Cetak Santri Berakhlak Mulia dan Terampil

Selasa, 30 Juni 2015 - 09:22 WIB
Cetak Santri Berakhlak Mulia dan Terampil
Cetak Santri Berakhlak Mulia dan Terampil
A A A
SUMEDANG - Pondok Pesantren (Ponpes) Asyrofuddin yang berlokasi di Dusun Cipicung, Desa Conggeang Wetan, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang tidak hanya dikenal sebagai pondok pesantren pertama dan tertua, tapi di sini pula lahir generasigenerasi Islami yang gagah berani melawan kolonialisme Belanda.

“Sejak awal didirikan hingga saat ini, ilmu bela diri yang diajarkan beliau (Hadrotusyekh KR Asyrofuddin) terus diajarkan kepada para santri. Namun saat ini ilmu bela diri tidak diajarkan sesering dulu. Karena dulu, ilmu bela diri jadi bekal untuk melawan penjajahan Belanda,” kata Pimpinan Ponpes Asyrofuddin KH RA Akhmad Sadad yang merupakan penerus generasi ke-6. Pada 1874, tutur Sadad, Hadrotusyekh KR Asyrofuddin wafat.

Namun penerusnya yang merupakan cucu dari KR Asyrofuddin, yakni KR Mas’un tetap mempertahankan sistem pendidikan yang ditinggalkan kakeknya itu. “Bahkan dikala itu pula, pesantren dijadikan tempat berkumpulnya para pejuang kemerdekaan untuk menga tur siasat dan strategi, juga di pakai sebagai tempat pe ngung sian masyarakat,” tutur di.

Namun, ujar Sadad, memasuki awal kemerdekaan, tepatnya 1947, KR Mas’un wafat. Pengelolaan Ponpes Asyrofuddin diteruskan oleh putranya yaitu KR Ukun Muhammad Sholeh. “Pesantren dipimpin oleh KR Ukun Muhammad Sholeh hingga beliau wafat tahun 1970. Kemudian pesantren dipimpin KR Ukasyah Mas’un. Setelah KR Ukasyah wafat, kepemimpinan kemudian diserahkan kepada KR HE Bukhorie Ukasyah Mubarok,” ujar Sadad.

Di bawah kepemimpinan KR HE Bukhorie Ukasyah Mubarok yang merupakan alumni Pondok Pesantren Ciwaringin Cirebon dan Pesantren Tebu Ireng Jombang, Ponpes Asyrofuddin perlahan mengalami perubahan sistem pendidikan. “Namun demikian pengajian kitab tetap merupakan prioritas utama. Hal ini merupakan kebijaksanaan bersama dengan harapan mampu mengikuti perkembangan zaman.

Ternyata sistem ini disambut baik oleh masyarakat sehingga merupakan titik awal dari pesatnya perkembangan pesantren,” ungkap dia. Kemudian, pada 1979, lanjut KH Akhmad Sadad, untuk lebih mengembangkan Ponpes Asyrofuddin, dibentuk Yayasan Ardli Sela. Nama ini diambil dari nama pesantren yakni Ardli Sela Singa Naga sebelum berganti menjadi Ponpes Asyrofuddin hingga saat ini.

“Dengan adanya yayasan ini, di samping ada sistem persekolahan juga dalam membentuk para santri yang bertakwa, berakhlak mulia, dan taat, juga bisa hidup mandiri sehingga tak menjadi beban masyarakat. Sebagai subjek dan objek pembangunan, pada 1984 diadakan pendidikan keterampilan pondok pesantren seperti pertanian, perikanan, peternakan, percetakan sablon, dan perkoperasian,” kata Sadad.

Pada tahun 1986, Pondok Pesantren Asyrofuddin mendapat kepercayaan untuk dijadikan Pusat Informasi Pesantren (PIP) se-Kabupaten Sumedang. “Alhamdulilllah hingga saat ini, pesantren kerap kali dijadikan penelitian bahan skripsi mahasiswa juga tempat studi banding ,” pungkas dia.

Aam Aminullah
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6452 seconds (0.1#10.140)