Sultan Didesak Kembali ke Khittah

Jum'at, 05 Juni 2015 - 10:20 WIB
Sultan Didesak Kembali ke Khittah
Sultan Didesak Kembali ke Khittah
A A A
YOGYAKARTA - Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudaningrat mengklaim rayi dalem atau adik-adik Raja Keraton Yogyakarta Sultan HB X tidak mempersoalkan suksesi. Mereka hanya meminta Sultan segera kembali ke khittah- nya.

“Kami tidak mempermasalahkan masalah suksesi. Tapi trah Hamengku Buwono meminta Sultan kembali ke khitahnya (garis perjuangan),” kata Yudaningrat usai bedah buku berjudul Sabdaraja HB X dalam Timbangan Revolusi Karakter Istimewa di Ndalem Yudaningrat Yogyakarta, kemarin. Penghageng Keraton Yogyakarta yang akrab disapa Gusti Yuda ini mengungkapkan, trah Hamengku Buwono dan adikadik Sultan HB X ingin menyelamatkan Keraton Yogyakarta yang sudah eksis selama ratusan tahun.

“Kami tidak ingin kecolongan yang luar biasa. Sultan sudah melakukan kudeta diri,” ucap Gusti Yuda. Dia menilai Sabdaraja dan Dawuhraja membuat Keraton Yogyakarta menjadi sangat miskin. “Kita kemalingan apaapa. Tanah, aset Keraton, bangunan yang terakhir adalah kehilangan nasab (garis keturunan adalah sesuatu yang sangat dijaga dan diperhatikan oleh Islam),” ucapnya.

Pria yang menjabat sebagai Kawedanan Hageng Punawakan Kridha Mardawa Keraton Yogyakarta ini mengungkapkan, nasab Hamengku Buwono akan putus. “Keraton ini nanti dipindah ke Wironegoro. Garis darah keturunan Keraton hilang digantikan keturunan yang tidak tahu rimbanya seperti apa,” tuding Gusti Yuda. Dia menegaskan, sikap trah Hamengku Buwono dan para rayi dalem sama sekali bukan urusan suksesi Keraton Yogyakarta.

“Sultan itu tidak mutlak, yang mutlak itu Tuhan. Sultan ngomongA, tapi kehendak Allah C, gimana? Jadi suksesi (Keraton) itu rahasia Allah,” sebutnya. Menurut Gusti Yuda, Keraton Yogyakarta memiliki pengalaman seputar suksesi atau calon sosok Sultan yang bertakhta. Salah satunya pada masa Sultan HB VII. “HB VII mewariskan putranya menjadi Sultan, buktinya putra keempat yang baru berhasil menjadi Sultan. Sementara tiga putranya tidak berhasil (menjadi Sultan) walaupun ketiganya adalah laki- laki. Laki-laki saja tidak berhasil, apalagi perempuan yang tidak ada dalil di Keraton Yogyakarta,” paparnya.

Sementara itu, penulis buku Sabdaraja HB X Dalam Timbangan Revolusi Karakter Istimewa, Ahmad Sarwono bin Zahir, menceritakan, Keraton Yogyakarta tidak bisa dipisahkan dalam peradaban Islam. Di dalam bukunya, dia juga menceritakan tentang sosok raja yang ideal. Dia berpendapat ornamen mihrab Kagungan Dalem Masjid Gede Kauman mengabadikan nama-nama Muhammad, Fathimah, Hasam, Husen, Zakaria, dan Yahya.

Di antara nama- nama anak Muhammad itu, Rasulullah sangat mencintai putrinya, Fathimah. Penulis mengungkapkan, Nabi Muhammad SAW pernah berujar, Fathimah adalah bagian dariku. Barang siapa yang menggembirakannya berarti menggembirakanku, barang siapa menyusahkannya berarti menyusahkanku. Namun, Nabi Muhammad tidak menunjuk putrinya sebagai pemimpin bagi umat Islam,” ungkapnya. Pada kesempatan itu, Direktur Pusat Studi Pembangunan Hukum Lokal Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Jawahir Tontowi, mengungkapkan, Sabdaraja berfungsi untuk menjawab kekosongan hukum.

“Dalam konteks ini adalah apakah Kasultanan Yogyakarta membenarkan apa tidak seorang Sultan perempuan?” katanya lagi. Menurut dia, karena terjadi perdebatan di masyarakat, Sultan atas dasar tujuan dan maksud menyesuaikan tradisi Keraton dengan perkembangan zaman, maka menerbitkan Dawuhraja. Sabda yang berisi penganugerahan putrinya GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi. Guru Besar Fakultas Hukum UII Yogyakarta ini menambahkan, Sabdaraja adalah putusan hukum bagi seorang raja.

Dalam pemberlakuannya masih harus menunggu pengakuan, termasuk dari kalangan keluarga dan masyarakat Yogyakarta. “Putusan itu akan mengikat bila ada pengakuan dan persetujuan,” ungkapnya. Dia menegaskan, Sabdaraja dan Dawuhraja yang diucapkan Sultan HB X tidak bertentangan dengan paugeran Keraton. “Sebenarnya tidak bertentangan, tapi ada kebutuhan bagi Keraton untuk menyesuaikan dengan tuntutan zaman.”

Ridwan anshori
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6156 seconds (0.1#10.140)