Pemerintah Antisipasi Pencarian Batu Akik Besar-besaran
A
A
A
SLEMAN - Temuan batu akik dengan berat lebih dari 3 kuintal di tengah ladang Dusun Lemangbang, Gambirsawit, Prambanan, mencuri perhatian masyarakat.
Pemerintah mengantisipasi pascapenemuan itu warga berbondong-bondong mencari batu sejenis di lokasi penemuan yang akan berdampak pada kerusakan lahan. Camat Prambanan Abu Bakar menyampaikan, untuk mengantisipasi pencarian batu akik besar-besaran di lokasi penemuan, kemarin siang pihaknya telah berkoordinasi dengan kepala dusun, kepala desa, maupun warga setempat.
Dia berharap, apabila ada aktivitas pencarian besar-besaran, dapat segera dilaporkan untuk ditindaklanjuti. "Lahan lokasi penemuan itu milik warga, jika terjadi pencarian besar-besaran di lokasi, dikhawatirkan merusak lahan, terlebih informasi penemuan batu akik itu telah menyebar ke mana-mana," katanya kemarin. Selain itu, untuk mengantisipasi timbulnya konflik di kemudian hari, Abu Bakar mengaku telah bertemu Juanto, 28, warga Pangkah RT 01/08, Gambirsawit, Prambanan, selaku penemu batu akik maupun orang yang memiliki lahan tempat penemuan batu.
Kedua pihak diakui sudah saling mengerti, terutama pemilik lahan tidak mempersoalkan temuan itu. "Mereka sudah sama-sama tahu, jadi tidak ada masalah," ungkapnya. Sementara itu, hingga siang kemarin beberapa orang terlihat berdatangan ke rumah Sayono, 38, kakak Juanto yang berada di Kampung Jatisari, Pedukuhan Nawung, Gayamharjo, Prambanan. Tidak hanya warga, dari Pemerintah Kabupaten Sleman pun datang untuk melihat batu yang ditemukan Juanto saat tengah mencari rumput pada Sabtu (30/5) itu.
Batu itu menjadi perhatian karena dalam lapisan batu yang berwarna kehijauan terdapat kristal-kristal kecil berwarna ungu dan sebelumnya belum pernah ditemukan di Prambanan. Saat ditemui, Juanto mengaku hingga kemarin tidak memiliki keinginan untuk menjual baru itu. Karena masih banyak orang yang sering datang, dia pun sampai tidak bekerja.
"Saya gak kerja dulu, soale banyak yang datang melihat, takute pas ada yang cari gak ketemu," ucapnya. Dosen Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Bambang Prastistho dihubungi wartawan terkait penemuan batu tersebut berpendapat, melihat dari proses pembentukannya, dia menduga batu itu jenis geode. Pembentukan kristal-kristal di bebatuan itu hampir sama dengan proses pembentukan stalaktit dan stalagmit di gua.
Dia menerangkan, melalui celah-celah kecil di dinding batu, air tanah yang mengandung silika masuk dan setelah memenuhi rongga batu, begitu terkena panas air tanah akan menguap dan menyisakan kristalkristal yang tumbuh di dinding rongga batu. "Proses tumbuhnya menjadi kristal-kristal itu sangat lama, selama puluhan, bahkan ribuan tahun," ungkapnya.
Muji barnugroho
Pemerintah mengantisipasi pascapenemuan itu warga berbondong-bondong mencari batu sejenis di lokasi penemuan yang akan berdampak pada kerusakan lahan. Camat Prambanan Abu Bakar menyampaikan, untuk mengantisipasi pencarian batu akik besar-besaran di lokasi penemuan, kemarin siang pihaknya telah berkoordinasi dengan kepala dusun, kepala desa, maupun warga setempat.
Dia berharap, apabila ada aktivitas pencarian besar-besaran, dapat segera dilaporkan untuk ditindaklanjuti. "Lahan lokasi penemuan itu milik warga, jika terjadi pencarian besar-besaran di lokasi, dikhawatirkan merusak lahan, terlebih informasi penemuan batu akik itu telah menyebar ke mana-mana," katanya kemarin. Selain itu, untuk mengantisipasi timbulnya konflik di kemudian hari, Abu Bakar mengaku telah bertemu Juanto, 28, warga Pangkah RT 01/08, Gambirsawit, Prambanan, selaku penemu batu akik maupun orang yang memiliki lahan tempat penemuan batu.
Kedua pihak diakui sudah saling mengerti, terutama pemilik lahan tidak mempersoalkan temuan itu. "Mereka sudah sama-sama tahu, jadi tidak ada masalah," ungkapnya. Sementara itu, hingga siang kemarin beberapa orang terlihat berdatangan ke rumah Sayono, 38, kakak Juanto yang berada di Kampung Jatisari, Pedukuhan Nawung, Gayamharjo, Prambanan. Tidak hanya warga, dari Pemerintah Kabupaten Sleman pun datang untuk melihat batu yang ditemukan Juanto saat tengah mencari rumput pada Sabtu (30/5) itu.
Batu itu menjadi perhatian karena dalam lapisan batu yang berwarna kehijauan terdapat kristal-kristal kecil berwarna ungu dan sebelumnya belum pernah ditemukan di Prambanan. Saat ditemui, Juanto mengaku hingga kemarin tidak memiliki keinginan untuk menjual baru itu. Karena masih banyak orang yang sering datang, dia pun sampai tidak bekerja.
"Saya gak kerja dulu, soale banyak yang datang melihat, takute pas ada yang cari gak ketemu," ucapnya. Dosen Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Bambang Prastistho dihubungi wartawan terkait penemuan batu tersebut berpendapat, melihat dari proses pembentukannya, dia menduga batu itu jenis geode. Pembentukan kristal-kristal di bebatuan itu hampir sama dengan proses pembentukan stalaktit dan stalagmit di gua.
Dia menerangkan, melalui celah-celah kecil di dinding batu, air tanah yang mengandung silika masuk dan setelah memenuhi rongga batu, begitu terkena panas air tanah akan menguap dan menyisakan kristalkristal yang tumbuh di dinding rongga batu. "Proses tumbuhnya menjadi kristal-kristal itu sangat lama, selama puluhan, bahkan ribuan tahun," ungkapnya.
Muji barnugroho
(ars)