SDSMP Gratis, SMA Masih Pungut Biaya Masuk
A
A
A
YOGYAKARTA - Awal Juli nanti, sekolah-sekolah di DIY baik negeri maupun swasta menggelar Penerimaan Peserta Didik Baru (PPBD) 2015. Perlu diingat, selain biaya pendaftaran, tidak ada biaya lain yang boleh dipungut pihak sekolah negeri.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, syarat utama masuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di DIY hanya dua, yakni ijazah dan surat keterangan hasil ujian nasional (SKHUN) atau surat husil Ujian sekolah/madrasah untuk lulusan SD.
"Sesuai peruntukan awal, nilai UN digunakan dalam seleksi siswa baru jenjang di atasnya. Dengan membawa persyaratan tersebut, siswa bisa langsung mendaftar," katanya memberikan jaminan, kemarin. Terkait tata cara pendaftaran, menurut Aji, masing-masing kabupaten/kota memiliki kebijakan tersendiri. Misalnya Kota Yogyakarta yang akan membuka pendaftaran bagi siswa kurang mampu pemegang Kartu Menuju Sejahtera (KMS) terlebih dahulu.
Begitu pula dengan jadwal, penyusunannya ditentukan masing-masing kabupaten/kota. "Da lam proses pendaftaran, bisa jadi ada bia ya pendaftaran yang dikenakan. Hal ini ju ga ditentukan pemerintah kabupaten/ kota masing-masing. Yang jelas, biaya pendaftaran tidak boleh memberatkan orang tua siswa," ujar Aji. Mengenai biaya masuk sekolah, Aji menegaskan, selain biaya pendaftaran, se ko lah negeri tidak diperkenankan memungut biaya apa pun.
Tapi untuk sekolah swasta masih diperbolehkan memungut biaya untuk sumbangan kepada sekolah yang harus dikoordinasikan de ngan Dinas Pendidikan kabupaten/kota pula. "Untuk SD dan SMP negeri, tidak diperkenankan meminta biaya apa pun. Sementara SMA/MA/SMK masih diperbolehkan tapi harus dirembuk bersama agar tidak terjadi permasalahan," paparnya. Aji menambahkan, peran komite sekolah dalam pendaftaran siswa baru hanya bersifat membantu.
Seleksi sendiri sepenuhnya harus dilakukan pihak sekolah. Dalam proses penerimaan siswa baru, Disdikpora DIY sendiri membuka posko pengaduan di kantor setempat. "Kami siap menampung laporan dan menjadi perantara agar masalah ini bisa terselesaikan," tutur Aji. Ketua Dewan Pendidikan, DIY Wuryadi mengatakan, secara keseluruhan proses pen - daf taran dan penerimaan siswa baru di DIY sudah cukup baik. Namun, dia tak menyangkal jika masih ada sekolah-sekolah yang melanggar aturan. Seperti memberlakukan pemungutan biaya yang memberatkan orang tua siswa.
"Karena itu, saya berharap harus tetap adanya pengawasan dari Dinas Pendidikan, baik ka - bu paten/kota maupun DIY ter - kait pelaksanaan penerimaan siswa baru ini. Ini tentu untuk meminimalisasi pelanggaran," ucap Wuryadi. Sementara Kasubbag Pe ren - ca naan dan Evaluasi Disdikpora Sleman, Dwi Warni Yuliastuti, mengatakan, ketentuan PPDB masih dalam bentuk draf. Jadi, masih ada kemungkinan perubahan. “Hal ini bukan hanya terjadi di Sleman, tapi juga di seluruh kabupaten/kota lainnya di DIY,” ungkap Dwi, kemarin.
Terkait daya tampung, lanjut dia, ada beberapa sekolah yang mengajukan penambahan. Jadi, ada kemungkinan perubahan di banding daya tampung tahun sebelumnya. Sementara pendaftaran sis - wa baru dengan real time online (RTO), di Sleman semua SMA negeri sudah menerapkannya. Untuk yang belum adalah SMK negeri dan swasta. Pada jenjang SMP, kata dia, belum semua SMP negeri menerapkan RTO.
“Tahun lalu SMP negeri, baru sebagian, dan tahun ini kemung kinan ada tambahan. Karena itu kami masih menunggu perkembangan,” ucapnya. Warga Condongcatur, Sleman, Joko Marwanto, mengatakan, karena informasi PPDB sangat penting, terutama bagi orang tua calon siswa, meminta instansi terkait segera mengumumkan PPDB tersebut. Baik yang menyangkut dengan kuota maupun persyaratannya apa saja. “Informasi soal PPDB sangat saya perlukan. Sebab, tahun ini anak saya akan masuk SMP,” ucapnya.
Keresahan orang tua calon siswa juga dirasakan di Gu nungkidul. Beberapa sekolah di Gu - nungkidul sudah menjadi inca - ran mereka. Untuk tingkat SMP, SMPN 1 Wonosari, SMPN 2 Wonosari, SMPN 1 Karangmojo, SMPN 1 Playen, dan SMPN 1 Ponjong menjadi sekolah favorit. Prestasi yang diraih para siswanya mem buat orang tua ingin menye kolahkan anaknya di sekolah- sekolah tersebut. Begitu juga tingkat SMA/ SMK. Nama SMAN 1 Wonosari, SMAN 2 Wonosari, SMKN 1 Wo nosari dan SMKN 2 Wonosa ri menjadi tujuan favorit para lulusan SMP.
Sementara Suharyati Purwaningsih, warga Desa Gen jahan Ponjong, hanya bisa ber harap hasil UN anaknya bagus. Jadi, anaknya lebih percaya diri men daftar di sekolah favorit. ”Harapan saya anak bisa masuk SMAN 2 Wonosari,” ucapnya. Hingga kemarin, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkdiul belum membahas kuota siswa yang akan masuk SMP dan SMA/MA/SMK.
Begitu juga jad wal pendaftaran siswa baru. ”Kami masih membahas secara internal, dan kemungkinan akhir bulan ini baru kami bahas. Ini termasuk untuk kuota siswa dan juga jadwal pen daftarannya,” ungkap Kepala Bi dang Pendidikan Menengah Dis dikpora Gunung kidul, Suki to.
Bantul Diprediksi Kekurangan Siswa
Sementara itu, ratusan sekolah di Kabupaten Bantul terancam kekurangan siswa dalam PPDB tahun ajaran 2015–2016. Sebab, jumlah siswa lulusan dari tingkatan di bawah jauh lebih sedikit dibanding daya tampung PPDB tahun ini. Kepala Bidang SMK Dinas Pen didikan Menengah dan Nonformal (Dikmenof) Ka bupa ten Bantul, Sukarjo, mengungkapkan, jumlah lulusan SMP tahun ini hanya 12.000-an orang. Padahal, kapasitas kursi dari SMK, SMA, ataupun madra sah aliyah (MA) di kabupaten ini mencapai 13.000 tempat du duk.
“Jadi, perkiraan saya kurang sekitar 1.000 siswa,” tutur Sukarjo. Sukarjo menambahkan, biasanya sekolah-sekolah di perbatasan seperti di Kecamatan Banguntapan, Dlingo, Imogiri, Sedayu, ataupun Srandakan, di - serbu siswa asal kabupaten lain. Dulu siswa dari luar kabupaten maksimal 20–30 %. Untuk tahun ini kemungkinan bisa 40% dibanding jumlah siswa asal Bantul.
“Tetapi itu belum ada ketetapan karena aturan PPDB 2015 baru akan kami bahas akhir pekan ini,” paparnya. Pada kesempatan berbeda, Kepala Dinas Pendidikan Dasar (Dikdas) Kabupaten Bantul, Totok Sudarto, mengaku optimistis seluruh lulusan SD ataupun MI tahun ini tertampung semuanya di SMP yang ada di Bantul. Bahkan, Totok memperkirakan kemungkinan besar justru SMP akan mengalami kekurangan siswa.
“Kemungkinan nanti kurang sekitar 25% dari daya tampung,” sebutnya.
Ratih keswara/ priyo setyawan/ suharjono/ erfanto linangkung
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, syarat utama masuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di DIY hanya dua, yakni ijazah dan surat keterangan hasil ujian nasional (SKHUN) atau surat husil Ujian sekolah/madrasah untuk lulusan SD.
"Sesuai peruntukan awal, nilai UN digunakan dalam seleksi siswa baru jenjang di atasnya. Dengan membawa persyaratan tersebut, siswa bisa langsung mendaftar," katanya memberikan jaminan, kemarin. Terkait tata cara pendaftaran, menurut Aji, masing-masing kabupaten/kota memiliki kebijakan tersendiri. Misalnya Kota Yogyakarta yang akan membuka pendaftaran bagi siswa kurang mampu pemegang Kartu Menuju Sejahtera (KMS) terlebih dahulu.
Begitu pula dengan jadwal, penyusunannya ditentukan masing-masing kabupaten/kota. "Da lam proses pendaftaran, bisa jadi ada bia ya pendaftaran yang dikenakan. Hal ini ju ga ditentukan pemerintah kabupaten/ kota masing-masing. Yang jelas, biaya pendaftaran tidak boleh memberatkan orang tua siswa," ujar Aji. Mengenai biaya masuk sekolah, Aji menegaskan, selain biaya pendaftaran, se ko lah negeri tidak diperkenankan memungut biaya apa pun.
Tapi untuk sekolah swasta masih diperbolehkan memungut biaya untuk sumbangan kepada sekolah yang harus dikoordinasikan de ngan Dinas Pendidikan kabupaten/kota pula. "Untuk SD dan SMP negeri, tidak diperkenankan meminta biaya apa pun. Sementara SMA/MA/SMK masih diperbolehkan tapi harus dirembuk bersama agar tidak terjadi permasalahan," paparnya. Aji menambahkan, peran komite sekolah dalam pendaftaran siswa baru hanya bersifat membantu.
Seleksi sendiri sepenuhnya harus dilakukan pihak sekolah. Dalam proses penerimaan siswa baru, Disdikpora DIY sendiri membuka posko pengaduan di kantor setempat. "Kami siap menampung laporan dan menjadi perantara agar masalah ini bisa terselesaikan," tutur Aji. Ketua Dewan Pendidikan, DIY Wuryadi mengatakan, secara keseluruhan proses pen - daf taran dan penerimaan siswa baru di DIY sudah cukup baik. Namun, dia tak menyangkal jika masih ada sekolah-sekolah yang melanggar aturan. Seperti memberlakukan pemungutan biaya yang memberatkan orang tua siswa.
"Karena itu, saya berharap harus tetap adanya pengawasan dari Dinas Pendidikan, baik ka - bu paten/kota maupun DIY ter - kait pelaksanaan penerimaan siswa baru ini. Ini tentu untuk meminimalisasi pelanggaran," ucap Wuryadi. Sementara Kasubbag Pe ren - ca naan dan Evaluasi Disdikpora Sleman, Dwi Warni Yuliastuti, mengatakan, ketentuan PPDB masih dalam bentuk draf. Jadi, masih ada kemungkinan perubahan. “Hal ini bukan hanya terjadi di Sleman, tapi juga di seluruh kabupaten/kota lainnya di DIY,” ungkap Dwi, kemarin.
Terkait daya tampung, lanjut dia, ada beberapa sekolah yang mengajukan penambahan. Jadi, ada kemungkinan perubahan di banding daya tampung tahun sebelumnya. Sementara pendaftaran sis - wa baru dengan real time online (RTO), di Sleman semua SMA negeri sudah menerapkannya. Untuk yang belum adalah SMK negeri dan swasta. Pada jenjang SMP, kata dia, belum semua SMP negeri menerapkan RTO.
“Tahun lalu SMP negeri, baru sebagian, dan tahun ini kemung kinan ada tambahan. Karena itu kami masih menunggu perkembangan,” ucapnya. Warga Condongcatur, Sleman, Joko Marwanto, mengatakan, karena informasi PPDB sangat penting, terutama bagi orang tua calon siswa, meminta instansi terkait segera mengumumkan PPDB tersebut. Baik yang menyangkut dengan kuota maupun persyaratannya apa saja. “Informasi soal PPDB sangat saya perlukan. Sebab, tahun ini anak saya akan masuk SMP,” ucapnya.
Keresahan orang tua calon siswa juga dirasakan di Gu nungkidul. Beberapa sekolah di Gu - nungkidul sudah menjadi inca - ran mereka. Untuk tingkat SMP, SMPN 1 Wonosari, SMPN 2 Wonosari, SMPN 1 Karangmojo, SMPN 1 Playen, dan SMPN 1 Ponjong menjadi sekolah favorit. Prestasi yang diraih para siswanya mem buat orang tua ingin menye kolahkan anaknya di sekolah- sekolah tersebut. Begitu juga tingkat SMA/ SMK. Nama SMAN 1 Wonosari, SMAN 2 Wonosari, SMKN 1 Wo nosari dan SMKN 2 Wonosa ri menjadi tujuan favorit para lulusan SMP.
Sementara Suharyati Purwaningsih, warga Desa Gen jahan Ponjong, hanya bisa ber harap hasil UN anaknya bagus. Jadi, anaknya lebih percaya diri men daftar di sekolah favorit. ”Harapan saya anak bisa masuk SMAN 2 Wonosari,” ucapnya. Hingga kemarin, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkdiul belum membahas kuota siswa yang akan masuk SMP dan SMA/MA/SMK.
Begitu juga jad wal pendaftaran siswa baru. ”Kami masih membahas secara internal, dan kemungkinan akhir bulan ini baru kami bahas. Ini termasuk untuk kuota siswa dan juga jadwal pen daftarannya,” ungkap Kepala Bi dang Pendidikan Menengah Dis dikpora Gunung kidul, Suki to.
Bantul Diprediksi Kekurangan Siswa
Sementara itu, ratusan sekolah di Kabupaten Bantul terancam kekurangan siswa dalam PPDB tahun ajaran 2015–2016. Sebab, jumlah siswa lulusan dari tingkatan di bawah jauh lebih sedikit dibanding daya tampung PPDB tahun ini. Kepala Bidang SMK Dinas Pen didikan Menengah dan Nonformal (Dikmenof) Ka bupa ten Bantul, Sukarjo, mengungkapkan, jumlah lulusan SMP tahun ini hanya 12.000-an orang. Padahal, kapasitas kursi dari SMK, SMA, ataupun madra sah aliyah (MA) di kabupaten ini mencapai 13.000 tempat du duk.
“Jadi, perkiraan saya kurang sekitar 1.000 siswa,” tutur Sukarjo. Sukarjo menambahkan, biasanya sekolah-sekolah di perbatasan seperti di Kecamatan Banguntapan, Dlingo, Imogiri, Sedayu, ataupun Srandakan, di - serbu siswa asal kabupaten lain. Dulu siswa dari luar kabupaten maksimal 20–30 %. Untuk tahun ini kemungkinan bisa 40% dibanding jumlah siswa asal Bantul.
“Tetapi itu belum ada ketetapan karena aturan PPDB 2015 baru akan kami bahas akhir pekan ini,” paparnya. Pada kesempatan berbeda, Kepala Dinas Pendidikan Dasar (Dikdas) Kabupaten Bantul, Totok Sudarto, mengaku optimistis seluruh lulusan SD ataupun MI tahun ini tertampung semuanya di SMP yang ada di Bantul. Bahkan, Totok memperkirakan kemungkinan besar justru SMP akan mengalami kekurangan siswa.
“Kemungkinan nanti kurang sekitar 25% dari daya tampung,” sebutnya.
Ratih keswara/ priyo setyawan/ suharjono/ erfanto linangkung
(ars)