Regu Penyelamat Evakuasi Warga Suku Tengger
A
A
A
PROBOLINGGO - Warga suku Tengger yang bermukim di lereng Gunung Bromo dievakuasi dari kawasan permukiman menuju posko penampungan pengungsi. Evakuasi yang melibatkan tim penyelamat gabungan ini untuk mengantisipasi erupsi Gunung Bromo.
Sejumlah lansia, wanita hamil dan anak-anak, serta warga yang sakit menjadi prioritas tim penyelamat. Para korban ini dilarikan ke posko pengungsian menggunakan mobil ambulans dan mobil bak terbuka guna mendapat perlindungan dan perawatan medis.
Proses evakuasi warga ini merupakan bagian dari simulasi penyelamatan sekitar 30.000 kepala keluarga (KK) dari potensi erupsi Gunung Bromo.
Tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, Polri, PMI, dan relawan bahu-membahu mengevakuasi penduduk suku Tengger dari daerah terdampak bencana letusan Gunung Bromo.
Kepala BPBD Kabupaten Probolinggo Dwijoko Nurjayadi mengungkapkan, simulasi penyelamatan warga ini sebagai upaya antisipasi siklus letusan Gunung Bromo.
Dalam dua dekade terakhir, siklus erupsi Gunung Bromo tercatat terjadi setiap lima hingga enam tahun sekali, yakni pada tahun 1994, 1996, 2000, 2004, dan terakhir pada 2010.
"Simulasi penyelamatan warga ini untuk mengetahui sejauh mana kesiapan tim gabungan melakukan proses evakuasi. Sehingga jika sewaktu-waktu terjadi letusan Gunung Bromo, tim gabungan dapat melakukan penyelamatan dengan benar dan tidak terjadi adanya korban," kata Dwijoko Nurjayadi, Kamis (11/6/2015).
Menurutnya, simulasi erupsi Gunung Bromo ini diharapkan dapat memberikan deteksi dini bencana alam. Simulasi ini juga memberikan pembelajaran kepada warga agar selalu mewaspadai potensi bencana dan prosedur penyelamatan diri.
"Sedikitnya ada 30.000 KK suku Tengger yang tinggal di lima kecamatan terancam menjadi korban jika terjadi erupsi Gunung Bromo. Pada erupsi lalu, tidak semua warga bersedia dievakuasi dengan alasan menjaga rumah dan harta bendanya," tandas Dwijoko.
Salah seorang warga suku Tengger, Maulita Agustina menyatakan, proses simulasi penyelamatan ini dianggap penting. Sehingga, jika erupsi Gunung Bromo benar terjadi, ia sudah mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri.
Sejumlah lansia, wanita hamil dan anak-anak, serta warga yang sakit menjadi prioritas tim penyelamat. Para korban ini dilarikan ke posko pengungsian menggunakan mobil ambulans dan mobil bak terbuka guna mendapat perlindungan dan perawatan medis.
Proses evakuasi warga ini merupakan bagian dari simulasi penyelamatan sekitar 30.000 kepala keluarga (KK) dari potensi erupsi Gunung Bromo.
Tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, Polri, PMI, dan relawan bahu-membahu mengevakuasi penduduk suku Tengger dari daerah terdampak bencana letusan Gunung Bromo.
Kepala BPBD Kabupaten Probolinggo Dwijoko Nurjayadi mengungkapkan, simulasi penyelamatan warga ini sebagai upaya antisipasi siklus letusan Gunung Bromo.
Dalam dua dekade terakhir, siklus erupsi Gunung Bromo tercatat terjadi setiap lima hingga enam tahun sekali, yakni pada tahun 1994, 1996, 2000, 2004, dan terakhir pada 2010.
"Simulasi penyelamatan warga ini untuk mengetahui sejauh mana kesiapan tim gabungan melakukan proses evakuasi. Sehingga jika sewaktu-waktu terjadi letusan Gunung Bromo, tim gabungan dapat melakukan penyelamatan dengan benar dan tidak terjadi adanya korban," kata Dwijoko Nurjayadi, Kamis (11/6/2015).
Menurutnya, simulasi erupsi Gunung Bromo ini diharapkan dapat memberikan deteksi dini bencana alam. Simulasi ini juga memberikan pembelajaran kepada warga agar selalu mewaspadai potensi bencana dan prosedur penyelamatan diri.
"Sedikitnya ada 30.000 KK suku Tengger yang tinggal di lima kecamatan terancam menjadi korban jika terjadi erupsi Gunung Bromo. Pada erupsi lalu, tidak semua warga bersedia dievakuasi dengan alasan menjaga rumah dan harta bendanya," tandas Dwijoko.
Salah seorang warga suku Tengger, Maulita Agustina menyatakan, proses simulasi penyelamatan ini dianggap penting. Sehingga, jika erupsi Gunung Bromo benar terjadi, ia sudah mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri.
(zik)