Jelang Puasa, Pengemis Menjamur
A
A
A
MEDAN - Seperti tahun sebelumnya, setiap menjelang Ramadan, jumlah pengemis semakin menjamur. Tidak hanya di masjid-masjid, tetapi juga di setiap persimpangan jalan di Kota Medan.
Modusnya beragam, mulai anak-anak putus sekolah, orang cacat, orang tua, hingga ibu-ibu sambil menggendong anak bayi. Parahnya, tidak sedikit para pengemis itu yang hanya berpura-pura sebagai orang cacat agar dikasihani.
Kondisi ini kian memperburuk citra Kota Medan sebagai kota metropolitan dan kota terbesar ketiga di Indonesia. PantauanKORAN SINDO MEDAN, puluhan pengemis berjejer di sepanjang pintu masuk Masjid Al Jihad, Jalan Abdullah Lubis, Medan, setiap kali ibadah salat Jumat digelar. Ironisnya, tidak sedikit dari pengemis itu yang terlihat sehat dan sebagian besar terlihat pura- pura cacat.
Selain itu, tidak sedikit remaja yang terlihat sehat tanpa kekurangan apa pun ikut mengemis. Kondisi itu bisa merusak semangat remaja untuk bekerja dan mencari nafkah dengan cara yang wajar tanpa mengemis. “Kalau saya perhatikan, jumlah pengemisnya terus bertambah.
Lihat saja, Jumat lalu, pintu masuk Masjid Al Jihad dipenuhi pengemis, sampai- sampai jamaah yang hendak melaksanakan ibadah salat Jumat susah masuk ke masjid,” papar Ridwan Silitonga, 38, warga Medan Baru. Ridwan menambahkan, tidak jarang para pengemis itu memaksa orang agar memberikannya sejumlah uang. “Ada saja alasannya kalau kita tidak memberikannya uang.
Sampai ke lokasi parkir pun kita diikutinya agar kita memberikannya uang,” ungkapnya. Selain di kawasan Masjid Al Jihad, Medan, sejumlah pengemis pun terlihat menjamur di sejumlah titik persimpangan jalan di Kota Medan. Seperti di persimpangan Jalan Halat, Medan. Sejumlah anak-anak jalanan berusia 12 tahunan terlihat mengemis di persimpangan jalan tersebut. Anehnya, uang hasil mengemis tersebut mereka gunakan untuk mengelem.
“Saya pernah melihat langsung seusai meminta-minta di lampu merah, mereka membeli lem. Jadi menyesal saya memberikan uang ke anak-anak itu,” ungkap Camelia Manik, 29, warga Jalan Perjuangan, Medan. Camelia berharap pejabat berwenang segera menertibkan keberadaan para pengemis dan anak jalanan tersebut.
“Paling tidak, Dinas Sosial tidak hanya menyediakan tempat khusus untuk mereka, tetapi juga harus benar-benar membina mereka sehingga tidak lagi kembali ke jalanan,” pungkasnya.
Dicky irawan
Modusnya beragam, mulai anak-anak putus sekolah, orang cacat, orang tua, hingga ibu-ibu sambil menggendong anak bayi. Parahnya, tidak sedikit para pengemis itu yang hanya berpura-pura sebagai orang cacat agar dikasihani.
Kondisi ini kian memperburuk citra Kota Medan sebagai kota metropolitan dan kota terbesar ketiga di Indonesia. PantauanKORAN SINDO MEDAN, puluhan pengemis berjejer di sepanjang pintu masuk Masjid Al Jihad, Jalan Abdullah Lubis, Medan, setiap kali ibadah salat Jumat digelar. Ironisnya, tidak sedikit dari pengemis itu yang terlihat sehat dan sebagian besar terlihat pura- pura cacat.
Selain itu, tidak sedikit remaja yang terlihat sehat tanpa kekurangan apa pun ikut mengemis. Kondisi itu bisa merusak semangat remaja untuk bekerja dan mencari nafkah dengan cara yang wajar tanpa mengemis. “Kalau saya perhatikan, jumlah pengemisnya terus bertambah.
Lihat saja, Jumat lalu, pintu masuk Masjid Al Jihad dipenuhi pengemis, sampai- sampai jamaah yang hendak melaksanakan ibadah salat Jumat susah masuk ke masjid,” papar Ridwan Silitonga, 38, warga Medan Baru. Ridwan menambahkan, tidak jarang para pengemis itu memaksa orang agar memberikannya sejumlah uang. “Ada saja alasannya kalau kita tidak memberikannya uang.
Sampai ke lokasi parkir pun kita diikutinya agar kita memberikannya uang,” ungkapnya. Selain di kawasan Masjid Al Jihad, Medan, sejumlah pengemis pun terlihat menjamur di sejumlah titik persimpangan jalan di Kota Medan. Seperti di persimpangan Jalan Halat, Medan. Sejumlah anak-anak jalanan berusia 12 tahunan terlihat mengemis di persimpangan jalan tersebut. Anehnya, uang hasil mengemis tersebut mereka gunakan untuk mengelem.
“Saya pernah melihat langsung seusai meminta-minta di lampu merah, mereka membeli lem. Jadi menyesal saya memberikan uang ke anak-anak itu,” ungkap Camelia Manik, 29, warga Jalan Perjuangan, Medan. Camelia berharap pejabat berwenang segera menertibkan keberadaan para pengemis dan anak jalanan tersebut.
“Paling tidak, Dinas Sosial tidak hanya menyediakan tempat khusus untuk mereka, tetapi juga harus benar-benar membina mereka sehingga tidak lagi kembali ke jalanan,” pungkasnya.
Dicky irawan
(ftr)