Kekeringan, Warga Tegal Gunakan Air Kotor untuk Masak
A
A
A
TEGAL - Kekeringan akibat musim kemarau mulai melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Tegal. Warga bahkan harus mengais air kotor di sungai yang mengering untuk memenuhi kebutuhan air sehar-hari.
Hal itu dilakukan warga di Desa Jatimulya Kecamatan Suradadi. Setiap hari warga harus bolak balik ke sungai Cenang di desa setempat untuk mengambil endapan air sungai. Padahal kondisi air sudah kotor dan keruh karena bercampur lumpur.
Salah seorang warga RT 01/ RW 05 Desa Jatimulya, Ayunah (37) mengaku terpaksa mengambil air dari sungai karena sumur miliknya sudah tidak dapat mengeluarkan air. "Airnya untuk mandi, mencuci, dan masak," kata Ayunah, Jumat (26/6/2015).
Untuk memenuhi kebutuhan air dalam sehari, Ayunah harus antre pada pagi hari sejak pukul 05.00 WIB dan sore hari sejak pukul 15.00 WIB .
Lantaran harus antre dan kondisi sungai yang sudah kering, butuh waktu hingga 3 jam untuk mendapatkan air sebanyak dua jeriken ukuran sekitar 20 liter.
"Di sini tidak ada mata air jadi sebisanya nyari air di mana. Kalau tidak ya tidak mandi, tidak nyuci dan masak," ujarnya.
Sedangkan untuk kebutuhan minum, Ayunah dan warga lain harus membeli dengan harga Rp 1.000 per jerigen. "Kalau untuk minum tidak berani karena kotor. Harapannya ada bantuan air bersih biar tidak terus-terusan ngambil air kotor," imbuhnya.
Hal senada diungkapkan Tohari (42). Dia mengatakan, kesulitan mendapatkan air bersih sudah berlangsung selama dua pekan dan selalu berlangsung setiap kali musim kemarau datang. "Kalau musim hujan kebanjiran, kalau musim kemarau susah dapat air," tuturnya.
Warga lainnya, Kiswoyo mengatakan, warga pernah mengandalkan air dari PAM swasta. Namun saat ini sudah tidak digunakan karena sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air.
"Ngebornya hanya sedalam 50 meter jadi sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air. Selain itu karena warga yang menggunakan juga banyak. Kalau dalamnya cuma segitu, tidak cukup. Selain Jatimulya, Desa Harjosari juga mengalami kesulitan air bersih," pungkasnya.
Hal itu dilakukan warga di Desa Jatimulya Kecamatan Suradadi. Setiap hari warga harus bolak balik ke sungai Cenang di desa setempat untuk mengambil endapan air sungai. Padahal kondisi air sudah kotor dan keruh karena bercampur lumpur.
Salah seorang warga RT 01/ RW 05 Desa Jatimulya, Ayunah (37) mengaku terpaksa mengambil air dari sungai karena sumur miliknya sudah tidak dapat mengeluarkan air. "Airnya untuk mandi, mencuci, dan masak," kata Ayunah, Jumat (26/6/2015).
Untuk memenuhi kebutuhan air dalam sehari, Ayunah harus antre pada pagi hari sejak pukul 05.00 WIB dan sore hari sejak pukul 15.00 WIB .
Lantaran harus antre dan kondisi sungai yang sudah kering, butuh waktu hingga 3 jam untuk mendapatkan air sebanyak dua jeriken ukuran sekitar 20 liter.
"Di sini tidak ada mata air jadi sebisanya nyari air di mana. Kalau tidak ya tidak mandi, tidak nyuci dan masak," ujarnya.
Sedangkan untuk kebutuhan minum, Ayunah dan warga lain harus membeli dengan harga Rp 1.000 per jerigen. "Kalau untuk minum tidak berani karena kotor. Harapannya ada bantuan air bersih biar tidak terus-terusan ngambil air kotor," imbuhnya.
Hal senada diungkapkan Tohari (42). Dia mengatakan, kesulitan mendapatkan air bersih sudah berlangsung selama dua pekan dan selalu berlangsung setiap kali musim kemarau datang. "Kalau musim hujan kebanjiran, kalau musim kemarau susah dapat air," tuturnya.
Warga lainnya, Kiswoyo mengatakan, warga pernah mengandalkan air dari PAM swasta. Namun saat ini sudah tidak digunakan karena sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air.
"Ngebornya hanya sedalam 50 meter jadi sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air. Selain itu karena warga yang menggunakan juga banyak. Kalau dalamnya cuma segitu, tidak cukup. Selain Jatimulya, Desa Harjosari juga mengalami kesulitan air bersih," pungkasnya.
(nag)