Penjaga Gawang Persekat Beralih Jadi Tukang Sapu

Senin, 15 Juni 2015 - 09:30 WIB
Penjaga Gawang Persekat...
Penjaga Gawang Persekat Beralih Jadi Tukang Sapu
A A A
Kebijakan pembekuan terhadap PSSI oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) membuat seluruh kompetisi yang bernaung di bawah PSSI berhenti total.

Akibatnya, para pemain sepak bola pun menganggur dan bahkan harus susah payah mencari pemasukan untuk biaya hidup. Kondisi itu tak terkecuali dialami oleh salah satu pemain sepak bola profesional di Kabupaten Tegal, Akhmad Subekhi. Penjaga gawang Persekat Kabupaten Tegal ini terpaksa menjadi tukang bersihbersih dan penjaga parkir di GOR Trisanja, Slawi, setelah Liga Nusantara, tempat Persekat berkompetisi, terhenti di tengah jalan.

Berbekal sapu lidi dan gerobak, Subekhi tiap pagi menyapu sampah yang berserakan area halaman GOR. Pekerjaan tersebut sudah dilakoninya sejak dua bulan terakhir untuk mencari pemasukan selepas tidak bisa lagi bermain sepak bola. Ironisnya, pemasukan tersebut tidak didapatkan Subekhi dari upah yang diberikan pengelola GOR maupun pemerintah daerah. Namun dari belas kasihan para pengunjung GOR yang hendak berolahraga.

“Biasanya, saya cuma diberi upah oleh pemilik motor yang parkir di area GOR. Selain itu, saya juga sering diberi uang oleh Pak Parjo,” tutur Subekhi saat ditemui belum lama ini. Parjo merupakan salah satu pengurus Persekat. Bagi pencinta sepak bola di Kabupaten Tegal, nama Akhmad Subekhi tidaklah asing. Nama pria berusia 40 tahun ini bahkan sempat moncer di jagat persepakbolaan pada Jawa Tengah di era tahun 2000-an karena kepiawaiannya di bawah mistar gawang.

Subekhi tercatat pernah membela Persatuan Sepak Bola Kabupaten Pekalongan (Persekap) selama lima tahun sejak 2001. Di tim itu, Subekhi menjadi penjaga gawang utama dalam Divisi II Jawa Tengah yang kini berubah nama menjadi Liga Nusantara. Pada 2005, penampilan gemilang Subekhi membuat Persatuan Sepak Bola Kota Pekalongan (Persip) kepincut untuk merekrutnya. Setelah dua tahun memperkuat tim kebanggaan warga Kota Batik, bapak satu anak itu kemudian pindah ke Persekat setelah dibujuk pejabat Kabupaten Tegal. Subekhi mengaku membersihkan GOR Trisanja untuk menyibukkan diri setelah tidak lagi ada pertandingan yang dijalani Persekat.

Terakhir kali Subekhi merumput adalah saat mengikuti laga tandang Persekat di Wonogiri pada 3 Mei lalu. “Walaupun tidak bermain (sepak bola) tapi saya tetap jaga kondisi fisik. Setiap habis menyapu, saya lari keliling lapangan,” ujar warga Desa Tembokluwung, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal itu.

Subekhi mengungkapkan, saat masih bertanding, ia hanya mendapatkan honor Rp100.000 per pertandingan untuk pertandingan kandang. Sedangkan jika pertandingan luar kandang, honornya Rp150.000.

Farid Firdaus
Slawi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0893 seconds (0.1#10.140)