Dibeli Langsung dari Petani, Beras DIY Aman

Kamis, 21 Mei 2015 - 10:18 WIB
Dibeli Langsung dari...
Dibeli Langsung dari Petani, Beras DIY Aman
A A A
YOGYAKARTA - Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UMKM DIY langsung bertindak seputar peredaran beras sintesis atau bercampur plastik. Hingga kemarin beras palsu asal China tersebut belum ditemukan di pasaran DIY.

Kepala Disperindagkop- UMKM DIY Riyadi Ida Bagus Subali mengaku sudah berkoordinasi dengan pedagang, distributor, dan agen beras di DIY. “Jika ada beras palsu langsung laporkan. Karena tidak mungkin dari petani,” ungkapnya, kemarin. Riyadi menuturkan, masyarakat awam tidak bisa membedakan keduanya, kecuali setelah mengonsumsi.

“Beras sintesis ini dari bahan kentang, ubi jalar, rezin sintesis, limbah plastik, dan lainnya. Kalau dimasak dalam waktu yang sama, hasilnya seperti nasi biasa. Cuma kalau dimakan akan kenyal karena ada unsur plastik. Itu baru ketahuan,” ujarnya. Pihaknya sejak Senin (18/5) mengintensifkan pemantauan dan inspeksi mendadak di sejumlah pasar.

“Tiap hari kami pantauan di pasar. Sampai saat ini belum ada, semoga tidak sampai ada,” kata Riyadi. Menurut dia, masyarakat perlu waspada dengan beras sintesis ini. Karena hampir tidak ada perbedaan dari warna dan bentuknya dengan beras asli. Dari segi harga juga sangat murah, hampir setengah dari harga beras asli.

“Perlu gerakan bersama, karena ini sangat murah. Kami khawatir masyarakat terkecoh dengan harganya yang murah,” katanya mengingatkan. Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) DIY Bulog Divre DIY, Langgeng Wisnu Adi Nugroho, memastikan semua beras yang diserapnya aman dan asli. Peredaran beras sintetis sejauh ini belum ditemukan di DIY.

“Belum ada laporan beras plastik atau sintetis beredar di DIY, sejauh ini masih aman,” katanya. Pedagang beras di Pasar Bringharjo, Ani Suryanti, mengaku resah dengan kabar beredarnya beras plastik di sejumlah daerah di Indonesia. “Kabar di Jawa Barat sudah ada, kami khawatir di DIY juga ditemukan. Itu akan memukul kami selaku pedagang,’ ujarnya. Dia berharap pemerintah memantau ketat agar beras palsu tersebut tidak sampai masuk pasaran DIY.

“Mumpung belum masuk DIY, harus dipantau lebih ketat. Jangan sampai beredar di DIY,” katanya. Merebaknya informasi beras plastik juga membuat para pedagang beras di Pasar Argosari, Wonosari, Gunungkidul, kaget. Selama ini para penjual belum pernah mengetahui ada beras bercampur plastik tersebut. Tukino, pedagang beras di pasar terbesar di Gunungkidul itu menjelaskan, umumnya mereka menerima beras dari suplier besar asal Jawa Tengah.

“Selama saya menjual beras belasan tahun baru sekali ini mendengar beras sintetis,” ucapnya. Dia berharap ada keterangan resmi pemerintah, termasuk ciri-ciri beras sintetis seperti yang terjadi di Bekasi. “Kami tidak tahu seperti apa berasnya. Kami khawatir isu beras plastik ini berpengaruh pada tingkat konsumsimasyarakat,” katanya. Sementara Endang, warga Trimulyo 1, Kepek, Wonosari, memilih membeli beras dari penggilingan padi atau petani langsung.

Dia tidak ingin beras sintetis masuk ke Gunungkidul karena berpengaruh buruk bagi keluarganya. “Anak-anak saya sekolah semua. Jadi saya hatihati. Beruntung saya membeli beras dari petani. Selain harganya lebih murah, dijamin beras asli,” katanya. Kasus temuan beras plastik membuat warga di Kulonprogo resah. Mereka takut beras sintetis ini beredar luas di masyarakat.

“Tadi banyak pembeli yang bertanya, seperti apa beras sintetis? Mereka takut juga beredar di Kulonprogo,” kata pedagang beras di Pasar Wates, Novi Sapta. Novi menegaskan, beras yang beredar di Kulonprogo merupakan beras lokal dan dari luar daerah di Jawa Tengah, seperti Klaten, Delanggu, dan Sragen. Beras-beras itu kualitasnya bagus dan tidak ditemukan campuran.

Biasanya, pedagang beras membeli gabah dari petani dan menjual dalam bentuk beras sudah dikemas dalam kantong-kantong plastik. “Yang diragukan adalah beras kemasan lima kilogram tapi kami yakinkan itu aman,” ujarnya. Pedagang beras di Pasar Bendungan Wates, Sulastri, mengaku tidak takut dengan isu beras plastik. Dia setiap hari hanya membeli beras dari petani lokal. Praktis beras itu aman dan tidak mungkin dicampuri. “Pemerintah harus memberantas itu (beras plastik), kasihan petani yang dirugikan,” katanya.

Penjualan Belum Terpengaruh

Terpisah, sejumlah pedagang di Pasar Bantul mengatakan penjualan beras tidak terpengaruh isu beras plastik. Penjualan mereka tetap sama seperti sebelum isu tersebut beredar. Rubiyati, pedagang sembako di Pasar Bantul mengatakan, penjualan beras di kiosnya tetap stabil sama seperti biasa. Sama seperti biasanya, dia mampu menjual berbagai jenis beras hingga 2-3 kuintal per hari.

Meski ada sejumlah pembeli yang mengaku khawatir beras yang dijualnya juga termasuk beras plastik, namun dia memastikan beras di kiosnya asli. “Di sini berasnya sebagian besar dari petani,” katanya. Untuk mengantisipasi peredaran beras plastik, Disperindagkop Kabupaten Bantul melakukan inspeksi mendadak di toko-toko modern. Mereka juga memantau di pasar-pasar tradisional.

Diduga Selundupan dari China

Beras sintetis yang ditemukan di Bekasi diduga merupakan beras selundupan dari China. Hanya siapa pelaku penyelundupan tersebut, pemerintah masih menelusurinya. Dugaan beras sintetis yang meresahkan masyarakat tersebut disampaikan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel kepada wartawan seusai rapat terbatas di Kantor Presiden Jakarta kemarin.

Dia pun memastikan pemerintah tidak pernah mengeluarkan izin impor beras. “Enggak ada impor. Kami tidak pernah mengeluarkan izin impor, pasti itu bisa saja barang selundupan,” ujarnya.

ridwan anshori/ kuntadi/ suharjono/ erfanto linangkung/ r ratna purnama/ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1128 seconds (0.1#10.140)