Kemarau Ancam Bakar 6.000 Hektar Hutan Lawu
A
A
A
KARANGANYAR - Kemarau yang tengah melanda, dikhawatirkan mengancam terjadinya kerbakaran lebih dari 6.000 hektar lahan yang berada di Lereng Gunung Lawu.
Asisten Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (NKPH) Lawu Utara Arief Nurjati, menyebutkan kebakaran sangat mungkin terjadi di lereng lawu pada musim kemarau kali ini.
Pasalnya vegetasi yang ada di gunung tersebut mulai mengiring seiring tidak adanya hujan yang turun pada musim kemarau. Selain itu teriknya matahari yang bersinar juga bisa menimbulkan percikan api yang akhirnya menyebabkan kebakaran di lereng Gunung yang berbatasan langsung dengan Jawa Timur tersebut.
Dari sekitar 6.000 hektar lahan tersebut yang paling rentan terbakar adalah di sekitar petak 63 dentgan luasan sekitar 100 hektare.
Lokasi petak lahan itu sangat berdekatan dengan puncak gunung lawu, sehingga sangat rentan terbakar akibat kelalaian dari para pendaki gunung. "Karena kondisinya kering, kelalaian para pendaki bisa menyebabkan kebakaran yang besar," ucapnya.
Kebakaran juga bisa terjadi karena kelalaian dari para petani dan para perajin arang. Mereka biasanya melakukan produksi di lereng gunung saat musim kemarau berlangsung.
Api sisa produksi itu sewaktu-waktu bisa menyambar rerumputan kering dan juta dedaunan hingga menyebabkan kebakaran.
Dengan berbagai alasan itulah, pihaknya meminta kepada seluruh lapsian masyarakat untuk berhati-hati dan menjaga aktivitas mereka selama musim kemarau berlangsung.
Ia juga meminta seluruh elemen masyarakat yang beraktivitas di lereng gunung lawu untuk berhati-hati guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebagai langkah antisipasi saat hal buruk terjadi, pihaknya juga menyiapkan Satuan Tugas (Satgas) Gerak cepat. Anggota Satgas itu berasal dari enam Resort Pemantauan Hutan (RPH) yang ada di Gunung Lawu.
Tugas mereka adalah melakukan penyisiran di sejumlah wilayah yang ada Rawan Kebakaran. Selain itu mereka juga bertugas untuk memadamkan api saat kebakaran berlangsung.
Selain menyiapkan Satgas, pihaknya juga meminta bantuan dari para petugas kepolisian yang berada di lereng Gunung Lawu seperti Jenawi, Tawangmangu dan juga Ngargoyoso jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kita juga meminta bantuan dari komunitas jika nantinya diperlukan saat hal-hal tidak diinginkan," tegasnya.
Sementara itu Koordinator Pecinta Alam Waras Surakarta Mulato Ishaan, meminta kepada para pendaki gunung lawu untuk tertib dan menjaga sampah serta perapian mereka.
Menurutnya para pendaki dilarang meninggalkan gunung saat perapian mereka masih menyala. Pasalnya dari api yang kecil itu bisa menyebabkan kebakaran yang cukup besar.
Asisten Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (NKPH) Lawu Utara Arief Nurjati, menyebutkan kebakaran sangat mungkin terjadi di lereng lawu pada musim kemarau kali ini.
Pasalnya vegetasi yang ada di gunung tersebut mulai mengiring seiring tidak adanya hujan yang turun pada musim kemarau. Selain itu teriknya matahari yang bersinar juga bisa menimbulkan percikan api yang akhirnya menyebabkan kebakaran di lereng Gunung yang berbatasan langsung dengan Jawa Timur tersebut.
Dari sekitar 6.000 hektar lahan tersebut yang paling rentan terbakar adalah di sekitar petak 63 dentgan luasan sekitar 100 hektare.
Lokasi petak lahan itu sangat berdekatan dengan puncak gunung lawu, sehingga sangat rentan terbakar akibat kelalaian dari para pendaki gunung. "Karena kondisinya kering, kelalaian para pendaki bisa menyebabkan kebakaran yang besar," ucapnya.
Kebakaran juga bisa terjadi karena kelalaian dari para petani dan para perajin arang. Mereka biasanya melakukan produksi di lereng gunung saat musim kemarau berlangsung.
Api sisa produksi itu sewaktu-waktu bisa menyambar rerumputan kering dan juta dedaunan hingga menyebabkan kebakaran.
Dengan berbagai alasan itulah, pihaknya meminta kepada seluruh lapsian masyarakat untuk berhati-hati dan menjaga aktivitas mereka selama musim kemarau berlangsung.
Ia juga meminta seluruh elemen masyarakat yang beraktivitas di lereng gunung lawu untuk berhati-hati guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebagai langkah antisipasi saat hal buruk terjadi, pihaknya juga menyiapkan Satuan Tugas (Satgas) Gerak cepat. Anggota Satgas itu berasal dari enam Resort Pemantauan Hutan (RPH) yang ada di Gunung Lawu.
Tugas mereka adalah melakukan penyisiran di sejumlah wilayah yang ada Rawan Kebakaran. Selain itu mereka juga bertugas untuk memadamkan api saat kebakaran berlangsung.
Selain menyiapkan Satgas, pihaknya juga meminta bantuan dari para petugas kepolisian yang berada di lereng Gunung Lawu seperti Jenawi, Tawangmangu dan juga Ngargoyoso jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kita juga meminta bantuan dari komunitas jika nantinya diperlukan saat hal-hal tidak diinginkan," tegasnya.
Sementara itu Koordinator Pecinta Alam Waras Surakarta Mulato Ishaan, meminta kepada para pendaki gunung lawu untuk tertib dan menjaga sampah serta perapian mereka.
Menurutnya para pendaki dilarang meninggalkan gunung saat perapian mereka masih menyala. Pasalnya dari api yang kecil itu bisa menyebabkan kebakaran yang cukup besar.
(nag)