Jalan Lintas Sumatera Jadi Ancaman Pemudik
A
A
A
BATURAJA - Dinas Perhubungan OKU meminta peme rintah pusat atau Balai Besar wilayah Sumsel, untuk segera memperbaiki Jalan Lintas Sumatera di wilayah mereka.
Karena kondisi jalan tersebut rusak parah dan terus menjadi ancaman bagi pengguna jalan, terutama pada arus mudik atau balik Lebaran. “Seperti jalan lintas yang menghubungkan Baturaja- Muaraenim dan Baturaja-Prabumulih, kondisinya rusak parah. Jalan dengan lubang ber - diameter lebar dan dalam. Ini jelas membahayakan pengendara, terutama bagi mereka yang hendak pulang kampung untuk berlebaran,” ungkap Kepala Dinas Perhubungan OKU Firmansyah, kemarin.
Firmansyah menjelaskan, untuk memantau rawan kecelakaan maupun kemacetan, pihaknya telah menurunkan staf, agar daerah yang dianggap rawan segera diinventarisasi dan dilaporkan ke atasan. Data tersebut juga, agar daerah ra - wan mendapat pen jagaan dan juga disiagakan alat berat. Hal yang menurutnya ironi, justru Jalan Lintas Sumatera di dalam kota tepatnya di Jalan Dr M Hatta, ada kurang lebih 20 meter dan lebar 15 yang kondisinya rusak parah.
Mirisnya perbai kan yang dilakukan, hanya ditimbun dengan batu koral dan pasir. Padahal, itu hanya bisa ber tahan dalam hitungan hari saja, kemudian kembali membentuk kubangan terlebih usai diguyur hujan. “Terutama jalan yang rusak parah, hen dak nya segera dicari jalan keluar. Jangan sampai, perjalanan arus mudik tahun ini di daerah yang kondisi jalannya rusak parah memakan korban. Sekarang jalan ini terus menjadi penyebab kemacetan. Apalagi arus kendaraan padat di jam-jam kerja,” jelasnya.
Firmansyah melanjutkan, untuk titik rawan kemacetan pada puncak arus mudik Le-ba - ran mendatang, diperkirakan terjadi di beberapa titik Pasar Lontar, Desa Batanghari, dan Tangsi Lontar, Kecamatan Pengandonan, kemudian di simpang empat Sukajadi. “Titik-titik tersebutme mangsudahmenjadi lang ganan tiap tahun nya, apalagi untuk di Desa Tang si Lontar dan Batanghari, ter dapat pasar tumpah sehingga memakan badan jalan,” tukasnya.
“Semua ini sudah kita bicarakan dengan institusi ter - kait. Supaya, kemungkinan-ke - mungkinan yang tidak kita inginkan dapat diantisipasi secara dini. Termasuk juga akan rawan kejahatan,” tandasnya. Secara terpisah, Sukardi, 46, sopir angkutan desa mengaku, ketidaktegasan pemerintah me nertibkan angkutan batu bara yang beroperasi di daerah itu, terus menjadi penyumbang terbesar kerusakan jalan.
“Mereka (angkutan batu bara) itu lah beban bagi jalan, karena yang dibawanya sangat besar. Bisa kita perhatikan saat me lintas, terlihat pijakan bannya bergelumbang dan menim bul kan getaran. Inilah yang me nimbulkan rusaknya jalan de ngan cepat,” keluhnya.
Ibrahim arsyad
Karena kondisi jalan tersebut rusak parah dan terus menjadi ancaman bagi pengguna jalan, terutama pada arus mudik atau balik Lebaran. “Seperti jalan lintas yang menghubungkan Baturaja- Muaraenim dan Baturaja-Prabumulih, kondisinya rusak parah. Jalan dengan lubang ber - diameter lebar dan dalam. Ini jelas membahayakan pengendara, terutama bagi mereka yang hendak pulang kampung untuk berlebaran,” ungkap Kepala Dinas Perhubungan OKU Firmansyah, kemarin.
Firmansyah menjelaskan, untuk memantau rawan kecelakaan maupun kemacetan, pihaknya telah menurunkan staf, agar daerah yang dianggap rawan segera diinventarisasi dan dilaporkan ke atasan. Data tersebut juga, agar daerah ra - wan mendapat pen jagaan dan juga disiagakan alat berat. Hal yang menurutnya ironi, justru Jalan Lintas Sumatera di dalam kota tepatnya di Jalan Dr M Hatta, ada kurang lebih 20 meter dan lebar 15 yang kondisinya rusak parah.
Mirisnya perbai kan yang dilakukan, hanya ditimbun dengan batu koral dan pasir. Padahal, itu hanya bisa ber tahan dalam hitungan hari saja, kemudian kembali membentuk kubangan terlebih usai diguyur hujan. “Terutama jalan yang rusak parah, hen dak nya segera dicari jalan keluar. Jangan sampai, perjalanan arus mudik tahun ini di daerah yang kondisi jalannya rusak parah memakan korban. Sekarang jalan ini terus menjadi penyebab kemacetan. Apalagi arus kendaraan padat di jam-jam kerja,” jelasnya.
Firmansyah melanjutkan, untuk titik rawan kemacetan pada puncak arus mudik Le-ba - ran mendatang, diperkirakan terjadi di beberapa titik Pasar Lontar, Desa Batanghari, dan Tangsi Lontar, Kecamatan Pengandonan, kemudian di simpang empat Sukajadi. “Titik-titik tersebutme mangsudahmenjadi lang ganan tiap tahun nya, apalagi untuk di Desa Tang si Lontar dan Batanghari, ter dapat pasar tumpah sehingga memakan badan jalan,” tukasnya.
“Semua ini sudah kita bicarakan dengan institusi ter - kait. Supaya, kemungkinan-ke - mungkinan yang tidak kita inginkan dapat diantisipasi secara dini. Termasuk juga akan rawan kejahatan,” tandasnya. Secara terpisah, Sukardi, 46, sopir angkutan desa mengaku, ketidaktegasan pemerintah me nertibkan angkutan batu bara yang beroperasi di daerah itu, terus menjadi penyumbang terbesar kerusakan jalan.
“Mereka (angkutan batu bara) itu lah beban bagi jalan, karena yang dibawanya sangat besar. Bisa kita perhatikan saat me lintas, terlihat pijakan bannya bergelumbang dan menim bul kan getaran. Inilah yang me nimbulkan rusaknya jalan de ngan cepat,” keluhnya.
Ibrahim arsyad
(ars)