Ciptakan Gas dari Kaleng Bekas
A
A
A
MEDAN - Prestasi membanggakan kembali diciptakan pelajar Kota Medan. Kali ini, siswa SMP Negeri 16 Medan, Raihan Sultan, berhasil menciptakan gas dari kaleng bekas minuman berbahan aluminium.
Ke depannya, inovasi Raihan ini dapat dijadikan bahan bakar alternatif bagi masyarakat untuk memasak. Raihan mengaku, ide awal pembuatan gas dari alumunium bekas kaleng minuman yang dicampur dengan soda api ini dilatarbelakangi kegelisahannya melihat mahalnya harga elpiji di pasaran.
Raihan lalu terinspirasi menciptakan reaksi kimia dari berbagai bahan agar menjadi gas. Karyanya ini pun diikutsertakan dalam Olimpiade Sains yang digelar di sekolahnya beberapa waktu lalu. “Waktu itu harga gas mahal sekali. Saya terpikir membuat gas yang berbiaya murah,” ujar Raihan saat mendemontrasikanpenemuannya di SMP N 16 Medan, Jalan Karya II, Medan Johor, kemarin.
Inovasi ini diperoleh Raihan dari pelajaran yang dia dapat di sekolah. Raihan berupaya mempraktikkan teori perubahan wujud benda dari pelajaran yang dia dapat. Awalnya dia mencoba mencampur berbagai bahan sebagai bahan baku yang dapat diubah menjadi gas. Raihan juga mencoba mencampur potongan besi dengan asam sulfat, dan hasilnya memang menjadi gas.
Tapi potongan besi harganya cukup mahal. Karena itu, Raihan mencari akal dan melakukan uji coba kembali dengan memotong kaleng minuman bekas berbahan alumunium dan mencampurnya dengan soda api. Hasilnya ternyata menjadi gas. Dalam eksperimennya, Raihan menggunakan campuran soda api, aluminium bekas kaleng minuman ringan dan air sebagai bahan baku.
Peralatan yang digunakan juga terbilang sederhana yaitu jerigen air berukuran lima liter, selang plastik, dan selang besi. “Hanya dibutuhkan tiga menit untuk mengubah potongan aluminium menjadi gas,” ucapnya. Cara kerja ketiga alat yang dibutuhkan itu cukup sederhana. Pertama , satu jerigen dipotong dan dimasukkan ke dalam jerigen pertama dan dibuat secara menggantung agar bisa diisi air.
Sementara, di jerigen yang menggantung itu dimasukkan potongan kaleng yang kemudian dimasukkan soda api baru kemudian langsung ditutup. Dari jerigen yang menggantung itu ada selang yang diarahkan ke jerigen ketiga, dimana jerigen ketiga itu terlebih dahulu sudah diisi oleh air. Selanjutnya, ketika soda api dan potongan alumunium dimasukkan ke dalam jerigen yang menggantung, maka akan terjadi proses reaksi kimia dan proses penguapan.
Kemudian, gas hasil penguapan itu akan masuk ke dalam jerigen ketiga yang ada airnya sebagai penetralisasi. Setelah gas dinetralisasi, barulah bisa digunakan. Menurut Raihan, gas yang dihasilkan bisa digunakan sebagai bahan bakar memasak dan juga untuk menggelembungkan balon. Namun, kendalanya saat ini, Raihan masih mencari jalan untuk menyimpan gas yang telah dihasilkan dari reaksi kimia potongan alumunium kaleng bekas minuman dengan soda api dan air tersebut.
Misalnya dimasukkan ke dalam tabung agar lebih aman. “Makanya nanti akan dikembangkan lagi untuk proses lanjutan penyimpangan gas ini,” kata Raihan. Juru bicara USAID Prioritas Sumatera Utara, Erix Hutasoit, mengatakan, penemuan Raihan sebagai dampak positif dari pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL).
Saat ini, SMP Negeri 16 Medan dan USAID Prioritas mengembangkan CTL untuk mendorong anak melakukan penemuan yang relevan dengan kebutuhan terkini. “Dalam metode CTL, peran guru adalah memicu daya kreasi siswa. Guru harus mendisain pembelajaran yang mampu membuat siswa menciptakan penemuan-penemuan. Untuk itulah kami melatih dan memperkuat kapasitas guru- guru di sekolah itu,” katanya.
Rencananya, Raihan akan mendemontrasikan penemuannya itu di Universitas Negeri Medan, Senin (25/5). Dia bersama rekan-rekannya akan berbicara di hadapan kepala LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) se-Indonesia dalam acara Roadshow Penjaminan Mutu Pendidikan. “Mereka akan menunjukkan dampak positif dari pembelajaran kontekstual. Kegiatan ini difasilitasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” ujar Erix.
Lia anggia nasution
Ke depannya, inovasi Raihan ini dapat dijadikan bahan bakar alternatif bagi masyarakat untuk memasak. Raihan mengaku, ide awal pembuatan gas dari alumunium bekas kaleng minuman yang dicampur dengan soda api ini dilatarbelakangi kegelisahannya melihat mahalnya harga elpiji di pasaran.
Raihan lalu terinspirasi menciptakan reaksi kimia dari berbagai bahan agar menjadi gas. Karyanya ini pun diikutsertakan dalam Olimpiade Sains yang digelar di sekolahnya beberapa waktu lalu. “Waktu itu harga gas mahal sekali. Saya terpikir membuat gas yang berbiaya murah,” ujar Raihan saat mendemontrasikanpenemuannya di SMP N 16 Medan, Jalan Karya II, Medan Johor, kemarin.
Inovasi ini diperoleh Raihan dari pelajaran yang dia dapat di sekolah. Raihan berupaya mempraktikkan teori perubahan wujud benda dari pelajaran yang dia dapat. Awalnya dia mencoba mencampur berbagai bahan sebagai bahan baku yang dapat diubah menjadi gas. Raihan juga mencoba mencampur potongan besi dengan asam sulfat, dan hasilnya memang menjadi gas.
Tapi potongan besi harganya cukup mahal. Karena itu, Raihan mencari akal dan melakukan uji coba kembali dengan memotong kaleng minuman bekas berbahan alumunium dan mencampurnya dengan soda api. Hasilnya ternyata menjadi gas. Dalam eksperimennya, Raihan menggunakan campuran soda api, aluminium bekas kaleng minuman ringan dan air sebagai bahan baku.
Peralatan yang digunakan juga terbilang sederhana yaitu jerigen air berukuran lima liter, selang plastik, dan selang besi. “Hanya dibutuhkan tiga menit untuk mengubah potongan aluminium menjadi gas,” ucapnya. Cara kerja ketiga alat yang dibutuhkan itu cukup sederhana. Pertama , satu jerigen dipotong dan dimasukkan ke dalam jerigen pertama dan dibuat secara menggantung agar bisa diisi air.
Sementara, di jerigen yang menggantung itu dimasukkan potongan kaleng yang kemudian dimasukkan soda api baru kemudian langsung ditutup. Dari jerigen yang menggantung itu ada selang yang diarahkan ke jerigen ketiga, dimana jerigen ketiga itu terlebih dahulu sudah diisi oleh air. Selanjutnya, ketika soda api dan potongan alumunium dimasukkan ke dalam jerigen yang menggantung, maka akan terjadi proses reaksi kimia dan proses penguapan.
Kemudian, gas hasil penguapan itu akan masuk ke dalam jerigen ketiga yang ada airnya sebagai penetralisasi. Setelah gas dinetralisasi, barulah bisa digunakan. Menurut Raihan, gas yang dihasilkan bisa digunakan sebagai bahan bakar memasak dan juga untuk menggelembungkan balon. Namun, kendalanya saat ini, Raihan masih mencari jalan untuk menyimpan gas yang telah dihasilkan dari reaksi kimia potongan alumunium kaleng bekas minuman dengan soda api dan air tersebut.
Misalnya dimasukkan ke dalam tabung agar lebih aman. “Makanya nanti akan dikembangkan lagi untuk proses lanjutan penyimpangan gas ini,” kata Raihan. Juru bicara USAID Prioritas Sumatera Utara, Erix Hutasoit, mengatakan, penemuan Raihan sebagai dampak positif dari pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL).
Saat ini, SMP Negeri 16 Medan dan USAID Prioritas mengembangkan CTL untuk mendorong anak melakukan penemuan yang relevan dengan kebutuhan terkini. “Dalam metode CTL, peran guru adalah memicu daya kreasi siswa. Guru harus mendisain pembelajaran yang mampu membuat siswa menciptakan penemuan-penemuan. Untuk itulah kami melatih dan memperkuat kapasitas guru- guru di sekolah itu,” katanya.
Rencananya, Raihan akan mendemontrasikan penemuannya itu di Universitas Negeri Medan, Senin (25/5). Dia bersama rekan-rekannya akan berbicara di hadapan kepala LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) se-Indonesia dalam acara Roadshow Penjaminan Mutu Pendidikan. “Mereka akan menunjukkan dampak positif dari pembelajaran kontekstual. Kegiatan ini difasilitasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” ujar Erix.
Lia anggia nasution
(bbg)