Erupsi Sinabung Bisa 10 Tahun ke Depan
A
A
A
DELISERDANG - Pemerintah segera mengeluarkan kebijakan untuk memperbaiki nasib ribuan pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung, Karo. Sebab kemungkinan erupsi gunung berapi teraktif di Sumatera itu bisa terjadi lima sampai 10 tahun ke depan.
Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, erupsi berkepanjangan itu sangat mungkin terjadi pada gunung yang meletus pertama kali 1.200 tahun lalu. Berarti erupsi bisa berhenti selama tiga bulan, tapi bisa meletus lagi satu hari dengan tiga kali letusan. “Status Sinabung memang masih berubah-ubah, tetapi tidak perlu ada bencana nasional. Tentu akan ada peraturan baru nantinya,” katanya kepada wartawan di Bandara Internasional Kualanamu, Deliserdang, kemarin.
Menurut dia, saat ini penduduk yang berada dalam radius 3 kilometer (km) sudah direlokasi ke tempat baru di Desa Siosar, Kecamatan Mere, Karo. Sebanyak 370 kepala keluarga (KK) telah direlokasi dan sisanya 500 KK lagi segera direlokasikan di tempat yang disediakan pemerintah. Luhut pun melakukan kunjungan ke Karo mengumpulkan data-data sebagai bahan yang akan dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo, Kamis (2/7).
Selain itu, akan dipaparkan pada rapat kabinet terbatas bersama menteri serta pihak terkait yang terlibat dalam satu komando. “Tidak seperti sekarang ini (para pihak terkait) saling lempar tanggung jawab. Anak-anak yang terkena radius bahaya bencana Sinabung tidak boleh putus sekolah sehingga untuk mengatasinya harus ada koordinasi dengan Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi serta Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah,” katanya.
Untuk kesehatan, pemerintah akan melibatkan menteri kesehatan sehingga pengungsi dapat diurus dan hidup layak. Saat ini, kata Menteri Perindustrian dan Perdagangan era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sudah tersedia 150 unit rumah tahap pertama. Kemudian 370 unit rumah dalam waktu dekat akan ditambah ratusan unit rumah lagi. “Masyarakat mengeluhkan kondisi yang mereka hadapi saat ini. Setelah dibicarakan, akan disiapkan dalam tempo dua atau tiga bulan ke depan,” katanya.
Pada kesempatan lain, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait menilai, mekanisme penanganan anakanak korban erupsi Gunung Sinabung tidak sistematis. Sebab hingga kini anak-anak tersebut masih terancam kesehatannya. “Tidak ada mekanisme perlindungan anak dalam penanganan korban erupsi Sinabung, seperti kebijakan terkait sekolah, kesehatan, maupun pemulihan psikologisnya. Anak-anak korban Sinabung tidak terlayani. Mereka (pemerintah) lupa mekanisme perlindungan anak-anak ini,” katanya kepada wartawan di Terminal Kedatangan KNIA, kemarin.
Menurut dia, bukan berarti apa yang selama ini dilakukan pemerintah dan berbagai pihak tidak dimanfaatkan. Anakanak tidak hanya butuh selimut, hiburan, walaupun itu memang penting. Tidak adanya perlindungan terhadap anak korban Sinabung ini merupakan kesalahan pemerintah pusat yang diimplementasikan ke pemerintah daerah. “Karena Sumut itu daerah kebencanaan, tapi belum memiliki kebijakan terhadap perlindungan anak korban bencana. Apalagi perda kebencanaan, maka mekanismenya tidak ada. Justru karena keprihatinan itu, maka Komnas PA turun ke Sinabung melihat langsung,” ucapnya.
Seharusnya dalam masa tanggap darurat selama 10 hari, kebijakan yang melindungi anak-anak itu sudah selesai, namun hingga kini tidak ada kejelasan. Berarti Sumut tidak memiliki mekanisme kebencanaan.
Kabanjahe Hujan Vulkanik
Hujan debu vulkanik dari erupsi Gunung Sinabung terus menerpa Kota Kabanjahe dan sekitarnya. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dilihat dari semua parameter kegunungapian, aktivitas Gunung Sinabung masih sangat tinggi.
Pada Minggu (28/6), terjadi 116 kali guguran lava pijar, 14 kali gempa hybrid , tiga kali luncuran awan panas sejauh 3,5 km ke arah tenggara dan timur dengan tinggi kolom abu vulkanik 3.000 meter. Sementara pada Senin (29/6) hingga pukul 13.00 WIB, telah terjadi 67 kali guguran, 38 gempa hybrid , dan tremor terus-menerus. Pada kemarin pagi pukul 07.18 WIB, terjadi erupsi dan luncuran awan panas guguran sejauh 3.000 meter ke sektor tenggara dengan tinggi kolom abu vulkanik 2.000 meter.
Kondisi itu menyebabkan Kota Kabanjahe diguyur hujan abu dan berpotensi berlangsung lama karena erupsi Gunung Sinabung akan terus berlangsung. Meningkatnya aktivitas Gunung Sinabung tersebut menyebabkan banyak warga Karo mengungsi. Hingga kemarin jumlah pengungsi mencapai 10.645 jiwa atau 3.150 kepala keluarga. Dari jumlah itu, tercatat ada 780 lanjut usia (lansia), 76 ibu hamil, 220 bayi, dan 747 balita.
“Mereka adalah kelompok rentan pengungsi yang harus memperoleh perhatian khusus,” katanya. Sebelumnya abu vulkanik Gunung Sinabung juga menerpa sejumlah daerah di kawasan pantai timur mulai dari Kabupaten Langkat, Kota Binjai, Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, hingga Serdangbedagai.
Belum Ada Peningkatan Pasien ISPA
Setelah hujan abu di Medan lantaran debu vulkanik Sinabung serta cuaca panas hingga mencapai 36 derajat celcius, ternyata belum menambah peningkatan penderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) di Kota Medan. Kepala Puskesmas Sering, Medan Tembung, Refrini menuturkan, jumlah pasien ISPA di puskesmas per hari mencapai 5-15 orang dari total pasien mencapai sekitar 100 orang per hari. “Masih stabil saja sama seperti hari biasa. Tidak ada peningkatan yang signifikan,” katanya.
Kepala Puskesmas Teladan, Kuspuji juga menuturkan, pasien ISPA yang dirawat di puskesmas masih seperti biasa. Menurut dia, dalam sehari mencapai 20-25 orang dari total jumlah pasien per hari mencapai 100-150 orang. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan, Usma Polita Nasution mengatakan, mereka terus memantau terkait kesehatan masyarakat dan hingga kini belum ada laporan dari puskesmas terkait peningkatan kasus.
“Meski begitu, kami tetap mengimbau masyarakat agar menjaga kesehatan tubuh dengan menjaga pola hidup sehat,” kata dia. Dokter spesialis tropis dan infeksi, Umar Zein, juga ikut mengimbau masyarakat agar terus waspada dan menjaga kesehatannya. Cuaca panas ini dapat menimbulkan berbagai penyakit dan paling rentan terkena adalah bayi, balita, ibu hamil, orang tua, dan orang yang memiliki penyakit kronis.
“Tapi, tidak menutup kemungkinan bagi orang yang juga sehat karena siapa saja bisa terkena penyakit akibat cuaca panas ini,” ujarnya.
M andi yusri/ siti amelia
Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, erupsi berkepanjangan itu sangat mungkin terjadi pada gunung yang meletus pertama kali 1.200 tahun lalu. Berarti erupsi bisa berhenti selama tiga bulan, tapi bisa meletus lagi satu hari dengan tiga kali letusan. “Status Sinabung memang masih berubah-ubah, tetapi tidak perlu ada bencana nasional. Tentu akan ada peraturan baru nantinya,” katanya kepada wartawan di Bandara Internasional Kualanamu, Deliserdang, kemarin.
Menurut dia, saat ini penduduk yang berada dalam radius 3 kilometer (km) sudah direlokasi ke tempat baru di Desa Siosar, Kecamatan Mere, Karo. Sebanyak 370 kepala keluarga (KK) telah direlokasi dan sisanya 500 KK lagi segera direlokasikan di tempat yang disediakan pemerintah. Luhut pun melakukan kunjungan ke Karo mengumpulkan data-data sebagai bahan yang akan dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo, Kamis (2/7).
Selain itu, akan dipaparkan pada rapat kabinet terbatas bersama menteri serta pihak terkait yang terlibat dalam satu komando. “Tidak seperti sekarang ini (para pihak terkait) saling lempar tanggung jawab. Anak-anak yang terkena radius bahaya bencana Sinabung tidak boleh putus sekolah sehingga untuk mengatasinya harus ada koordinasi dengan Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi serta Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah,” katanya.
Untuk kesehatan, pemerintah akan melibatkan menteri kesehatan sehingga pengungsi dapat diurus dan hidup layak. Saat ini, kata Menteri Perindustrian dan Perdagangan era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sudah tersedia 150 unit rumah tahap pertama. Kemudian 370 unit rumah dalam waktu dekat akan ditambah ratusan unit rumah lagi. “Masyarakat mengeluhkan kondisi yang mereka hadapi saat ini. Setelah dibicarakan, akan disiapkan dalam tempo dua atau tiga bulan ke depan,” katanya.
Pada kesempatan lain, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait menilai, mekanisme penanganan anakanak korban erupsi Gunung Sinabung tidak sistematis. Sebab hingga kini anak-anak tersebut masih terancam kesehatannya. “Tidak ada mekanisme perlindungan anak dalam penanganan korban erupsi Sinabung, seperti kebijakan terkait sekolah, kesehatan, maupun pemulihan psikologisnya. Anak-anak korban Sinabung tidak terlayani. Mereka (pemerintah) lupa mekanisme perlindungan anak-anak ini,” katanya kepada wartawan di Terminal Kedatangan KNIA, kemarin.
Menurut dia, bukan berarti apa yang selama ini dilakukan pemerintah dan berbagai pihak tidak dimanfaatkan. Anakanak tidak hanya butuh selimut, hiburan, walaupun itu memang penting. Tidak adanya perlindungan terhadap anak korban Sinabung ini merupakan kesalahan pemerintah pusat yang diimplementasikan ke pemerintah daerah. “Karena Sumut itu daerah kebencanaan, tapi belum memiliki kebijakan terhadap perlindungan anak korban bencana. Apalagi perda kebencanaan, maka mekanismenya tidak ada. Justru karena keprihatinan itu, maka Komnas PA turun ke Sinabung melihat langsung,” ucapnya.
Seharusnya dalam masa tanggap darurat selama 10 hari, kebijakan yang melindungi anak-anak itu sudah selesai, namun hingga kini tidak ada kejelasan. Berarti Sumut tidak memiliki mekanisme kebencanaan.
Kabanjahe Hujan Vulkanik
Hujan debu vulkanik dari erupsi Gunung Sinabung terus menerpa Kota Kabanjahe dan sekitarnya. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dilihat dari semua parameter kegunungapian, aktivitas Gunung Sinabung masih sangat tinggi.
Pada Minggu (28/6), terjadi 116 kali guguran lava pijar, 14 kali gempa hybrid , tiga kali luncuran awan panas sejauh 3,5 km ke arah tenggara dan timur dengan tinggi kolom abu vulkanik 3.000 meter. Sementara pada Senin (29/6) hingga pukul 13.00 WIB, telah terjadi 67 kali guguran, 38 gempa hybrid , dan tremor terus-menerus. Pada kemarin pagi pukul 07.18 WIB, terjadi erupsi dan luncuran awan panas guguran sejauh 3.000 meter ke sektor tenggara dengan tinggi kolom abu vulkanik 2.000 meter.
Kondisi itu menyebabkan Kota Kabanjahe diguyur hujan abu dan berpotensi berlangsung lama karena erupsi Gunung Sinabung akan terus berlangsung. Meningkatnya aktivitas Gunung Sinabung tersebut menyebabkan banyak warga Karo mengungsi. Hingga kemarin jumlah pengungsi mencapai 10.645 jiwa atau 3.150 kepala keluarga. Dari jumlah itu, tercatat ada 780 lanjut usia (lansia), 76 ibu hamil, 220 bayi, dan 747 balita.
“Mereka adalah kelompok rentan pengungsi yang harus memperoleh perhatian khusus,” katanya. Sebelumnya abu vulkanik Gunung Sinabung juga menerpa sejumlah daerah di kawasan pantai timur mulai dari Kabupaten Langkat, Kota Binjai, Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, hingga Serdangbedagai.
Belum Ada Peningkatan Pasien ISPA
Setelah hujan abu di Medan lantaran debu vulkanik Sinabung serta cuaca panas hingga mencapai 36 derajat celcius, ternyata belum menambah peningkatan penderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) di Kota Medan. Kepala Puskesmas Sering, Medan Tembung, Refrini menuturkan, jumlah pasien ISPA di puskesmas per hari mencapai 5-15 orang dari total pasien mencapai sekitar 100 orang per hari. “Masih stabil saja sama seperti hari biasa. Tidak ada peningkatan yang signifikan,” katanya.
Kepala Puskesmas Teladan, Kuspuji juga menuturkan, pasien ISPA yang dirawat di puskesmas masih seperti biasa. Menurut dia, dalam sehari mencapai 20-25 orang dari total jumlah pasien per hari mencapai 100-150 orang. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan, Usma Polita Nasution mengatakan, mereka terus memantau terkait kesehatan masyarakat dan hingga kini belum ada laporan dari puskesmas terkait peningkatan kasus.
“Meski begitu, kami tetap mengimbau masyarakat agar menjaga kesehatan tubuh dengan menjaga pola hidup sehat,” kata dia. Dokter spesialis tropis dan infeksi, Umar Zein, juga ikut mengimbau masyarakat agar terus waspada dan menjaga kesehatannya. Cuaca panas ini dapat menimbulkan berbagai penyakit dan paling rentan terkena adalah bayi, balita, ibu hamil, orang tua, dan orang yang memiliki penyakit kronis.
“Tapi, tidak menutup kemungkinan bagi orang yang juga sehat karena siapa saja bisa terkena penyakit akibat cuaca panas ini,” ujarnya.
M andi yusri/ siti amelia
(ars)