Mangayubagyo Gibran-Selvi

Kamis, 11 Juni 2015 - 08:22 WIB
Mangayubagyo Gibran-Selvi
Mangayubagyo Gibran-Selvi
A A A
SOLO - Satu per satu rangkaian prosesi pernikahan Gibran Rakabuming Raka-Selvi Ananda dijalani. Setelah melaksanakan proses siraman kemarin siang dan midodareni tadi malam, putra sulung Presiden Joko Widodo itu resmi akan menikahi calon istrinya, hari ini.

Berdasarkan jadwal, ijab kabul pernikahan Gibran-Selvi akan dilangsungkan di Gedung Graha Shaba Buana sekitar pukul 09.00 WIB. Sebagai penghulu adalah Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Banjarsari, Mukhtarozi. Selain menjadi penghulu, Mukhtaroji juga ditunjuk sebagai wali nikah Selvi lantaran kedua orang tua mempelai putri nonmuslim. Selvi sendiri diketahui telah memeluk agama Islam.

“Besok yang menjadi walinya Mbak Selvi, Kepala KUA Banjarsari,” kata Mukhtaroji, kemarin. Dalam prosesi ijab kabul, kata Mukhtaroji, yang menjadi saksi adalah Ahyani, ketua RW di kediaman Presiden Joko Widodo di Jalan Kutai Utara, Sumber, Banjarsari. Terkait maskawin, Gibran hanya memberikan seperangkat alat salat tanpa ada barang lainnya.

Sementara siang kemarin, prosesi siraman yang digelar di rumah Selvi Ananda di Jalan Kutai Raya, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjasari, Solo, dimulai sekitar pukul 09.00 WIB. Sebelum acara siraman, ayah Selvi, Didit Supriyadi, mengawali dengan memasang bleketepe (daun kepala yang dianyam) di teras rumah sebagai pertanda akan mantu. Selain itu, juga sebagai harapan agar pelaksanaannya nanti berjalan lancar dan tidak ada halangan apa pun.

Proses dilanjutkan dengan membuka brongsong (pembungkus) dua pisang raja yang dipasang di depan pintu masuk bersama pohonnya serta cengkir (buah kepala yang masih muda) dan padi. “Filosofinya agar calon pengantin mendapatkan kemuliaan dan terbebas dari lapar,” kata Umiatsih, salah satu panitia pernikahan yang bertindak sebagai master ceremony (MC) pernikahan, kemarin.

Selanjutnya prosesi dilanjutkan dengan acara siraman digelar tertutup di sebelahbarat rumahSelvi. Prosesi ini berjalan tertutup dan dikawal ketat aparat keamanan. Sementara air yang dipakai untuk siraman berasal dari tujuh sumber mata air, yakni dari sumber air di Masjid Agung Surakara, Mloyo Kusuman (tempat Ki Gedhe Solo yang menjadi cikal bakal Kota Solo yang terletak di barat Keraton Kasunanan Surakarta), Keraton Kasunanan Surakarta, Keraton Pura Mangkunegaran, MasjidMangkunegaran, airZam-Zam, dan air dari sumber di rumah sendiri.

Sumur dari tujuh mata air atau pitu dalam istilah Jawa dimaknai agar selalu mendapatkan pitulungan (pertolongan) dari Tuhan. Air siraman dari tujuh sumber mata ini pula yang dibawa ke rumah kediaman pribadi Presiden Joko Widodo untuk prosesi siraman Gibran Rakabuming Raka.

Air tujuh dari tujuh sumber air dibawa oleh tiga orang perwakilan keluarga Jokowi, yakni Heru Haryanto, Purboyono, serta Slamet Darsono. Air siraman dibawa dengan cawah besar dengan berjalan kaki menuju kediaman pribadi presiden di Jalan Kutai Utara, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo. Atau berjarak sekitar 100 meter dari rumah Selvi dan masih satu RW.

Prosesi siraman diawali dengan sungkeman kepada orang tua Selvi, Didit Supriyadi-Sri Partini. Siraman dilakukan sesepuh dari keluarga Putri Solo 2009 tersebut, yakni Ibu Suprobo Hadi Kusumo, Ibu Sarjono, Ibu Kadarusman, Ibu Heru Haryanto, Ibu Yuni Sulistyo, Ibu Purboyono, dan Ibu Slamet Harsono.

Sementara untuk siraman terakhir dilakukan oleh kedua orang tua Selvi Ananda. Setiap sesepuh mengguyurkan tiga kali siraman dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Selain simbol kebersihan, ini memberikan makna bahwa setiap orang tidak bisa berdiri sendiri,” katanya. Seusai siraman Selvi dilulur agar semerbak mewangi oleh juru rias Koni Supriyanto. Selesai siraman, acara selanjutnya adalah tradisi tumplak punjen .

Selvi dibopong ayahnya menuju ke dalam rumah dan kemudian diberi nasihat. Tradisi tumplak punjen bahwa calon mempelai perempuan akan dipersunting Gibran, sekaligus menandai awal hidup baru dengan suaminya nanti dan peralihan tanggung jawab dari orang tua kepada suaminya.

Selain itu, juga ada tradisi potong rambut dari calon mempelai perempuan dan kemudian ditanam di pekarangan rumah serta memecah kendi pertolo yang dimaknai memecah pamor yang ada di dalam diri Selvi. Suasana mulai ramai ketika kedua orang tua Selvi menjalani prosesi jualan dawet ayu. Diawali dengan ibunda Selvi meminta kepada suaminya untuk mencicipi dawet sebelum dijual.

“Wis enak durung Pak (sudah enak belum pak),” kata Sri Partini. Didit Supriyadi pun menjawab kurang manis. Setelah ditambahi sedikit pemanis, pasangan suami istri ini lalu berjualan dawet di depan rumah. “Dawet dawet,” kata Didit Supriyadi. Sanak kerabat yang datang dalam siraman lalu membeli dawet yang dijual dengan memakai kreweng.

Kreweng atau pecahan genteng terbuat dari tanah liat yang dimaknai manusia terbuat dari tanah. Makna filosofisnya ketika mati mereka akan kembali menjadi tanah. Hal ini mengingatkan kembali agar manusia selalu beribadah kepada Tuhan dan berbuat baik kepada manusia. Saat meninggal dunia membeli bekal pahala yang cukup agar bisa masuk surga. Sementara dawet dimaknai untuk menghilangkan lelah dan resah. Kemudian memberikan makna kemruwet atau ramai.

Diharapkan tamu yang datang banyak diharapkan banyak pula nantinya memberikan doa agar pasangan itu langgeng dan selalu mendapatkan berkah dari Tuhan. Prosesi selanjutnya dulangan pungkasan (memberi makan untuk terakhir) dari orang tua kepada Selvi yang berlangsung di dalam rumah. Acara diakhiri dengan memotong tumpeng oleh calon pengantin.

“Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan semuanya. Saya mohon doa restu agar semuanya lancar,” tutur Selvi sejenak memberikan keterangan pers yang meliput di rumahnya. Diajugamemintadoa restu agar perkawinannya nanti tetap langgeng.

Jokowi Tak Ikut Midodareni

Sementara tadi malam, Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo tidak mengikuti prosesi midodareni di rumah calon menantunya, Selvi Ananda Putri. Sesuai tradisi, acara midodarenidan seserahan hanya dihadiri Gibran Rakabuming Raka beserta sejumlah perwakilan keluarga.

Dengan berjalan kaki, Gibran dan keluarganya datang ke rumah Selvi yang hanya berjarak 500 meter dari rumahnya dengan membawa seserahan. Rombongan Gibran sampai di rumah Selvi sekitar pukul 19.15 WIB. Dengan mengenakan seragam beskap berwarna krem, rombongan membawa 15 bingkisan seserahan.

Kotak seserahan berkonsep transparan dan dihias kain batik. Kotak seserahan antara lain berisi tas tangan, perlengkapan make-up , perhiasan, buah-buahan, dan perlengkapan mandi. “Bingkisan yang kami bawa sederhana tetapi dari dalam hati yang tulus,” tutur Gibran saat menyampaikan seserahan. Wakil keluarga Selvi kemudian menerima seserahan dari Gibran dan keluarga tersebut.

“Salam hormat untuk seluruh keluarga Bapak Joko Widodo. Peningset diterima dengan ikhlas,” ucapnya. Sebelum prosesi dilanjutkan, pihak keluarga Selvi memberikan minum kepada Gibran. Setelah itu, baru Gibran dan keluarganya masuk ke dalam rumah calon istrinya untuk melanjutkan acara midodareni.

Ary wahyu wibowo/ arief setiadi
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7483 seconds (0.1#10.140)