Mejuah-juah Jadi Tanda Penghormatan
A
A
A
MEDAN - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Pemuda Merga Silima Kota Medan menegaskan, mejuah-juah adalah salam khas suku Karo sebagai tanda penghormatan atau pemberian berkah kepada orang lain.
Bahkan, masyarakat Karo menggagas mejuah-juah menjadi salam khas bagi masyarakat Kota Medan layaknya pengganti kata halo. Kata mejuah-juah juga memiliki arti tentang keseimbangan dan keselarasan hidup, baik antara manusia dan manusia, antara manusia dan lingkungan, maupun antara manusia dengan Tuhannya.
Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sekretaris DPD Pemuda Merga Silima Kota Medan, Permata Agustinus Ginting, menyayangkan judul berita tentang “Pesta Mejuah-juah” di KORAN SINDO MEDAN edisi Senin, 1 Juni 2015.
Dia meyakini kesalahan itu karena kekhilafan, tanpa ada maksud menyakiti perasaan masyarakat Karo. “Kami saat ini terus memperjuangkan mejuah-juah menjadi salam khas Kota Medan mengingat yang membuka Kota Medan adalah orang Karo, yakni Guru Patimpus Sembiring Pelawi.
Jangan hanya karena judul berita seperti ini, apa yang kami perjuangkan gagal,” ungkap Permata saat bertemu Kepala Redaksi KORAN SINDO MEDAN, Zailani Tanjung, di Kantor Redaksi KORAN SINDO MEDAN , Kamis (5/6). Permata didampingi Anggota DPD Pemuda Merga Silima Kota Medan, Adianto Bangun; dan Bendahara PAC Pemuda Merga Silima Medan Timur, Kartini beru Ginting, menjelaskan, jika judul berita menggunakan kata pesta di awal kalimat, pihaknya tidak terlalu mempersoalkan.
Namun, karena tidak ada, arti dan maknanya berubah sehingga terkesan mejuah- juah tidak mencerminkan budaya Karo. “Ini yang membuat kami sedikit bereaksi. Masalah pestanya, kami pun sependapat tidak mencerminkan budaya bila dengan kondisi saat ini, dimana masih terjadi erupsi Gunung Sinabung meskipun di satu sisi untuk menarik wisatawan datang ke Berastagi,” kata Permata.
Dengan adanya klarifikasi itu, Permata berharap tidak ada lagi kekeliruan di kemudian hari. Pemuda Merga Silima saat ini terus memperjuangkan Save Mejuah-juah sebagai salam bagi warga Kota Medan agar tidak hilang.
“Kami tidak mau ada kekeliruan atau kesalahan terhadap salam ini di kemudian hari nantinya,” ujarnya. Sementara Kepala Redaksi KORAN SINDO MEDAN, Zailani Tanjung, menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Karo atas kesalahan pemenggalan judul sehingga menimbulkan arti berbeda. Ke depannya, kesalahan ini tidak akan terulang kembali.
Reza shahab
Bahkan, masyarakat Karo menggagas mejuah-juah menjadi salam khas bagi masyarakat Kota Medan layaknya pengganti kata halo. Kata mejuah-juah juga memiliki arti tentang keseimbangan dan keselarasan hidup, baik antara manusia dan manusia, antara manusia dan lingkungan, maupun antara manusia dengan Tuhannya.
Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sekretaris DPD Pemuda Merga Silima Kota Medan, Permata Agustinus Ginting, menyayangkan judul berita tentang “Pesta Mejuah-juah” di KORAN SINDO MEDAN edisi Senin, 1 Juni 2015.
Dia meyakini kesalahan itu karena kekhilafan, tanpa ada maksud menyakiti perasaan masyarakat Karo. “Kami saat ini terus memperjuangkan mejuah-juah menjadi salam khas Kota Medan mengingat yang membuka Kota Medan adalah orang Karo, yakni Guru Patimpus Sembiring Pelawi.
Jangan hanya karena judul berita seperti ini, apa yang kami perjuangkan gagal,” ungkap Permata saat bertemu Kepala Redaksi KORAN SINDO MEDAN, Zailani Tanjung, di Kantor Redaksi KORAN SINDO MEDAN , Kamis (5/6). Permata didampingi Anggota DPD Pemuda Merga Silima Kota Medan, Adianto Bangun; dan Bendahara PAC Pemuda Merga Silima Medan Timur, Kartini beru Ginting, menjelaskan, jika judul berita menggunakan kata pesta di awal kalimat, pihaknya tidak terlalu mempersoalkan.
Namun, karena tidak ada, arti dan maknanya berubah sehingga terkesan mejuah- juah tidak mencerminkan budaya Karo. “Ini yang membuat kami sedikit bereaksi. Masalah pestanya, kami pun sependapat tidak mencerminkan budaya bila dengan kondisi saat ini, dimana masih terjadi erupsi Gunung Sinabung meskipun di satu sisi untuk menarik wisatawan datang ke Berastagi,” kata Permata.
Dengan adanya klarifikasi itu, Permata berharap tidak ada lagi kekeliruan di kemudian hari. Pemuda Merga Silima saat ini terus memperjuangkan Save Mejuah-juah sebagai salam bagi warga Kota Medan agar tidak hilang.
“Kami tidak mau ada kekeliruan atau kesalahan terhadap salam ini di kemudian hari nantinya,” ujarnya. Sementara Kepala Redaksi KORAN SINDO MEDAN, Zailani Tanjung, menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Karo atas kesalahan pemenggalan judul sehingga menimbulkan arti berbeda. Ke depannya, kesalahan ini tidak akan terulang kembali.
Reza shahab
(ftr)