Dikenal Digdaya, Wariskan Sumber Air Keramat

Jum'at, 03 Juli 2015 - 09:21 WIB
Dikenal Digdaya, Wariskan Sumber Air Keramat
Dikenal Digdaya, Wariskan Sumber Air Keramat
A A A
Pegunungan Suralaya, kompleks Gunung Ungaran, di sisi barat Kota Ungaran, Kabupaten Semarang, pernah ditinggali oleh masyarakat yang masih gelap keimanannya.

Mereka dipimpin orangorang dengan kesaktian tinggi yang menyandarkan kekuatan gaibnya pada zat selain Allah SWT. “Terpanggil atas kondisi tersebut, beliau (Syekh Hasan Munadi) kemudian datang jauh-jauh dari Demak memberi pencerahan kepada masyarakat setempat,” tutur Abdul Mujib, 54, juru rawat makam Syekh Hasan Munadi di Desa Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat, kemarin.

Syekh Hasan Munadi diyakini lahir pada kisaran tahun 1460 dengan nama lahir Raden Bambang Kartonadi. Diyakini pula waliyulloh ini berdarah biru keturunan Raja Majapahit terakhir Brawijaya V. Karena itu, Syekh Hasan Munadi masih ada pertalian darah dengan penguasa Kerajaan Demak, Raden Fatah, yakni satu ayah lain ibu.

Karena hubungan pertalian darah ini, Syekh Hasan Munadi menjadi salah satu panglima andalan dan kerap membantu adik tirinya dalam memerangi kejahatan atau keangkuhan yang akan menggoyahkan Kerajaan Demak. Sejumlah keturunan Syekh Hasan Munadi yang saat ini tinggal di Nyatnyono mencoba menuangkan hasil penelusuran perjuangan leluhurnya tersebut dalam sebuah buku.

Buku yang dilabeli sejarah Waliyulloh Hasan Munadi dan Hasan Dipuro ini menceritakan meski punya jabatan tinggi di Kerajaan Demak, Hasan Munadi tetap berkeinginan melakukan syiar Islam ke seluruh pelosok Kerajaan Demak. Salah satunya di wilayah selatan Demak, karena masyarakat setempat masih banyak hidup dalam masa tak ubahnya masa Jahiliyah . Sepanjang perjalanan, ajaran Islam terus disyiarkan kepada setiap orang yang bertemu.

Hingga tiba Syekh Hasan Munadi di kawasan kaki Gunung Ungaran, sebuah wilayah yang kala itu dikuasai oleh orang-orang sakti sombong dan beda keyakinan semacam Raden Potro Kusumo, Ki Ajar Bontit, Ki Angga Wangsa, dan Ratu Kedu. Karena itu dia pun mengikhtiarkan diri berkhalwat (bertapa) di Gunung Suralaya, salah satu gunung di Gunung Ungaran. Dari aktivitas khalwat tersebut, satu demi satu orangorang sakti yang menjadi hambatan syiar Hasan Munadi berhasil dikalahkan.

Bahkan mayoritas dari mereka akhirnya menyadari kekeliruan keyakinannya dan menyatakan diri masuk Islam menjadi santri Syekh Hasan Munadi. “Cerita dari kakek buyut kita, pertarungan dengan orangorang sakti tersebut demikian hebatnya, terbang sana sini seperti yang ada di film-film aksi,” kata Mujib.

Selain mempunyai kekuatanlinuwih sebagai waliyulloh, dari hasil khalwat Syekh Hasan Munadi juga mendapat petunjuk mendirikan masjid. “Saat akan meninggalkan lokasi pertapaannya, beliau mendapat gambaran masjid, ada yang bilang kayu berlubang (beduk). Dan beliau bilang,nembe menyat wis ono (baru selesai khalwat sudah ada petunjuk) yang kemudian berubah menjadi Nyatnyono, sehingga daerah tempat khalwat diberi nama Nyatnyono,” ujarnya.

Kebetulan Raden Patah juga berencana membangun masjid di Demak, maka diutuslah Sunan Kalijaga ke Nyatnyono guna minta restu kepada kakaknya, Syekh Hasan Munadi. Restu pun diberikan. Karena di wilayah Nyatnyono juga membutuhkan masjid maka Syekh Hasan Munadi minta agar satu soko yang akan digunakan di Demak dijadikan tiang penyangga masjid di Nyatnyono.

“Jadi Masjid Nyatnyono itu dibangun lebih dulu dibanding Masjid Demak. Saat proses rehab pada zaman penjajahan Belanda, satu soko itu dibagi menjadi empat soko,” kata Mujib. Tahun 1980 karena faktor usia, Masjid Nyatnyono harus direhab untuk kedua kalinya.

Hingga hari ke-15 kegiatan, mereka dikagetkan dengan kemunculan sejumlah orang dari sisi utara makam Syekh Hasan Munadi. Usut punya usut kehadiran tamu tak diundang itu lantaran mendapat petunjuk bahwa di sekitar makam Syekh Hasan Munadi ada sumber air yang diyakini keramat menjadi sarana pertolongan dari Allah untuk menyembuhkan penyakit.

Dari kejadian itu, kabar keberadaan air keramat beredar luas. Berduyun-duyun orang datang ke sumber air tersebut sekaligus berziarah ke makam Syekh Hasan Munadi. Dari kegiatan kunjungan tersebut, masyarakat Nyatnyono mendapat pemasukan untuk merehabilitasi masjid.

Agus Joko
Ungaran
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2344 seconds (0.1#10.140)