan karena nilai-nilai ideologi yang merasuk pada jiwa semua anggotanya. Nyawa pun diserahkan untuk kejayaan organisasi di masa yang akan datang.

Mereka merekrut anggota dengan ideologi yang sama dan atau mengajarkan nilai-nilai tersebut kepada orang-orang yang masih kosong atau lemah. Ini contoh membangun komunitas yang dipakai untuk tujuan negatif. Kunci membangun komunitas berikutnya adalah menciptakan pengalaman emosional bersama yang menyentuh jiwa anggota organisasi.

DR Fauzan Asmara
Dosen Pascasarjana STMIK Amikom Yogyakarta