Warga Timor Tengah Selatan Makan Makanan Babi
A
A
A
TIMOR TENGAH SELATAN - Pakan ternak seperti putak atau isi bagian dalam pohon gewang yang biasanya dimakan oleh ternak sapi maupun babi, kini dikonsumsi oleh warga Desa Kualin, Timor Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur.
Namun, khusus bagi makanan manusia, putak itu diolah dengan cara tersendiri, seperti dijemur, kemudian dihaluskan baru direbus lalu dikeringkan baru bisa dimakan tetapi sebelumnya dicampur gula, dan kelapa yang sudah diparut.
“Kami di sini sudah makan putak sejak bulan Januari 2015, karena kami gagal tanam, sebab hujan tidak turun di sini,” kata Sofia Saetban, warga Dusun III, Desa Kualin, Jumat (26/6/2015).
Sofia menuturkan, putak hanya mereka makan disaat beras atau jagung benar-benar habis di lumbung atau uang tidak ada untuk membeli beras. Selain itu, putak juga kadang mereka makan sebagai makanan alternatif.
Sementara itu, Camat Kualin membenarkan adanya gagal tanam akibat curah hujan di daerah itu tidak ada sejak awal tanam tahun sebelumnya. Menurutnya, banyak warga yang sudah menyiapkan benih untuk ditanam, namun curah hujan minim.
“Ada lima desa rawan pangan, antara lain Tuaneke, Tuafanu, Kiu Fatu, Kualin, dan Desa Oni. Sementara Kecamatan Amanuban Selatan hanya satu desa, tetapi tidak seluruh warga alami rawan pangan," pungkas Simon OG Manu.
Namun, khusus bagi makanan manusia, putak itu diolah dengan cara tersendiri, seperti dijemur, kemudian dihaluskan baru direbus lalu dikeringkan baru bisa dimakan tetapi sebelumnya dicampur gula, dan kelapa yang sudah diparut.
“Kami di sini sudah makan putak sejak bulan Januari 2015, karena kami gagal tanam, sebab hujan tidak turun di sini,” kata Sofia Saetban, warga Dusun III, Desa Kualin, Jumat (26/6/2015).
Sofia menuturkan, putak hanya mereka makan disaat beras atau jagung benar-benar habis di lumbung atau uang tidak ada untuk membeli beras. Selain itu, putak juga kadang mereka makan sebagai makanan alternatif.
Sementara itu, Camat Kualin membenarkan adanya gagal tanam akibat curah hujan di daerah itu tidak ada sejak awal tanam tahun sebelumnya. Menurutnya, banyak warga yang sudah menyiapkan benih untuk ditanam, namun curah hujan minim.
“Ada lima desa rawan pangan, antara lain Tuaneke, Tuafanu, Kiu Fatu, Kualin, dan Desa Oni. Sementara Kecamatan Amanuban Selatan hanya satu desa, tetapi tidak seluruh warga alami rawan pangan," pungkas Simon OG Manu.
(san)