Hercules Pembawa Jenazah Nyaris Celaka
A
A
A
MEDAN - Pesawat Hercules C-130 hampir kembali celaka di Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo Medan, kemarin. Pesawat dengan nomor registrasi A1321 yang mengangkut delapan jenazah korban Hercules A1310 ini mengalami korsleting hingga mengeluarkan percikan api.
Akibatnya, pemulangan delapan jenazah tertunda selama tiga jam 15 menit. Lantaran pesawat Hercules bermasalah dan harus menunggu kedatangan suku cadang, jenazah pun diangkut pesawat CN 295 yang disiapkan untuk mempercepat pengiriman.
Panglima Komando Operasi (Pangkoops) I TNI Angkatan Udara (AU) Marsekal Muda (Marsda) Marsda Agus Dwi Putranto mengatakan, kejadian seperti itu biasa dalam pesawat dan tidak perlu dikhawatirkan. “Ya, begitulah pesawat, itu biasa terjadi. Karena ada insiden, tidak mungkin dipaksakan berangkat, terpaksa ditunda dulu. Pesawatnya itu langsung diperiksa oleh tim,” katanya kepada wartawan di Lanud Soewondo Medan, kemarin.
Dia menjelaskan, setelah dicek ditemukan ada korsleting di salah satu suku cadang pesawat tersebut, yakni suku cadang yang mengubah arus searah menjadi arus bolakbalik atau direct current (DC) menjadi alternating current (AC). Adapun suku cadang pengganti yang rusak sudah dipesan.
“Sebenarnya ini masalah sepele, tapi masalah seperti ini tidak bisa dibiarkan dan dipaksakan berangkat. Meski ada yang sangat urgen , tetap tidak bisa dipaksakan berangkat karena ada sistem yang bermasalah. TNI AU tetap mengutamakan safety first,” kata mantan Panglima Kosekhanudnas II Makassar itu.
Ditanya apakah perlu dievaluasi terhadap pesawat Hercules, Dwi kembali menegaskan, kejadian korsleting seperti ini merupakan hal biasa. Itu sering terjadi terhadap banyak pesawat, bukan Hercules saja. Pesawat mana pun bisa terjadi seperti ini, bukan cuma pesawat TNI, pesawat sipil juga bisa. Lihat baru-baru ini kejadian Lion Air delay berkepanjangan, itu kenapa? Pasti ada masalah, sistem bisa mengalami kelainan sebelum start , setelah start , saat take off , dan setelah take off. Bisa saja ada kejadian di luar dugaan, jadi itu sudah biasa,” katanya.
Sementara Vanesa Romina Sembiring, 45, yang ikut mengantar jenazah atas nama Eni Sembiring ke Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang, Jawa Timur, menuturkan, mesin pesawat Hercules yang siap-siap take off itu tiba-tiba dimatikan.
“Sudah siap-siap mau lepas landas, suara mesin pesawat pun sudah makin besar. Kami semua sudah duduk dan pintu samping pesawatnya sudah ditutup. Tiba- tiba kami mendengar bunyi krik , krik , seperti itulah. Kami lihat ada percikan api kecil di tengah dekat tangga masuk dan di ruang pilot. Semua penumpang langsung ketakutan dan disuruh turun. Pilotnya mematikan mesin pesawat,” katanya kepada wartawan di Hanggar Lanud Soewondo.
Rencananya pesawat itu akan mengantarkan dua jenazah ke Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, lima jenazah ke Ranai, Natuna, dan satu jenazah ke Malang. Sementara beberapa pejabat dari Pemkab Natuna mendatangi Hanggar Lanud Soewondo, kemarin, memastikan jumlah warganya yang menjadi korban pesawat Hercules C-130.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Natuna, Helmi Wahyuda mengatakan, mereka belum mengetahui berapa jumlah pasti warga Natuna yang menjadi korban. Namun menurut dia, sudah bisa dipastikan warga Natuna merupakan yang terbanyak menjadi korban.
“Banyak warga Natuna yang menjadi korban kecelakaan pesawat ini merupakan imbas dari buruknya moda transportasi ke Natuna. Karena warga terpaksa menumpang pesawat militer karena transportasi umum ke sana sangat minim,” katanya.
Menurut dia, warga dan Pemkab Natuna tidak akan menyalahkan TNI AU dalam kecelakaan pesawat ini. Justru berterima kasih kepada TNI AU yang rutin menerbangkan pesawatnya ke Natuna dan bisa menjadi tumpangan warga. Memang, kata Helmi, ada beberapa pesawat komersial yang terbang ke Natuna. Namun, hanya dua atau tiga kali dalam sepekan. Harga tiketnya pun setinggi langit dan sangat memberatkan warga.
114 Jenazah Teridentifikasi
Hingga kemarin pukul 18.00 WIB, sudah 114 jenazah korban jatuhnya Pesawat Hercules C- 130 di Jalan Jamin Ginting Medan diidentifikasi Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara (Sumut) Komisaris Besar (Kombes) Pol Helfi Assegaf mengatakan, dari total 154 jenazah yang ditemukan, 146 jenazah utuh dan delapan potongan tubuh berupa kaki atau tangan, termasuk delapan karyawan Oukup BS dan seorang tukang bangunan yang meninggal. “Dan sudah 29 keluarga yang melakukan tes DNA untuk memastikan jenazah,” ujarnya di RSUP H Adam Malik Medan, kemarin.
Sementara Kepala Tim DVI Mabes Polri Kombes Pol Anton Castilani memastikan seluruh sisa jenazah yang diterima bisa diselesaikan postmortem atau pemeriksaan ciri-ciri fisik korban. “Harapannya seluruh jenazah yang kami terima bisa diselesaikan pemeriksaannya hari ini (kemarin), mulai dari pemeriksaan fisik, properti, pengambilan sidik, hingga DNA,” katanya.
Dia mengakui, semakin membusuknya jenazah, maka Tim DVI akan mengalami kesulitan, terutama pada pembacaan atau pengambilan gambar sidik jari. Mengidentifikasi jenazah tidak bisa dipastikanberapa lama waktunya, tapi pemeriksaan tergantung faktor kesulitannya.
Menurut Anton, di RSUP H Adam Malik ini ada 10 meja autopsidanbiasanya satuhari pada satu meja autopsi bisa menyelesaikan tiga sampai empat jenazah. Mereka harus memperhitungkan ada orang lain selain penumpang Hercules yang menjadi korban dalam musibah itu. Sebab pada data ante mortem, terdapat 90 lebih orang datang ke pos mencari keluarganya yang hilang.
Jumlah itu melebihi jumlah jenazah yang sudah dirilis. Kalau hingga batas waktu yang ditentukan tetap tidak teridentifikasi, jenazah akan dikuburkan setelah ada keputusan bersama antara tim DVI, polisi, ulama, tokoh adat, TNI AU, Kementerian Sosial, dan pihak keluarga. “Kalau ada anggota keluarga yang merasa ada anggota keluarganya yang belum teridentifikasi dan kami masih punya jenazah belum teridentifikasi, itu yang akan diidentifikasi. Tadi ada ditemukan tiga potongan tubuh,” kata Anton.
Di RSUP H Adam Malik, kemarin, masih banyak pihak yang datang memastikan keluarga atau teman mereka menjadi korban Hercules nahas atau tidak. Seperti Hasan, mahasiswa Universitas Abdurraub, Pekanbaru, Riau, yang mencari tahu kondisi teman kuliahnya, Erfina Agnes dan Sylviana Martiana. Selasa (30/6), dia mengantarkan Erfina, mahasiswa Fakultas Teknik semester 4, dan Syilviana, mahasiswi Fakultas Psikologi, ke Bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru.
Keduanya bermaksud ke Natuna menemui keluarganya dengan pesawat Hercules yang nahas tersebut. Pesawat itu terbang ke Medan dulu baru ke Natuna. “Namun, selang beberapa saat kami mendapat kabar pesawat Hercules jatuh di Medan. Karena itu, kami sembilan mahasiswa dan dua dosen dibiayai kampus berangkat kemari. Orang tua Erfina dan Syiliana juga di sini. Boneka yang dibawa Erfina utuh, enggak terbakar dan kami yakin mayatnya juga utuh,” tuturnya.
Evakuasi Hercules Selesai
Tim gabungan TNI-Polri mengakhiri evakuasi bangkai Pesawat Hercules C-130 milik TNI AU yang jatuh di Jalan Jamin Ginting Km-10, Medan, kemarin. Tim gabungan ini telah bekerja selama empat hari untuk mencari korban dan membawa bangkai pesawat angkut militer itu ke Lanud Soewondo.
Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 0201 Berdiri Sendiri (BS) Letnan Kolonel (Inf) M Ridwan yang ditunjuk sebagai Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Objek Pesawat Hercules mengatakan, penghentian evakuasi ini dilakukan setelah puingpuing pesawat dan bangunan dibersihkan dari lokasi. Kondisi tempat kejadian yang dipenuhi material reruntuhan telah diratakan.
Hanya tersisa puing-puing dinding bangunan Oukup BS. Sekalipun proses evakuasi telah dihentikan, Dandim menegaskan, tempat itu masih belum terbuka untuk umum karena masih ada dua pucuk senjata api jenis pistol yang belum ditemukan. “Seluruh material reruntuhan sudah kami bawa ke Lanud Soewondo, nanti di sana material- material tersebut akan diperiksa lagi untuk mencari senjata yang belum ditemukan, termasuk kemungkinan ada potongan tubuh korban,” ujarnya.
Ridwan tidak bisa memastikan sampai kapan lokasi jatuhnya pesawat itu tertutup untuk umum. Namun, diperkirakan sampai proses pemeriksaan material di Lanud Suwondo tuntas. Pada hari keempat evakuasi, petugas gabungan menemukan potongan telapak kaki dan 200 butir amunisi di lokasi kejadian.
Hasil tersebut telah diserahkan ke Lanud Suwondo dan RSUP H Adam Malik. “Kami pastikan senjata laras panjang sudah ditemukan seluruhnya, yakni 15 pucuk SS1, satu unit minimi, dan 80% amunisi dari total 23.000 amunisi. Tersisa dua pucuk pistol yang masih terus dicari,” ujarnya.
Sementara Kepala Lingkungan (Kepling) V Kelurahan Simpang Selayang, Medan Tuntungan, Bismar Sembiring menegaskan, tidak ada warganya yang menjadi korban tragedi pesawat Hercules itu.
Lokasi jatuhnya pesawat memang berada di lingkungannya. “Mereka yang menjadi korban adalah karyawan di Oukup BS dan pekerja bangunan ruko yang merupakan warga luar,” ujarnya.
Panggabean hasibuan/ Siti amelia/ Eko agustyo fb/ Bambang s harahap
Akibatnya, pemulangan delapan jenazah tertunda selama tiga jam 15 menit. Lantaran pesawat Hercules bermasalah dan harus menunggu kedatangan suku cadang, jenazah pun diangkut pesawat CN 295 yang disiapkan untuk mempercepat pengiriman.
Panglima Komando Operasi (Pangkoops) I TNI Angkatan Udara (AU) Marsekal Muda (Marsda) Marsda Agus Dwi Putranto mengatakan, kejadian seperti itu biasa dalam pesawat dan tidak perlu dikhawatirkan. “Ya, begitulah pesawat, itu biasa terjadi. Karena ada insiden, tidak mungkin dipaksakan berangkat, terpaksa ditunda dulu. Pesawatnya itu langsung diperiksa oleh tim,” katanya kepada wartawan di Lanud Soewondo Medan, kemarin.
Dia menjelaskan, setelah dicek ditemukan ada korsleting di salah satu suku cadang pesawat tersebut, yakni suku cadang yang mengubah arus searah menjadi arus bolakbalik atau direct current (DC) menjadi alternating current (AC). Adapun suku cadang pengganti yang rusak sudah dipesan.
“Sebenarnya ini masalah sepele, tapi masalah seperti ini tidak bisa dibiarkan dan dipaksakan berangkat. Meski ada yang sangat urgen , tetap tidak bisa dipaksakan berangkat karena ada sistem yang bermasalah. TNI AU tetap mengutamakan safety first,” kata mantan Panglima Kosekhanudnas II Makassar itu.
Ditanya apakah perlu dievaluasi terhadap pesawat Hercules, Dwi kembali menegaskan, kejadian korsleting seperti ini merupakan hal biasa. Itu sering terjadi terhadap banyak pesawat, bukan Hercules saja. Pesawat mana pun bisa terjadi seperti ini, bukan cuma pesawat TNI, pesawat sipil juga bisa. Lihat baru-baru ini kejadian Lion Air delay berkepanjangan, itu kenapa? Pasti ada masalah, sistem bisa mengalami kelainan sebelum start , setelah start , saat take off , dan setelah take off. Bisa saja ada kejadian di luar dugaan, jadi itu sudah biasa,” katanya.
Sementara Vanesa Romina Sembiring, 45, yang ikut mengantar jenazah atas nama Eni Sembiring ke Lanud Abdul Rahman Saleh, Malang, Jawa Timur, menuturkan, mesin pesawat Hercules yang siap-siap take off itu tiba-tiba dimatikan.
“Sudah siap-siap mau lepas landas, suara mesin pesawat pun sudah makin besar. Kami semua sudah duduk dan pintu samping pesawatnya sudah ditutup. Tiba- tiba kami mendengar bunyi krik , krik , seperti itulah. Kami lihat ada percikan api kecil di tengah dekat tangga masuk dan di ruang pilot. Semua penumpang langsung ketakutan dan disuruh turun. Pilotnya mematikan mesin pesawat,” katanya kepada wartawan di Hanggar Lanud Soewondo.
Rencananya pesawat itu akan mengantarkan dua jenazah ke Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, lima jenazah ke Ranai, Natuna, dan satu jenazah ke Malang. Sementara beberapa pejabat dari Pemkab Natuna mendatangi Hanggar Lanud Soewondo, kemarin, memastikan jumlah warganya yang menjadi korban pesawat Hercules C-130.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Natuna, Helmi Wahyuda mengatakan, mereka belum mengetahui berapa jumlah pasti warga Natuna yang menjadi korban. Namun menurut dia, sudah bisa dipastikan warga Natuna merupakan yang terbanyak menjadi korban.
“Banyak warga Natuna yang menjadi korban kecelakaan pesawat ini merupakan imbas dari buruknya moda transportasi ke Natuna. Karena warga terpaksa menumpang pesawat militer karena transportasi umum ke sana sangat minim,” katanya.
Menurut dia, warga dan Pemkab Natuna tidak akan menyalahkan TNI AU dalam kecelakaan pesawat ini. Justru berterima kasih kepada TNI AU yang rutin menerbangkan pesawatnya ke Natuna dan bisa menjadi tumpangan warga. Memang, kata Helmi, ada beberapa pesawat komersial yang terbang ke Natuna. Namun, hanya dua atau tiga kali dalam sepekan. Harga tiketnya pun setinggi langit dan sangat memberatkan warga.
114 Jenazah Teridentifikasi
Hingga kemarin pukul 18.00 WIB, sudah 114 jenazah korban jatuhnya Pesawat Hercules C- 130 di Jalan Jamin Ginting Medan diidentifikasi Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara (Sumut) Komisaris Besar (Kombes) Pol Helfi Assegaf mengatakan, dari total 154 jenazah yang ditemukan, 146 jenazah utuh dan delapan potongan tubuh berupa kaki atau tangan, termasuk delapan karyawan Oukup BS dan seorang tukang bangunan yang meninggal. “Dan sudah 29 keluarga yang melakukan tes DNA untuk memastikan jenazah,” ujarnya di RSUP H Adam Malik Medan, kemarin.
Sementara Kepala Tim DVI Mabes Polri Kombes Pol Anton Castilani memastikan seluruh sisa jenazah yang diterima bisa diselesaikan postmortem atau pemeriksaan ciri-ciri fisik korban. “Harapannya seluruh jenazah yang kami terima bisa diselesaikan pemeriksaannya hari ini (kemarin), mulai dari pemeriksaan fisik, properti, pengambilan sidik, hingga DNA,” katanya.
Dia mengakui, semakin membusuknya jenazah, maka Tim DVI akan mengalami kesulitan, terutama pada pembacaan atau pengambilan gambar sidik jari. Mengidentifikasi jenazah tidak bisa dipastikanberapa lama waktunya, tapi pemeriksaan tergantung faktor kesulitannya.
Menurut Anton, di RSUP H Adam Malik ini ada 10 meja autopsidanbiasanya satuhari pada satu meja autopsi bisa menyelesaikan tiga sampai empat jenazah. Mereka harus memperhitungkan ada orang lain selain penumpang Hercules yang menjadi korban dalam musibah itu. Sebab pada data ante mortem, terdapat 90 lebih orang datang ke pos mencari keluarganya yang hilang.
Jumlah itu melebihi jumlah jenazah yang sudah dirilis. Kalau hingga batas waktu yang ditentukan tetap tidak teridentifikasi, jenazah akan dikuburkan setelah ada keputusan bersama antara tim DVI, polisi, ulama, tokoh adat, TNI AU, Kementerian Sosial, dan pihak keluarga. “Kalau ada anggota keluarga yang merasa ada anggota keluarganya yang belum teridentifikasi dan kami masih punya jenazah belum teridentifikasi, itu yang akan diidentifikasi. Tadi ada ditemukan tiga potongan tubuh,” kata Anton.
Di RSUP H Adam Malik, kemarin, masih banyak pihak yang datang memastikan keluarga atau teman mereka menjadi korban Hercules nahas atau tidak. Seperti Hasan, mahasiswa Universitas Abdurraub, Pekanbaru, Riau, yang mencari tahu kondisi teman kuliahnya, Erfina Agnes dan Sylviana Martiana. Selasa (30/6), dia mengantarkan Erfina, mahasiswa Fakultas Teknik semester 4, dan Syilviana, mahasiswi Fakultas Psikologi, ke Bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru.
Keduanya bermaksud ke Natuna menemui keluarganya dengan pesawat Hercules yang nahas tersebut. Pesawat itu terbang ke Medan dulu baru ke Natuna. “Namun, selang beberapa saat kami mendapat kabar pesawat Hercules jatuh di Medan. Karena itu, kami sembilan mahasiswa dan dua dosen dibiayai kampus berangkat kemari. Orang tua Erfina dan Syiliana juga di sini. Boneka yang dibawa Erfina utuh, enggak terbakar dan kami yakin mayatnya juga utuh,” tuturnya.
Evakuasi Hercules Selesai
Tim gabungan TNI-Polri mengakhiri evakuasi bangkai Pesawat Hercules C-130 milik TNI AU yang jatuh di Jalan Jamin Ginting Km-10, Medan, kemarin. Tim gabungan ini telah bekerja selama empat hari untuk mencari korban dan membawa bangkai pesawat angkut militer itu ke Lanud Soewondo.
Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 0201 Berdiri Sendiri (BS) Letnan Kolonel (Inf) M Ridwan yang ditunjuk sebagai Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Objek Pesawat Hercules mengatakan, penghentian evakuasi ini dilakukan setelah puingpuing pesawat dan bangunan dibersihkan dari lokasi. Kondisi tempat kejadian yang dipenuhi material reruntuhan telah diratakan.
Hanya tersisa puing-puing dinding bangunan Oukup BS. Sekalipun proses evakuasi telah dihentikan, Dandim menegaskan, tempat itu masih belum terbuka untuk umum karena masih ada dua pucuk senjata api jenis pistol yang belum ditemukan. “Seluruh material reruntuhan sudah kami bawa ke Lanud Soewondo, nanti di sana material- material tersebut akan diperiksa lagi untuk mencari senjata yang belum ditemukan, termasuk kemungkinan ada potongan tubuh korban,” ujarnya.
Ridwan tidak bisa memastikan sampai kapan lokasi jatuhnya pesawat itu tertutup untuk umum. Namun, diperkirakan sampai proses pemeriksaan material di Lanud Suwondo tuntas. Pada hari keempat evakuasi, petugas gabungan menemukan potongan telapak kaki dan 200 butir amunisi di lokasi kejadian.
Hasil tersebut telah diserahkan ke Lanud Suwondo dan RSUP H Adam Malik. “Kami pastikan senjata laras panjang sudah ditemukan seluruhnya, yakni 15 pucuk SS1, satu unit minimi, dan 80% amunisi dari total 23.000 amunisi. Tersisa dua pucuk pistol yang masih terus dicari,” ujarnya.
Sementara Kepala Lingkungan (Kepling) V Kelurahan Simpang Selayang, Medan Tuntungan, Bismar Sembiring menegaskan, tidak ada warganya yang menjadi korban tragedi pesawat Hercules itu.
Lokasi jatuhnya pesawat memang berada di lingkungannya. “Mereka yang menjadi korban adalah karyawan di Oukup BS dan pekerja bangunan ruko yang merupakan warga luar,” ujarnya.
Panggabean hasibuan/ Siti amelia/ Eko agustyo fb/ Bambang s harahap
(ftr)