Stok Sembako Dipastikan Aman
A
A
A
BANDUNG - Gubernur Jabar Ahmad Heryawan memastikan stok atau ketersediaan sembilan bahan kebutuhan pokok jelang Ramadan aman.
Meski terjadi kenaikan harga beberapa komoditas, tapi masih dalam taraf wajar. “Hasil pantauan, harga-harga kebutuhan pokok masih relatif stabil. Stok pangan insya Allah enggak ada masalah. Saya tadi tanya bulog stok pangan mencukupi untuk lima bulan ke depan,” kata Aher seusai melakukan ins peksi mendadak (si dak) harga kebutuhan pokok di Pasar Sederhana, Kota Bandung, Kecamatan Suka jadi, Kota Bandung, kemarin.
Dalam kegiatan itu, Gubernur Jabar didampingi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Pro vinsi Jabar Ros maya Hadi, Kepala Dinas Perin dus trian dan Perdagangan Jabar Ferry Sofwan Arief, Kepala Dinas Peternakan Jabar Dody Firman, dan Ke pala Bulog Divre Jabar Alip Afandi. Menurut Aher, stok sejumlah bahan pokok saat ini melimpah karena akan dan telah memasuki masa panen.
Bahkan ter dapat komoditas yang ketersediaannya melebihi jumlah kebutuhan. “Dua mingguan lagi akan banyak panen cabai. Otomatis stok cabai mencukupi, sehingga tidak perlu impor. Saya harap, pedagang tak mematok harga sembako terlalu tinggi karena kasihan konsumen. Mudahmu dahan dari awal sampai akhir masih terus stabil, karena ba nyak persediaan. Tidak perlu impor,” ujar dia.
Terkait kenaikan harga bawang merah dan putih yang rela tif melonjak drastis, menurut Aher itu terjadi sebagai efek men jelang bulan Ramadan. “Ini gejala puasa. Tapi jangan khawa tir, kalau menurut info dari para asosiasi pedagang bawang, sebetulnya ada kelebihan produksi tahun ini di Indonesia. Tinggal dibuat sebuah tek nologi pemerataan per bulan seperti apa,” ungkap Aher.
Gubernur mengemukakan, kenaikan harga juga terjadi pada minyak goreng. Namun, ke naikan itu tak terlalu tinggi hanya Rp200/kg. “Kalau minyak kemasan tidak ada kenaikan. Kemudian, tahu, tempe, dan kangkung, itu mahbiasa banget, enggak ada persoalan,” tandas Gubernur. Kendati begitu, pemerintah harus terus melakukan pengawas an.
Ketua Komisi II DPRD Jabar Ridho Budiman Utama mengatakan, akan lebih baik jika pemerintah melakukan intervensi terhadap harga se jumlah bahan pangan. Selain untuk menjaga inflasi, langkah ini pun tepat untuk menjamin ketersediaan komo ditas pokok warga. “Harusnya bisa dikendalikan, terutama ketika kita menginginkan masyarakat bisa tetap mengonsumsi protein,” kata Ridho.
Dia menuturkan, intervensi pemerintah ini sangat penting mengingat selalu ada oknum yang menaikkan harga secara tidak wajar. Untuk menekan kenaikkan harga, pemerintah harus mengumumkan harga wajar dari setiap komoditas pangan secara berkala. Langkah se perti ini telah dilakukan sejum lah negara lain. “Pengendalian itu penting. Mudah-mudahan pemerintah bisa me ng - en dalikan (harga),” kata Ridho.
Sementara itu, Kapolda Jabar Irjen Pol Mochamad Iriawan akan menindak tegas siapapun baik distributor maupun pe dagang, jika kedapatan berbuat cu rang dengan menimbun sembako menjelang Ramadan dan Lebaran. “Saya telah perintahkan tim dari Ditreskrimsus untuk operasi penimbun sembako dan men cari bahan makanan kedaluar sa. Terlebih saat ini jelang bulan puasa dan Lebaran karena masyarakat jelas-jelas sangat membutuhkannya," kata Iriawan beberapa waktu lalu.
Selain sembako, tutur Kapolda, Polda Jabar juga mengawasi peredaran dan penjualan gas 3 kg. Ini dilakukan untuk me ngantisipasi kelangkaan akibat tindak pidana penimbunan yang mengakibatkan masyarakat sulit mendapatkan nya. “Kalau ketahuan melakukan penimbunan pasti di tindak," tutur Kapolda.
Untuk memudahkan polisi da lam melakukan tindakan, Iria wan minta kerja sama masyarakat untuk melaporkan segera jika menemukan pihak-pihak yang sengaja menyelewengkan dan menimbun sembako dan gas. “Tolong kepada war ga untuk melaporkan bila menemukan hal yang ganjil su paya kami bisa menindaknya,” tandas Iriawan.
Jaga Pola Konsumsi
Untuk mengantisipasi lonjak an inflasi, Aher mengimbau masyarakat untuk menjaga pola konsumsi sehari-hari. Bu daya masyarakat yang sering mengubah pola konsumsi di bu lan Ramadan dikhawatirkan akan berpe ngaruh terhadap ke ter sediaan dan harga bahan pa ngan. “Saya imbau kepada ma sya rakat jangan ada perubahan perilaku konsumsi yang berle bihan di bulan puasa ini,” tutur Aher.
Justru, kata Gubernur, seharus nya masyarakat mengu rangi pola konsumsi, karena selama Ramadhan waktu makan berkurang. Dari awalnya biasa tiga kali, sedangkan di bulan Ramadhan jadi hanya dua kali. “Ke naikan konsumsi juga seringkali terjadi pada gula merah karena banyak digunakan untuk membuat kolak. Boleh saja mengubah pola konsumsi, tapi jangan berlebihan,” kata dia.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jabar Rosmaya Hadi mengatakan, guna mengantisipasi lonjakan angka inflasi selama Ramadan dan Idul Fitri, pihaknya sedang meng godok besaran jumlah likuiditas uang beredar. Belum ada angka pasti, tapi BI memastikan kebutuhan uang baik pecahan kecil maupun besar bisa ter penuhi.
“Likuiditas siap dalam meng hadapi Ramadan dan Lebaran. Saya belum dapat angkanya, masih digodok di tingkat nasional. Yang pasti, tempat penukaran uang sudah makin banyak. Di tiap perbankan sudah bisa. Nanti kami juga akan tambah di pusat-pusat keramaian,” kata Rosmaya.
Spekulan Kacaukan Harga
Lonjakan harga-harga ke butuhan pokok menjelang Ramadan terus terjadi dan hingga kemarin belum terkendali. Di sisi lain, sejumlah daerah pun belum menggelar operasi pasar (OP) karena kenaikan-kenaikan tersebut dinilai masih wajar. Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel mengungkapkan, naiknya harga bahanbahan pokok jelang Ramadan maupun Lebaran biasa dila kukan oleh spekulan.
Para spekulan sengaja menahan dan menimbun stok barang untuk disuplai ke pasar. Kecurangan ini berimbas tidak stabilnya harga bahan-bahan pokok di pasaran. “Ini karena adanya penimbunan yang dilakukan oleh para spekulan. Makanya, nanti kami akan temui dan cek gudang-gudang mereka,” ujar Rachmat.
Dia mengingatkan agar peda gang mencari keuntungan yang sewajarnya. “Janganlah men cari keuntungan berlebihan yang membuat masyarakat su sah.” Menurutnya, Presiden Joko Widodo sudah meng ins truksikan jika harga terus naik maka akan dilakukan OP. Sementara penimbun yang ter bukti akan ditindak tegas.
Dia menandaskan, selain ulah spekulan, kenaikan harga ke butuhan pokok ini juga di penga ruhi masalah logistik dan pe lemahan rupiah. Atas kon disi ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menyusun rencana OP gula pasir. Dipilihnya gula pasir lantaran komoditas ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Di Lampung misalnya, harga gula pasir naik dari Rp11.500 per kilogram (kg) menjadi Rp12.500/kg. Bahkan di Bengkulu, harga gula pasir sudah men dekati Rp 14.000/kg. Mendag menyatakan, stok se jumlah bahan kebutuhan pokok mencukupi. Antara lain daging sapi mencukupi hingga enam bulan ke depan dengan ter sedianya stok 260.000 ekor sapi, dan daging ayam yang ke lebihan stok 17.000 ton. Ke ter sedia an terigu aman hingga tiga bulan ke depan.
Minyak goreng pasokannya aman hingga tiga pe kan mendatang. “Untuk bawang merah (pasokan) memang defisit, dengan stok 26 ton. Begitu pula cabai karena pasoknya terbatas sehingga ada kenaikan harga.” Jika pada Juni ini tidak ada tambahan pa sokan, dia berencana membuka keran impor untuk menjaga sta bilitas harga.
Tolak Impor Bawang Merah
Sikap lain dinyatakan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman. Amran menegaskan pihaknya menolak mem beri kan rekomendasi impor bawang merah kepada Kemendag. Menurutnya, produksi dan pasok an bawang merah dan harga di dalam negeri masih stabil dan mencukupi.
“Itu adalah alterna tif teakhir karena kita harus men jaga harga. Kalau melihat kon disi lapangan, kondisi pa sar, Insha Allah aman. Pasokan bawang dari Brebes, Banyu wangi, Indramayu, cukup,” tegasnya seusai meninjau stok ketersediaan pangan dalam rangka hari-hari besar keagamaan di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, kemarin.
Amran menjelaskan, dalam kunjungan kerjanya ke Sulawesi Selatan akhir pekan lalu, di dapati bahwa harga bawang merah masih Rp20.000/kg. Kemudian saat melakukan pengecekan di Brebes dan Banyuwangi, harga bawang merah berkisar Rp13.000-14.000/kg di tingkat petani. Fakta inilah yang menurutnya tidak perlu impor bawang merah dalam waktu dekat. Amran melanjutkan, keyakin annya untuk tidak impor bawang merah karena akan terjadi panen raya yang puncaknya pada Mei, Juni, Juli. “Memang harga naik di tempat-tempat tertentu tapi kami akan buka pasar murah,” katanya.
Dia menilai bahwa lonjakan harga komoditas bahan pangan yang kerap terjadi menjelang Ramadan diakibatkan tata niaga yang buruk. “Akar masa lahnya ialah rantai pasokan, dis tribusinya, tata niaganya yang harus kita perbaiki. Kami sudah ko or dinasi dengan para pedagang dan Bulog,” katanya.
Asisten Manajer Usaha dan Pengembangan Pasar Induk Kramat Jati Sugiono menga takan, saat ini pasokan bawang me rah aman karena ada pa sokan tambahan dari Jawa Barat dan sekitarnya. Saat ini pa sokan bawang merah yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati antara 80-90 ton per hari.
Sementara untuk cabai 140-150 ton per hari. Ketua Dewan Pembina Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tini Hadad berharap konsumen tidak panik dalam kondisi saat ini karena ada jaminan pemerintah terhadap kecukupan stok bahan kebutuhan pokok. Dia me nya ran kan konsumen untuk membeli secukupnya dan tidak berlebihan.
Sementara guna menstabilkan harga-harga, PD Pasar Jaya sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemprov Jakarta berencana menggelar OP. Kegiatan OP tersebut rencananya digelar secara bertahap di 153 pasar tradisional yang tersebar di seluruh wilayah ibu kota. Sebagai tahap awal, operasi pasar ini dilakukan terhadap komoditas tertentu, seperti daging, beras, minyak goreng, telor, dan ayam potong.
“Kenaikan harga menjelang hari raya dan hari-hari besar lainnya sudah menjadi siklus tahunan. Selaku pengelola pasar tradisional, kita ikut membantu pemerintah menjaga stabiliasi harga,” ujar Direktur Utama PD Pasar Jaya, Djangga Lubis. Dia tak menampik, kenaik an hampir semua harga bahan kebutuhan pokok saat ini menyebabkan konsumen menjerit.
“Apalagi Mei-Juli ini, selain Puasa dan Lebaran juga bersamaan pergantian tahun ajaran sekolah sehingga konsumen banyak pengeluaran,” tutur Tini. Sebagai catatan, Peraturan Presiden (Perpres) Harga Bahan Pokok yang diinisiasi oleh Kemendag hingga saat ini belum juga diterbitkan.
Perpres ini diamanatkan oleh Undang-Undang Perdagangan dan nantinya diharapkan bisa mengatur serta mengendalikan harga bahan kebutuhan pokok. “Malaysia dan Thailand sudah mela kukan ini. Ada aturannya,” ungkap Mendag.
Pengamat pertanian Khudori menilai langkah yang dila kukan pemerintah belum optimal. Menurutnya, Perpres tersebut bukan segala-galanya karena ada faktor-faktor lain yang memb uat terus terulangnya kenaikan harga. Faktor-faktor dimaksud di antaranya produksi pangan yang secara umum tidak naik signifikan; tidak memadainya instrumen untuk mengend likan harga; serta aspek kelem bagaan pangan yang belum kuat.
Lembaga pangan yang diamanatkan Undang-Undang Pangan saat ini juga belum terbentuk. Khudori menyontohkan ins trumen pengendalian harga hanya tersedia untuk komo ditas pangan beras. Dalam hal ini kewenangan Perum Bulog pun sangat terbatas. “Sampai saat ini Bulog enggak bisa mengendalikan harga beras. Harga tetap liar. Jadi bisa dikatakan ham pir semua komoditas di serah kan pada mekanisme pasar,” paparnya.
Pakar Hukum Tata Negara Andi Irman Putra Sidin menambahkan, pemerintah diberikan otoritas untuk mengatur, mengawasi, dan mengendalikan pangan sebagai hajat hidup orang banyak. Irman meminta pemerintah tegas dan serius, jangan sampai ditaklukan oleh pergulatan rezim pasar.
Fauzan/ Yugi prasetyo/ Nur azis/ Bima setiyadi/ Inda susanti/ Oktiani endarwati
Meski terjadi kenaikan harga beberapa komoditas, tapi masih dalam taraf wajar. “Hasil pantauan, harga-harga kebutuhan pokok masih relatif stabil. Stok pangan insya Allah enggak ada masalah. Saya tadi tanya bulog stok pangan mencukupi untuk lima bulan ke depan,” kata Aher seusai melakukan ins peksi mendadak (si dak) harga kebutuhan pokok di Pasar Sederhana, Kota Bandung, Kecamatan Suka jadi, Kota Bandung, kemarin.
Dalam kegiatan itu, Gubernur Jabar didampingi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Pro vinsi Jabar Ros maya Hadi, Kepala Dinas Perin dus trian dan Perdagangan Jabar Ferry Sofwan Arief, Kepala Dinas Peternakan Jabar Dody Firman, dan Ke pala Bulog Divre Jabar Alip Afandi. Menurut Aher, stok sejumlah bahan pokok saat ini melimpah karena akan dan telah memasuki masa panen.
Bahkan ter dapat komoditas yang ketersediaannya melebihi jumlah kebutuhan. “Dua mingguan lagi akan banyak panen cabai. Otomatis stok cabai mencukupi, sehingga tidak perlu impor. Saya harap, pedagang tak mematok harga sembako terlalu tinggi karena kasihan konsumen. Mudahmu dahan dari awal sampai akhir masih terus stabil, karena ba nyak persediaan. Tidak perlu impor,” ujar dia.
Terkait kenaikan harga bawang merah dan putih yang rela tif melonjak drastis, menurut Aher itu terjadi sebagai efek men jelang bulan Ramadan. “Ini gejala puasa. Tapi jangan khawa tir, kalau menurut info dari para asosiasi pedagang bawang, sebetulnya ada kelebihan produksi tahun ini di Indonesia. Tinggal dibuat sebuah tek nologi pemerataan per bulan seperti apa,” ungkap Aher.
Gubernur mengemukakan, kenaikan harga juga terjadi pada minyak goreng. Namun, ke naikan itu tak terlalu tinggi hanya Rp200/kg. “Kalau minyak kemasan tidak ada kenaikan. Kemudian, tahu, tempe, dan kangkung, itu mahbiasa banget, enggak ada persoalan,” tandas Gubernur. Kendati begitu, pemerintah harus terus melakukan pengawas an.
Ketua Komisi II DPRD Jabar Ridho Budiman Utama mengatakan, akan lebih baik jika pemerintah melakukan intervensi terhadap harga se jumlah bahan pangan. Selain untuk menjaga inflasi, langkah ini pun tepat untuk menjamin ketersediaan komo ditas pokok warga. “Harusnya bisa dikendalikan, terutama ketika kita menginginkan masyarakat bisa tetap mengonsumsi protein,” kata Ridho.
Dia menuturkan, intervensi pemerintah ini sangat penting mengingat selalu ada oknum yang menaikkan harga secara tidak wajar. Untuk menekan kenaikkan harga, pemerintah harus mengumumkan harga wajar dari setiap komoditas pangan secara berkala. Langkah se perti ini telah dilakukan sejum lah negara lain. “Pengendalian itu penting. Mudah-mudahan pemerintah bisa me ng - en dalikan (harga),” kata Ridho.
Sementara itu, Kapolda Jabar Irjen Pol Mochamad Iriawan akan menindak tegas siapapun baik distributor maupun pe dagang, jika kedapatan berbuat cu rang dengan menimbun sembako menjelang Ramadan dan Lebaran. “Saya telah perintahkan tim dari Ditreskrimsus untuk operasi penimbun sembako dan men cari bahan makanan kedaluar sa. Terlebih saat ini jelang bulan puasa dan Lebaran karena masyarakat jelas-jelas sangat membutuhkannya," kata Iriawan beberapa waktu lalu.
Selain sembako, tutur Kapolda, Polda Jabar juga mengawasi peredaran dan penjualan gas 3 kg. Ini dilakukan untuk me ngantisipasi kelangkaan akibat tindak pidana penimbunan yang mengakibatkan masyarakat sulit mendapatkan nya. “Kalau ketahuan melakukan penimbunan pasti di tindak," tutur Kapolda.
Untuk memudahkan polisi da lam melakukan tindakan, Iria wan minta kerja sama masyarakat untuk melaporkan segera jika menemukan pihak-pihak yang sengaja menyelewengkan dan menimbun sembako dan gas. “Tolong kepada war ga untuk melaporkan bila menemukan hal yang ganjil su paya kami bisa menindaknya,” tandas Iriawan.
Jaga Pola Konsumsi
Untuk mengantisipasi lonjak an inflasi, Aher mengimbau masyarakat untuk menjaga pola konsumsi sehari-hari. Bu daya masyarakat yang sering mengubah pola konsumsi di bu lan Ramadan dikhawatirkan akan berpe ngaruh terhadap ke ter sediaan dan harga bahan pa ngan. “Saya imbau kepada ma sya rakat jangan ada perubahan perilaku konsumsi yang berle bihan di bulan puasa ini,” tutur Aher.
Justru, kata Gubernur, seharus nya masyarakat mengu rangi pola konsumsi, karena selama Ramadhan waktu makan berkurang. Dari awalnya biasa tiga kali, sedangkan di bulan Ramadhan jadi hanya dua kali. “Ke naikan konsumsi juga seringkali terjadi pada gula merah karena banyak digunakan untuk membuat kolak. Boleh saja mengubah pola konsumsi, tapi jangan berlebihan,” kata dia.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jabar Rosmaya Hadi mengatakan, guna mengantisipasi lonjakan angka inflasi selama Ramadan dan Idul Fitri, pihaknya sedang meng godok besaran jumlah likuiditas uang beredar. Belum ada angka pasti, tapi BI memastikan kebutuhan uang baik pecahan kecil maupun besar bisa ter penuhi.
“Likuiditas siap dalam meng hadapi Ramadan dan Lebaran. Saya belum dapat angkanya, masih digodok di tingkat nasional. Yang pasti, tempat penukaran uang sudah makin banyak. Di tiap perbankan sudah bisa. Nanti kami juga akan tambah di pusat-pusat keramaian,” kata Rosmaya.
Spekulan Kacaukan Harga
Lonjakan harga-harga ke butuhan pokok menjelang Ramadan terus terjadi dan hingga kemarin belum terkendali. Di sisi lain, sejumlah daerah pun belum menggelar operasi pasar (OP) karena kenaikan-kenaikan tersebut dinilai masih wajar. Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel mengungkapkan, naiknya harga bahanbahan pokok jelang Ramadan maupun Lebaran biasa dila kukan oleh spekulan.
Para spekulan sengaja menahan dan menimbun stok barang untuk disuplai ke pasar. Kecurangan ini berimbas tidak stabilnya harga bahan-bahan pokok di pasaran. “Ini karena adanya penimbunan yang dilakukan oleh para spekulan. Makanya, nanti kami akan temui dan cek gudang-gudang mereka,” ujar Rachmat.
Dia mengingatkan agar peda gang mencari keuntungan yang sewajarnya. “Janganlah men cari keuntungan berlebihan yang membuat masyarakat su sah.” Menurutnya, Presiden Joko Widodo sudah meng ins truksikan jika harga terus naik maka akan dilakukan OP. Sementara penimbun yang ter bukti akan ditindak tegas.
Dia menandaskan, selain ulah spekulan, kenaikan harga ke butuhan pokok ini juga di penga ruhi masalah logistik dan pe lemahan rupiah. Atas kon disi ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menyusun rencana OP gula pasir. Dipilihnya gula pasir lantaran komoditas ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Di Lampung misalnya, harga gula pasir naik dari Rp11.500 per kilogram (kg) menjadi Rp12.500/kg. Bahkan di Bengkulu, harga gula pasir sudah men dekati Rp 14.000/kg. Mendag menyatakan, stok se jumlah bahan kebutuhan pokok mencukupi. Antara lain daging sapi mencukupi hingga enam bulan ke depan dengan ter sedianya stok 260.000 ekor sapi, dan daging ayam yang ke lebihan stok 17.000 ton. Ke ter sedia an terigu aman hingga tiga bulan ke depan.
Minyak goreng pasokannya aman hingga tiga pe kan mendatang. “Untuk bawang merah (pasokan) memang defisit, dengan stok 26 ton. Begitu pula cabai karena pasoknya terbatas sehingga ada kenaikan harga.” Jika pada Juni ini tidak ada tambahan pa sokan, dia berencana membuka keran impor untuk menjaga sta bilitas harga.
Tolak Impor Bawang Merah
Sikap lain dinyatakan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman. Amran menegaskan pihaknya menolak mem beri kan rekomendasi impor bawang merah kepada Kemendag. Menurutnya, produksi dan pasok an bawang merah dan harga di dalam negeri masih stabil dan mencukupi.
“Itu adalah alterna tif teakhir karena kita harus men jaga harga. Kalau melihat kon disi lapangan, kondisi pa sar, Insha Allah aman. Pasokan bawang dari Brebes, Banyu wangi, Indramayu, cukup,” tegasnya seusai meninjau stok ketersediaan pangan dalam rangka hari-hari besar keagamaan di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, kemarin.
Amran menjelaskan, dalam kunjungan kerjanya ke Sulawesi Selatan akhir pekan lalu, di dapati bahwa harga bawang merah masih Rp20.000/kg. Kemudian saat melakukan pengecekan di Brebes dan Banyuwangi, harga bawang merah berkisar Rp13.000-14.000/kg di tingkat petani. Fakta inilah yang menurutnya tidak perlu impor bawang merah dalam waktu dekat. Amran melanjutkan, keyakin annya untuk tidak impor bawang merah karena akan terjadi panen raya yang puncaknya pada Mei, Juni, Juli. “Memang harga naik di tempat-tempat tertentu tapi kami akan buka pasar murah,” katanya.
Dia menilai bahwa lonjakan harga komoditas bahan pangan yang kerap terjadi menjelang Ramadan diakibatkan tata niaga yang buruk. “Akar masa lahnya ialah rantai pasokan, dis tribusinya, tata niaganya yang harus kita perbaiki. Kami sudah ko or dinasi dengan para pedagang dan Bulog,” katanya.
Asisten Manajer Usaha dan Pengembangan Pasar Induk Kramat Jati Sugiono menga takan, saat ini pasokan bawang me rah aman karena ada pa sokan tambahan dari Jawa Barat dan sekitarnya. Saat ini pa sokan bawang merah yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati antara 80-90 ton per hari.
Sementara untuk cabai 140-150 ton per hari. Ketua Dewan Pembina Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tini Hadad berharap konsumen tidak panik dalam kondisi saat ini karena ada jaminan pemerintah terhadap kecukupan stok bahan kebutuhan pokok. Dia me nya ran kan konsumen untuk membeli secukupnya dan tidak berlebihan.
Sementara guna menstabilkan harga-harga, PD Pasar Jaya sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemprov Jakarta berencana menggelar OP. Kegiatan OP tersebut rencananya digelar secara bertahap di 153 pasar tradisional yang tersebar di seluruh wilayah ibu kota. Sebagai tahap awal, operasi pasar ini dilakukan terhadap komoditas tertentu, seperti daging, beras, minyak goreng, telor, dan ayam potong.
“Kenaikan harga menjelang hari raya dan hari-hari besar lainnya sudah menjadi siklus tahunan. Selaku pengelola pasar tradisional, kita ikut membantu pemerintah menjaga stabiliasi harga,” ujar Direktur Utama PD Pasar Jaya, Djangga Lubis. Dia tak menampik, kenaik an hampir semua harga bahan kebutuhan pokok saat ini menyebabkan konsumen menjerit.
“Apalagi Mei-Juli ini, selain Puasa dan Lebaran juga bersamaan pergantian tahun ajaran sekolah sehingga konsumen banyak pengeluaran,” tutur Tini. Sebagai catatan, Peraturan Presiden (Perpres) Harga Bahan Pokok yang diinisiasi oleh Kemendag hingga saat ini belum juga diterbitkan.
Perpres ini diamanatkan oleh Undang-Undang Perdagangan dan nantinya diharapkan bisa mengatur serta mengendalikan harga bahan kebutuhan pokok. “Malaysia dan Thailand sudah mela kukan ini. Ada aturannya,” ungkap Mendag.
Pengamat pertanian Khudori menilai langkah yang dila kukan pemerintah belum optimal. Menurutnya, Perpres tersebut bukan segala-galanya karena ada faktor-faktor lain yang memb uat terus terulangnya kenaikan harga. Faktor-faktor dimaksud di antaranya produksi pangan yang secara umum tidak naik signifikan; tidak memadainya instrumen untuk mengend likan harga; serta aspek kelem bagaan pangan yang belum kuat.
Lembaga pangan yang diamanatkan Undang-Undang Pangan saat ini juga belum terbentuk. Khudori menyontohkan ins trumen pengendalian harga hanya tersedia untuk komo ditas pangan beras. Dalam hal ini kewenangan Perum Bulog pun sangat terbatas. “Sampai saat ini Bulog enggak bisa mengendalikan harga beras. Harga tetap liar. Jadi bisa dikatakan ham pir semua komoditas di serah kan pada mekanisme pasar,” paparnya.
Pakar Hukum Tata Negara Andi Irman Putra Sidin menambahkan, pemerintah diberikan otoritas untuk mengatur, mengawasi, dan mengendalikan pangan sebagai hajat hidup orang banyak. Irman meminta pemerintah tegas dan serius, jangan sampai ditaklukan oleh pergulatan rezim pasar.
Fauzan/ Yugi prasetyo/ Nur azis/ Bima setiyadi/ Inda susanti/ Oktiani endarwati
(ftr)