Tereduksi Sanksi FIFA
A
A
A
BANDUNG - Vonis sanksi yang dijatuhkan FIFA kepada Indonesia seketika mereduksi perasaan gembira yang sempat dirasakan gelandang jangkar Persib Bandung Dedi Kusnandar.
Hanya selang beberapa hari setelah mendapatkan kabar baik dari Pelatih Timnas Indonesia Pieter Huistra, perasaan bahagia Dedi berubah jadi kekecewaan. Padahal Dedi sebelumnya mengaku, cukup girang ketika mengetahui namanya termasuk dalam daftar 25 pemain yang dipanggil skuat Garuda jelang Pra Piala Dunia (PPD) 2018 dan Pra Piala Asia (PPA) 2019.
Berdasarkan keputusan FIFA tersebut, Dedi mengaku terpaksa harus menganggur dari kegiatannya bersama Persib. Terlebih timnya hanya bisa bertahan di 16 besar Piala AFC 2015. Di balik kekecewaan Dedi terhadap sanksi FIFA kepada Indonesia, dia tetap senang masih bisa masuk Timnas Indonesia senior. Sebab peluang berseragam Merah Putih di level internasional masih cukup terbuka jika PSSI dan pemerintah, dalam hal ini Kemenpora mematuhi tuntutan FIFA.
Menurutnya, berdasarkan Pasal 14 ayat 3 statuta FIFA menegaskan Indonesia tak bisa bepartisipasi dalam kegiatan FIFA dan AFC. Termasuk Timnas senior yang dalam waktu dekat akan mulai melakoni pertandingan Pra Piala Dunia (PPD) 2018 Rusia. Pada ajang bergengsi itu, Indonesia tergabung di Grup F bersama Thailand, Irak, Taiwan, dan Vietnam. “Kecewa pasti, ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sepak bola nasional,” tegasnya.
Skuat Maung Bandung sendiri usai menelan kekalahan di babak 16 besar AFC Cup dari Kitchee SC, beberapa waku, akivitasnya diliburkan. Namun bagi Dedi, hal itu bukan halangan untuk tetap menjaga performanya meskipun tak bersama tim. Baginya, menjaga kondisi fisik adalah hal mutlak yang harus dilakoni. “Meskipun tidak latihan dengan tim, saya masih bisa futsal sama temen-temen untuk menjaga kondisi,” ungkapnya.
Sebelumnya Pelatih Persib Djadjang Nurdjaman memprediksi Indonesia bakal dijatuhi sanksi oleh federasi sepak bola tertinggi di dunia. Sebab, Djanur melihat selama Menpora membekukan PSSI, tidak ada banyak perubahan, bahkan kondisinya semakin parah ketika kompetisi domestik akhirnya terhenti.
Karena kisruh ini juga, Djanur pun akhirnya meliburkan skuat Maung Bandung. Programnya selama satu tahun ini dia hentikan, sambil menunggu kejelasan dari pihak PSSI maupun Menpora soal masa depan sepak bola Indonesia.
Panji qadhafi
Hanya selang beberapa hari setelah mendapatkan kabar baik dari Pelatih Timnas Indonesia Pieter Huistra, perasaan bahagia Dedi berubah jadi kekecewaan. Padahal Dedi sebelumnya mengaku, cukup girang ketika mengetahui namanya termasuk dalam daftar 25 pemain yang dipanggil skuat Garuda jelang Pra Piala Dunia (PPD) 2018 dan Pra Piala Asia (PPA) 2019.
Berdasarkan keputusan FIFA tersebut, Dedi mengaku terpaksa harus menganggur dari kegiatannya bersama Persib. Terlebih timnya hanya bisa bertahan di 16 besar Piala AFC 2015. Di balik kekecewaan Dedi terhadap sanksi FIFA kepada Indonesia, dia tetap senang masih bisa masuk Timnas Indonesia senior. Sebab peluang berseragam Merah Putih di level internasional masih cukup terbuka jika PSSI dan pemerintah, dalam hal ini Kemenpora mematuhi tuntutan FIFA.
Menurutnya, berdasarkan Pasal 14 ayat 3 statuta FIFA menegaskan Indonesia tak bisa bepartisipasi dalam kegiatan FIFA dan AFC. Termasuk Timnas senior yang dalam waktu dekat akan mulai melakoni pertandingan Pra Piala Dunia (PPD) 2018 Rusia. Pada ajang bergengsi itu, Indonesia tergabung di Grup F bersama Thailand, Irak, Taiwan, dan Vietnam. “Kecewa pasti, ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sepak bola nasional,” tegasnya.
Skuat Maung Bandung sendiri usai menelan kekalahan di babak 16 besar AFC Cup dari Kitchee SC, beberapa waku, akivitasnya diliburkan. Namun bagi Dedi, hal itu bukan halangan untuk tetap menjaga performanya meskipun tak bersama tim. Baginya, menjaga kondisi fisik adalah hal mutlak yang harus dilakoni. “Meskipun tidak latihan dengan tim, saya masih bisa futsal sama temen-temen untuk menjaga kondisi,” ungkapnya.
Sebelumnya Pelatih Persib Djadjang Nurdjaman memprediksi Indonesia bakal dijatuhi sanksi oleh federasi sepak bola tertinggi di dunia. Sebab, Djanur melihat selama Menpora membekukan PSSI, tidak ada banyak perubahan, bahkan kondisinya semakin parah ketika kompetisi domestik akhirnya terhenti.
Karena kisruh ini juga, Djanur pun akhirnya meliburkan skuat Maung Bandung. Programnya selama satu tahun ini dia hentikan, sambil menunggu kejelasan dari pihak PSSI maupun Menpora soal masa depan sepak bola Indonesia.
Panji qadhafi
(ftr)