Penting, Penelitian tentang Keberadaan Walisongo

Kamis, 28 Mei 2015 - 05:00 WIB
Penting, Penelitian...
Penting, Penelitian tentang Keberadaan Walisongo
A A A
PEKALONGAN - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menggelar Seminar Hasil Penelitian ke-2 Sejarah Sunan Muria, di Kanzus Sholawat, Kota Pekalongan, Rabu (27/5/2015). Acara itu dilakukan untuk membuktikan bahwa walisongo benar-benar ada.

"Tujuan diadakannya penelitian oleh LP2M tentang Sunan Muria ini untuk menjawab pertanyaan yang meragukan keberadaan para walisongo," kata salah seorang panitia, Agil Lutfan.

Para peneliti LP2M UIN Walisongo Semarang bekerja sama dengan Yayasan Sunan Muria untuk mengumpulkan data empiris, seperti makam dan peninggalan Sunan Muria dan sunan lainnya. Selain itu juga mazhab dan juga ajarannya, hingga silsilah Sunan Muria.

"Ini seminar yang kedua, pertama digelar di Kudus. Harapannya yang kedua ini lebih mendalam. Ke depan juga akan diteliti lagi sunan yang lain, sudah ada pembicaraan dengan para pengelola makam sunan lainnya," tambahnya.

Wakil Rektor UIN Walisongo Semarang Musahadi membenarkan hal itu. Sebab, selama ini bermunculan jamaah yang meragukan keberadaan walisongo.

"Salah satunya untuk menjawab keraguan masyarakat. Sebab di media sosial bermunculan jamaah yang mempertanyakan eksistensi walisongo. Mereka menilai keberadaan walisongo tidak bisa dipertanggungjawabkan," ujarnya.

Sehingga, lanjut dia, penelitian tersebut sangat penting untuk menjawab keraguan itu. Menurutnya, upaya melakukan revitalisasi kearifan lokal oleh UIN Walisongo adalah dengan membuat MoU dengan Persatuan Pemangku Makam Auliya' (PPMA) dan Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria.

"Kalau tidak cukup datanya, di Belanda ada perpus yang lengkap. Tidak ada salahnya mengambil data sampai sana. Jika rekonstruksi sejarah dilakukan, maka akan terbukti, apakah walisongo itu benar-benar ada atau hanya mitos saja," ujarnya.

Diungkapkan, penelitian sejarah Sunan Muria tersebut menjadi salah satu bukti keseriusan UIN untuk mengungkap kembali peran walisongo dalam melakukan penyebaran agama Islam. Diharapkan, generasi muda paham bahwa walisongo buka hanya mitos.

"Selama ini, generasi muda jika belajar sejarah Islam selalu berhenti pada masa khulafaurrasyidin saja, sedangkan sejarah walisongo tidak banyak disinggung. Di sinilah tujuan utama UIN Walisongo mendorong pentingnya menggali dan mengungkap kembali sejarah-sejarah wali dan tokoh-tokoh lokal yang memperjuangkan agama Islam," ungkapnya.

Sementara itu Ketua LP2M Sholihan menyampaikan bahwa penelitian sejarah Sunan Muria ini dimulai sejak tahun 2013. Seminar hasil penelitian ini pernah juga disampaikan di Colo Muria Kudus pada 17 Desember 2014.

"Seminar kali ini adalah yang kedua, berangkat dari semangat Habib Luthfi untuk mengajak diskusi kembali soal sejarah walisongo," katanya.

Menurutnya, penelitian tersebut membutuhkan waktu lama. Sebab harus membuka kembali banyak naskah kuno dan melacak sumber di Belanda dan Australia, sebagai bahan rujukan sejarah wali tersebut.

"Diharapkan dari hasil penelitian tesebut mampu mendorong pengembangan sejarah dan kesadaran akademik dari para pemangku makam auliya' khususnya di Jawa," harapnya.

Peneliti sejarah Sunan Muria dari UIN Walisongo Akhwan Fanani menegaskan, Sunan Muria adalah fakta, tidak legenda sebagaimana dituduhkan sebagian orang. Hal itu nampak dari terdokumentasikannya Suluk Bonang sebagai naskah tertua pada tahun 1598.

"Dalam babad lainnya juga disinggung tentang Sunan Ampel digantikan Sunan Gunung Jati dan disinggung juga tentang periode wali. Walaupun memang ada informasi yang tidak sama dalam Babad Cirebon, itu adalah hal yang biasa," katanya.

Arkeolog UGM Musaddad juga menegaskan bahwa figur Sunan Muria sebagai tokoh besar yang menjadi bagian dari institusi kewalian tanah Jawa.

"Ini menjawab bahwa walisongo itu fakta dan tidak perlu risau tentang anggapan mengenai walisongo hanya sekadar dongeng. Karena saya sudah banyak meneliti tentang makam-makam di Indonesia," pungkasnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8038 seconds (0.1#10.140)