Panas di Medan Mencapai Puncak
A
A
A
MEDAN - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, suhu panas di Kota Medan sudah mencapai puncak, yakni 36 derajat celcius. “Jika dibandingkan kabupaten/kota lainnya, Kota Medan merupakan wilayah yang tertinggi suhu panasnya.
Di kabupaten/ kota lainnya suhu panas berkisar antara 29-35 derajat celcius,” ujar Kepala Bidang Data dan Informasi, BMKG Wilayah 1 Sumut, Sunardi, kemarin. Meski suhu panas begitu tinggi, berdasarkan pengamatan yang dilakukan BMKG melalui satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), tidak ditemukan titik panas (hotspot ) di Pulau Sumatera.
Sunardi menjelaskan, suhu panas yang terjadi dikarenakan angin dari tenggara melewati wilayah Sumatera Bagian Utara yang bersifat menyebar. Akibat angin yang menyebar itu, kandungan airnya sangat kecil, sehingga tidak memicu pertumbuhan awan. Karena itu, panas akan dirasakan tidak hanya pada siang hari saja, namun juga terasa gerah pada malam hari.
“Cuaca umumnya cerah berawan pada siang hari, dan berawan pada sore hingga malam hari. Tetapi dengan adanya efek lokal, hujan masih berpeluang terjadi pada dini hari, khususnya di wilayah Pantai Timur Sumatera Utara yang bersifat lokal,” ungkapnya. Untuk wilayah perairan, sebut Sunardi, Selat Malaka bagian utara berpotensi cukup mengganggu nelayan.
Sebab, di perairan tersebut terdapat angin dengan kecepatan 10-20 knot. Sementara ketinggian gelombang lautnya mencapai dua hingga tiga meter. “Kecepatan 20 knot itu sudah termasuk mulai meningkat, biasanya hanya 10-15 knot saja. Untuk itu, masyarakat harus mewaspadainya. Jangan membuang puntung rokok sembarangan, karena potensi kebakaran bisa terjadi,” ucapnya.
Pengamat Kesehatan, dr Delyuzar, mengungkapkan, belakangan ini kondisi cuaca di Kota Medan dan sekitarnya memang terasa panas pada siang maupun malam hari. Dengan kondisi cuaca yang panas ini, bisa mengganggu kesehatan. Sebab, pada saat panas, polusi udara semakin meningkat.
Berbagai penyakit yang disebabkan tingginya polusi udara akan lebih mudah menyerang tubuh manusia. Seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) serta iritasi kulit karena keringat yang terus keluar. “Yang perlu diantisipasi pada saat kondisi panas seperti ini adalah memperbanyak minum pada saat malam hari dan sahur. Selain minum, juga disarankan mengonsumsi buah-buahan dan sayur.
Sebab, kekurangan minum bisa menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi,” katanya. Tidak hanya itu, masyarakat juga disarankan mengurangi aktivitas di luar ruangan. Sebab, jika banyak beraktivitas di luar ruangan, berpotensi akan mengalami radang kulit. “Jika keluar ruangan, sebaiknya menggunakan pelindung tubuh dan masker untuk melindungi mulut dari debu,” ucapnya.
Eko agustyo fb
Di kabupaten/ kota lainnya suhu panas berkisar antara 29-35 derajat celcius,” ujar Kepala Bidang Data dan Informasi, BMKG Wilayah 1 Sumut, Sunardi, kemarin. Meski suhu panas begitu tinggi, berdasarkan pengamatan yang dilakukan BMKG melalui satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), tidak ditemukan titik panas (hotspot ) di Pulau Sumatera.
Sunardi menjelaskan, suhu panas yang terjadi dikarenakan angin dari tenggara melewati wilayah Sumatera Bagian Utara yang bersifat menyebar. Akibat angin yang menyebar itu, kandungan airnya sangat kecil, sehingga tidak memicu pertumbuhan awan. Karena itu, panas akan dirasakan tidak hanya pada siang hari saja, namun juga terasa gerah pada malam hari.
“Cuaca umumnya cerah berawan pada siang hari, dan berawan pada sore hingga malam hari. Tetapi dengan adanya efek lokal, hujan masih berpeluang terjadi pada dini hari, khususnya di wilayah Pantai Timur Sumatera Utara yang bersifat lokal,” ungkapnya. Untuk wilayah perairan, sebut Sunardi, Selat Malaka bagian utara berpotensi cukup mengganggu nelayan.
Sebab, di perairan tersebut terdapat angin dengan kecepatan 10-20 knot. Sementara ketinggian gelombang lautnya mencapai dua hingga tiga meter. “Kecepatan 20 knot itu sudah termasuk mulai meningkat, biasanya hanya 10-15 knot saja. Untuk itu, masyarakat harus mewaspadainya. Jangan membuang puntung rokok sembarangan, karena potensi kebakaran bisa terjadi,” ucapnya.
Pengamat Kesehatan, dr Delyuzar, mengungkapkan, belakangan ini kondisi cuaca di Kota Medan dan sekitarnya memang terasa panas pada siang maupun malam hari. Dengan kondisi cuaca yang panas ini, bisa mengganggu kesehatan. Sebab, pada saat panas, polusi udara semakin meningkat.
Berbagai penyakit yang disebabkan tingginya polusi udara akan lebih mudah menyerang tubuh manusia. Seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) serta iritasi kulit karena keringat yang terus keluar. “Yang perlu diantisipasi pada saat kondisi panas seperti ini adalah memperbanyak minum pada saat malam hari dan sahur. Selain minum, juga disarankan mengonsumsi buah-buahan dan sayur.
Sebab, kekurangan minum bisa menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi,” katanya. Tidak hanya itu, masyarakat juga disarankan mengurangi aktivitas di luar ruangan. Sebab, jika banyak beraktivitas di luar ruangan, berpotensi akan mengalami radang kulit. “Jika keluar ruangan, sebaiknya menggunakan pelindung tubuh dan masker untuk melindungi mulut dari debu,” ucapnya.
Eko agustyo fb
(bbg)