30 Hektare Padi di Cirebon Gagal Panen

Rabu, 17 Juni 2015 - 16:42 WIB
30 Hektare Padi di Cirebon Gagal Panen
30 Hektare Padi di Cirebon Gagal Panen
A A A
CIREBON - Sedikitnya 30 hektare tanaman padi di Desa/Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon, gagal panen alias puso akibat kekeringan. Sedianya, para petani bersiap memanen Agustus mendatang, setelah tanam dilakukan sejak Mei lalu.

Sayang, kekeringan melanda sawah mereka, hingga mengakibatkan padi mereka mati. Salah seorang buruh tani, Sukra mengatakan, pasca panen April lalu, dirinya melakukan percepatan tanam pada Mei.

Selama lebih dari satu bulan itulah, padi yang ditanamnya sudah tinggi. "Tapi sawah kekeringan. Air yang biasanya mengalir dari sungai tadah hujan di sekitar sini tak lagi mengalir karena sungainya kering," ungkapnya, Rabu (17/6/2015).

Menurut dia, kekeringan tahun ini terbilang parah mengingat tahun lalu saja kondisinya tak sampai begitu. Meski dilanda kekeringan, dirinya kala itu masih sempat panen karena musim hujan berlangsung lebih lama.

"Tahun ini, Mei saja sudah panas. Sudah tak ada hujan," keluhnya.

Sukra pun mengaku pasrah, karena tak bisa berbuat banyak lagi. Padi yang mati itu pun akhirnya dia potong untuk bahan pakan kambingnya.

Terpisah, Kepala Desa (Kuwu) Desa Greged Yusuf menyatakan, persoalan kekeringan di wilayahnya telah hampir menjadi musibah yang menahun. Namun, kekeringan tahun ini terbilang lebih parah, mengingat luas lahan yang puso hampir 50%.

"Dari 74 hektare lahan pertanian yang ada, sekitar 30 hektare di antaranya kekeringan hingga gagal panen," tuturnya.

Dia menyebutkan, selama ini petani mengandalkan sungai tadah hujan, tapi tahun ini hujan hanya sebentar hingga akhirnya kekeringan. Tahun lalu, pihaknya memperoleh bantuan sumur pantek dari Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan (Distanbunnakhut) Kabupaten Cirebon.

Namun, kedalaman sumur pantek yang hanya 10 meter membuat air tak mengalir. Hal ini tak lepas dari kondisi geografis Desa Greged yang berada di dataran tinggi.

Menurut dia, untuk mengatasi hal ini kemungkinan harus dibuat sumur dalam mengingat tak ada mata air di Greged. Jika tidak, dikhawatirkan Greged akan terus kekeringan.

Dia pun berjanji akan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Cirebon dalam waktu dekat. Pihaknya sendiri berencana membangun sumur dalam menggunakan tenaga matahari di berbagai titik.

Hanya saja, kebutuhan anggaran untuk ini terhitung tinggi, sekitar Rp150 juta. Meski ada Alokasi Dana Desa (ADD), pihaknya tak bisa begitu saja menggunakannya untuk sumur semata, mengingat pembangunan lain di desanya tetap harus ada.

Namun, dia berjanji akan mengupayakan pembangunan sumur dalam pada 2016 mendatang. Sementara ini, pihaknya akan berusaha mengedukasi para petani agar beralih tanam ke palawija untuk menekan kerugian mereka.

"Untuk menanam satu hektar sawah ini modal yang dibutuhkan sekitar Rp10 juta. Kalau kekeringan terus menerus, kerugian para petani pasti membesar," tandasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7815 seconds (0.1#10.140)