Kapolda: Medan Aman Beras Plastik

Selasa, 26 Mei 2015 - 10:31 WIB
Kapolda: Medan Aman Beras Plastik
Kapolda: Medan Aman Beras Plastik
A A A
MEDAN - Kabar telah beredar beras sintetis di sejumlah pasar tradisional dan supermarket di Kota Medan hanya isapan jempol alias kabar bohong. Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatera Utara (Sumut) Inspektur Jenderal (Irjen) Pol Eko Hadi Sutedjo menepis semua isu tersebut.

“Hingga saat ini belum kami temukan beras sintetis yang isunya beredar di sejumlah pasar ataupun supermarket di Medan. Ini dikuatkan lagi oleh pihak terkait dari Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan), Bulog, rumah sakit, dan labfor (laboratorium forensik). Jadi, saya pastikan sekali lagi, belum ada temuan beras sintetis di Medan,” ujarnya kepada wartawan di Kantor Kepolisian Resor Kota (Polresta) Medan, kemarin sore.

Berdasarkan hasil pemeriksaan labfor, ungkap kapolda, beras yang diamankan petugas Kepolisian Sektor Kota (Polsekta) Medan Sunggal dari keluarga Bunga Sinta, warga Jalan Setia Budi Tanjung Sari, Lorong Famili Lingkungan IX, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, adalah beras asli dan bukan bercampur plastik atau sintetis. Adapun menurut keterangan medis rumah sakit bahwa sakit yang diderita Bunga Sinta bukan karena makan beras melainkan sakit tipus.

“Hal ini perlu saya jelaskan agar masyarakat tidak merasa resah dengan beredarnya pemberitaan bahwa ada beras sintetis di Medan,” ujar mantan Gubernur Akademi Kepolisian (Akpol) itu. Jika ada temuan beras sintetis beredar di sejumlah pasar atau supermarket di Medan, dia memastikan secepat mungkin diproses. Polri bekerja sama dengan pihak terkait akan terus meninjau pasar-pasar tradisional dan supermarket. Bila ditemukan ada beras sintetis, maka dia memastikan si pemalsu akan dijerat dengan pasal paling berat.

Sebagaimana diberitakan, Bunga Sinta sempat dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Sari Mutiara Jalan Kapten Muslim Medan, diduga mengalami gangguan pencernaan setelah mengonsumsi beras sintetis sejak sepekan terakhir. Ibunya, Suryani, 37, khawatir dengan beras yang mereka konsumsi karena bentuknya tidak seperti biasa. Saat dia memasak bubur terdapat kerak seperti plastik menempel di dasar tempat memasak nasi. Kerak itu tidak bisa dihancurkan karena keras.

Pasca ada warga yang mengaku menemukan beras sintetis, Disperindag Sumut, Disperindag Medan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Perum Bulog Divre Sumut, kembali melakukan inspeksi mendadak (sidak) di gudang beras di Jalan Cemara No 37 A Medan, namun hasilnya tetap nihil. Petugas juga mengambil sampel untuk diuji laboratorium dan hasilnya negatif. Di lokasi tim tidak menemukan beras diduga terbuat dari bahan plastik melihat dari ciri-ciri disampaikan di berbagai media akhir-akhir ini. Untuk membuktikannya, sebanyak 1 kilogram (kg) beras diambil sebagai sampel untuk diuji di laboratorium.

Kepala Disperindag Sumut, Bidar Alamsyah mengatakan, sampel akan diuji untuk memastikan apakah benar beras itu terbuat dari plastik atau tidak. Namun, secara kasatmata dan sejauh ini tidak ada temuan yang mengarah ke beras sintetis. “Sama dengan sebelumnya sidak di enam lokasi pasar tradisional dan modern yang kami lakukan beberapa waktu lalu, tidak ditemukan beras plastik dari ciri-ciri disebutkan selama ini,” katanya seusai melakukan sidak kepada wartawan di Medan, kemarin.

Melihat kepanikan yang terjadi pada masyarakat, mereka sudah menyurati dinas terkait di kabupaten/kota untuk semakin memperketat pengawasan. Tidak hanya di pasar, tetapi juga pada distributor beras sehingga jangan sampai kecolongan beras plastik masuk ke daerah ini. “Dinas terkait kabupaten/ kota sudah diminta memperketat pengawasan dan distributor kembali diingatkan agar jangan sampai berani menyalurkan beras jika curiga dengan keasliannya,” ujarnya.

Bidar mengungkapkan, pada umumnya beras yang beredar di Sumut berasal dari Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Namun, dia tidak memiliki data lengkap mengenai volumenya. “Sedangkan beras impor tidak ada rekomendasi masuk ke Sumut. Laporannya semua di tingkat pusat, tidak ada tembusan ke sini,” ucapnya.

Kepala Bulog Divre Sumut, Fasika Khaerul Zaman mengatakan, beras di Gudang Bulog pada umumnya berasal dari antarpulau, khususnya Pulau Jawa, baik untuk kebutuhan raskin maupun cadangan beras pemerintah (CBP). “Pada umumnya merupakan hasil penggilingan dari petani langsung,” ujarnya. Sementara dari Sumut, hingga Mei 2015, Bulog telah menyerap 170 ton beras dari petani lokal dan diharapkan akan meningkat terus selama petani bisa memenuhi ketentuan pembelian.

“Salah satunya mengenai kadar air. Jika tidak sesuai ketentuan, tentu kami tidak bisa beli,” ujarnya. Pengawas gudang beras, Miando mengatakan, beras yang berada di gudang Jalan Cemara tidak disebarkan untuk dikonsumsi masyarakat luas. Namun, beras ini dikonsumsi karyawan salah satu perusahaan di Medan. “Ini beras lokal dari daerah Lubukpakam, Tebingtinggi, dan lainnya. Memang ada antarpulau, yaitu dari Jawa Barat dan Cipinang (Jakarta Timur),” katanya.

Staf Bagian Pemeriksaan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Mulana menambahkan, hingga sekarang belum ada pengaduan kepada mereka terkait beras sintetis. Jika ada langsung ditindaklanjuti dan diperiksa.

“Sampai sekarang belum ada masuk ke BPOM. Kalau terkait beras yang mengapung saat dicuci dengan air, beras muda atau beras rusak juga bisa mengapung. Kalau terkait beras sintetis harus diuji dulu di laboratorium,” katanya.

Dody ferdiansyah,/ jelia amelida,/ frans marbun
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9487 seconds (0.1#10.140)