Bermain Tarkam Bukan Hinaan
A
A
A
PALEMBANG - Mantan kapten Sriwijaya FC (SFC) Ponaryo Astaman angkat bicara soal pemain berlabel nasional berlaga di liga antarkampung (tarkam).
Terlebih banyaknya omongan bernada cemoohan, ketika melihat pahlawan Indonesia tersebut hanya bermain pada level terendah. “Ini bukan bicara etis atau tidak. Mereka bermain tarkam, karena semangat untuk bermain bola sangat tinggi. Itu bukan sebuah hinaan bagi pemain,” ungkap Ponaryo. Menurut pria 35 tahun ini, sebagai pelaku sepak bola, dia bisa merasakan apa yang dipikirkan pemain-pemain junior dan rekan-rekannya di tanah air. Tanpa sebuah kompetisi dan klub serentak menyatakan bubar, para pemain sepak bola sepertinya kehilangan jati diri.
“Wajar saja kalau mereka bermain tarkam. Mau main bola di mana lagi. Mereka juga memiliki semangat dan animo sangat tinggi untuk tetap merumput walaupun di liga amatir,” ujarnya. Popon nama sapaan Ponaryo Astaman melihat, banyaknya pemain nasional merumput di liga tarkam tidak akan menurunkan level para pemain yang sebenarnya memang berlabel nasional tersebut. Sebaliknya, itu sangat membantu menggeliatkan kembali sepak bola di level bawah.
“Ini juga buka satu atau dua orang, mereka semua berkumpul dan sama-sama tergabung di sana. Dengan adanya kondisi seperti ini, setidaknya membuat semangat masyarakat untuk bermain bola meningkat, hingga bukan hanya menjadi seorang penikmat saja (penonton),” jelasnya. Kendati demikian, Popon menitip pesan kepada rekan sejawatnya untuk berhati-hati berlaga di liga amatir. Tanpa perangkat pertandingan profesional dan lawan di bawah level permainan akan berdampak buruk.
“Risiko di liga amatir sangat tinggi. Tanpa kontrak jelas, permainan juga keras dan ancaman cedera sangat tinggi. Mereka harus lebih berhati-hati saja,” tuturnya. Popon menambahkan, konflik Menpora dan PSSI memang menjadi penyebab, semua pemain turun ke kompetisi tarkam. Tapi dia menolak kalau itu sengaja dilakukan para pemain nasional.
“Ini bukan perlawanan, namun memang imbasnya saja. Sebab banyak faktor menjadi pilihan untuk mencari nafkah. Ada juga yang memang masih semangat tetap komit bermain sepak bola walaupun di tarkam,” pungkasnya.
m moeslim
Terlebih banyaknya omongan bernada cemoohan, ketika melihat pahlawan Indonesia tersebut hanya bermain pada level terendah. “Ini bukan bicara etis atau tidak. Mereka bermain tarkam, karena semangat untuk bermain bola sangat tinggi. Itu bukan sebuah hinaan bagi pemain,” ungkap Ponaryo. Menurut pria 35 tahun ini, sebagai pelaku sepak bola, dia bisa merasakan apa yang dipikirkan pemain-pemain junior dan rekan-rekannya di tanah air. Tanpa sebuah kompetisi dan klub serentak menyatakan bubar, para pemain sepak bola sepertinya kehilangan jati diri.
“Wajar saja kalau mereka bermain tarkam. Mau main bola di mana lagi. Mereka juga memiliki semangat dan animo sangat tinggi untuk tetap merumput walaupun di liga amatir,” ujarnya. Popon nama sapaan Ponaryo Astaman melihat, banyaknya pemain nasional merumput di liga tarkam tidak akan menurunkan level para pemain yang sebenarnya memang berlabel nasional tersebut. Sebaliknya, itu sangat membantu menggeliatkan kembali sepak bola di level bawah.
“Ini juga buka satu atau dua orang, mereka semua berkumpul dan sama-sama tergabung di sana. Dengan adanya kondisi seperti ini, setidaknya membuat semangat masyarakat untuk bermain bola meningkat, hingga bukan hanya menjadi seorang penikmat saja (penonton),” jelasnya. Kendati demikian, Popon menitip pesan kepada rekan sejawatnya untuk berhati-hati berlaga di liga amatir. Tanpa perangkat pertandingan profesional dan lawan di bawah level permainan akan berdampak buruk.
“Risiko di liga amatir sangat tinggi. Tanpa kontrak jelas, permainan juga keras dan ancaman cedera sangat tinggi. Mereka harus lebih berhati-hati saja,” tuturnya. Popon menambahkan, konflik Menpora dan PSSI memang menjadi penyebab, semua pemain turun ke kompetisi tarkam. Tapi dia menolak kalau itu sengaja dilakukan para pemain nasional.
“Ini bukan perlawanan, namun memang imbasnya saja. Sebab banyak faktor menjadi pilihan untuk mencari nafkah. Ada juga yang memang masih semangat tetap komit bermain sepak bola walaupun di tarkam,” pungkasnya.
m moeslim
(ars)