Bernasib Sama, Pengungsi Sri Lanka Sambut Hangat Rohingya
A
A
A
MEDAN - Wajah-wajah pengungsi Rohingya, Myanmar, tampak lesu saat tiba di Wisma Keluarga, Jalan Medan Binjai KM 12,7 Medan, kemarin, setelah tiga hari berada di tenda penampungan sementara di Kabupaten Langkat.
Namun, senyum sedikit mengembang tatkala menerima sambutan hangat dari para pengungsi Sri Lanka yang lebih dahulu menginap di tempat itu. Bak menyambut tamu, pengungsi Sri Lanka beragama Hindu menyuguhkan minuman dan makanan ringan kepada pengungsi Rohingya yang beragama Islam. Kedua kelompok pengungsi berasal dari dua negara berbeda itu terlihat saling menghormati.
Maklum, kedua kelompok pengungsi tersebut memiliki alasan sama mengungsi dari negaranya, yakni untuk menjaga keselamatan mereka dari pembunuhan yang dilakukan sekelompok etnis. Marret, 24, pengungsi asal Sri Lanka yang sudah setahun berada di Wisma Keluarga Medan, membeberkan alasannya tetap berada bertahan di tempat ini.
“Kami mengungsi karena sekelompok umat Budha di Sri Lanka tidak suka dengan keberadaan kami, orang Tamil. Kami yang beragama Hindu dibantai habis-habisan. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga dibunuh,” ujarnya dalam bahasa Inggris. Tidak heran bila umat Hindu di Sri Lanka kocar-kacir meninggalkan tanah airnya untuk mencari suaka ke negara ketiga.
“Tentara Sri Lanka yang beragama Budha juga ikut membantai masyarakat sipil seperti kami ini. Bahkan, mereka dengan seenaknya meletakkan bom di sekolah untuk membunuh generasi muda Hindu di Sri Lanka,” ujarnya sambil menunjukkan foto anak-anak Sri Lanka yang terbunuh di telepon selulernya.
Marret pun enggan kembali ke tanah leluhurnya. Dia bersama 105 pengungsi asal Sri Lanka yang berada di Wisma Keluarga berharap ditempatkan di negara ketiga, di antaranya Amerika Serikat dan Australia. “Saya pribadi tidak ingin kembali ke Sri Lanka. Di sini saya sudah senang karena diberikan uang sekitar Rp1 juta per bulan oleh IOM (International Organization for Migration). Namun Indonesia bukan negara tujuan kami,” katanya.
Pengungsi Rohingya dan Bangladesh Dipisah
Untuk mengantisipasi terjadi bentrokan, 53 pengungsi asal Bangladesh dan 43 pengungsi asal Myanmar tidak ditempatkan di satu lokasi di Kota Medan setelah dipindahkan dari Langkat, kemarin. Diketahui, ada 96 pengungsi asal Myanmar dan Bangladesh sudah berada di Langkat sejak Jumat (15/05) lalu, setelah kapal yang mereka tumpangi terkatung-katung di perairan Langkat dan diselamatkan para nelayan.
Seluruh pengungsi tersebut tiba di Kota Medan dengan menggunakan empat bus dan satu truk dari Langkat. Kepala Imigrasi Kelas I KhususMedan, Lilik Bambang mengungkapkan, ke-43 pengungsi Rohingya ditempatkandiWisma Keluarga, Jalan Medan Binjai KM 12,7. Sementara 53 pengungsi Bangladesh ditempatkan di Hotel Beraspati, Jalan Jamin Ginting, Medan.
“Hanya untuk jaga-jaga saja agar tidak terjadi bentrokan, maka para pengungsi ini kami pisahkan,” ujarnya. Sementara di Wisma Keluarga Medan itu sudah dihuni 105 pengungsi asal Sri Lanka. Sebagian mereka sudah berkeluarga dan sebagian masih remaja serta anak-anak. Umumnya, para pengungsi asal Sri Lanka tersebut beragama Hindu.
“Kami berharap pengungsi asal Rohingnya dan Sri Lanka bisa hidup rukun di sini,” ungkapnya. Kepala Bidang Pengawasan dan Penindakan (Wasdakim) Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan, Herawan Sukoaji mengungkapkan, setelah menginterogasi sementara terhadap sebagian pengungsi asal Bangladesh dan Rohingya, mereka memiliki alasan berbeda mengungsi dari negaranya masing- masing.
Pihak Imigrasi akan memproses para pengungsi tersebut karena masuk ke wilayah Indonesia tanpa membawa dokumen perjalanan. “Menurut pengakuan mereka, konflik di negaranya membuat keselamatan jiwanya terancam. Sedangkan pengungsi asal Bangladesh mengaku mengungsi karena ingin mendapatkan kehidupan lebih layak di negara ketiga.
Namun sebenarnya, negara tujuan mereka bukan Indonesia melainkan Malaysia. Karena mereka terdampar di perairan Langkat dan ditolong masyarakat di sana, maka mereka berada di sini sekarang,” ujarnya. Imigrasi akan berkoordinasi dengan perwakilan Pemerintah Bangladesh di Jakarta untuk proses pemulangan pengungsi ke negara asalnya.
Menurut informasi, Pemerintah Bangladesh bersedia mengembalikan warganya yang berada di Indonesia. Sementara pengungsi asal Rohingya kemungkinan besar tidak bersedia kembali ke negaranya karena konflik masih berkobar. Herawan belum mengetahui sampai kapan pengungsi berada di Medan karena masih menunggu proses pemulangan.
Adapun biaya para pengungsi selama berada di wisma akan ditanggung IOM dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sayangnya, tidak satu pun perwakilan IOM yang tampak di Wisma Keluarga bersedia diwawancarai.
Dicky irawan
Namun, senyum sedikit mengembang tatkala menerima sambutan hangat dari para pengungsi Sri Lanka yang lebih dahulu menginap di tempat itu. Bak menyambut tamu, pengungsi Sri Lanka beragama Hindu menyuguhkan minuman dan makanan ringan kepada pengungsi Rohingya yang beragama Islam. Kedua kelompok pengungsi berasal dari dua negara berbeda itu terlihat saling menghormati.
Maklum, kedua kelompok pengungsi tersebut memiliki alasan sama mengungsi dari negaranya, yakni untuk menjaga keselamatan mereka dari pembunuhan yang dilakukan sekelompok etnis. Marret, 24, pengungsi asal Sri Lanka yang sudah setahun berada di Wisma Keluarga Medan, membeberkan alasannya tetap berada bertahan di tempat ini.
“Kami mengungsi karena sekelompok umat Budha di Sri Lanka tidak suka dengan keberadaan kami, orang Tamil. Kami yang beragama Hindu dibantai habis-habisan. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga dibunuh,” ujarnya dalam bahasa Inggris. Tidak heran bila umat Hindu di Sri Lanka kocar-kacir meninggalkan tanah airnya untuk mencari suaka ke negara ketiga.
“Tentara Sri Lanka yang beragama Budha juga ikut membantai masyarakat sipil seperti kami ini. Bahkan, mereka dengan seenaknya meletakkan bom di sekolah untuk membunuh generasi muda Hindu di Sri Lanka,” ujarnya sambil menunjukkan foto anak-anak Sri Lanka yang terbunuh di telepon selulernya.
Marret pun enggan kembali ke tanah leluhurnya. Dia bersama 105 pengungsi asal Sri Lanka yang berada di Wisma Keluarga berharap ditempatkan di negara ketiga, di antaranya Amerika Serikat dan Australia. “Saya pribadi tidak ingin kembali ke Sri Lanka. Di sini saya sudah senang karena diberikan uang sekitar Rp1 juta per bulan oleh IOM (International Organization for Migration). Namun Indonesia bukan negara tujuan kami,” katanya.
Pengungsi Rohingya dan Bangladesh Dipisah
Untuk mengantisipasi terjadi bentrokan, 53 pengungsi asal Bangladesh dan 43 pengungsi asal Myanmar tidak ditempatkan di satu lokasi di Kota Medan setelah dipindahkan dari Langkat, kemarin. Diketahui, ada 96 pengungsi asal Myanmar dan Bangladesh sudah berada di Langkat sejak Jumat (15/05) lalu, setelah kapal yang mereka tumpangi terkatung-katung di perairan Langkat dan diselamatkan para nelayan.
Seluruh pengungsi tersebut tiba di Kota Medan dengan menggunakan empat bus dan satu truk dari Langkat. Kepala Imigrasi Kelas I KhususMedan, Lilik Bambang mengungkapkan, ke-43 pengungsi Rohingya ditempatkandiWisma Keluarga, Jalan Medan Binjai KM 12,7. Sementara 53 pengungsi Bangladesh ditempatkan di Hotel Beraspati, Jalan Jamin Ginting, Medan.
“Hanya untuk jaga-jaga saja agar tidak terjadi bentrokan, maka para pengungsi ini kami pisahkan,” ujarnya. Sementara di Wisma Keluarga Medan itu sudah dihuni 105 pengungsi asal Sri Lanka. Sebagian mereka sudah berkeluarga dan sebagian masih remaja serta anak-anak. Umumnya, para pengungsi asal Sri Lanka tersebut beragama Hindu.
“Kami berharap pengungsi asal Rohingnya dan Sri Lanka bisa hidup rukun di sini,” ungkapnya. Kepala Bidang Pengawasan dan Penindakan (Wasdakim) Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan, Herawan Sukoaji mengungkapkan, setelah menginterogasi sementara terhadap sebagian pengungsi asal Bangladesh dan Rohingya, mereka memiliki alasan berbeda mengungsi dari negaranya masing- masing.
Pihak Imigrasi akan memproses para pengungsi tersebut karena masuk ke wilayah Indonesia tanpa membawa dokumen perjalanan. “Menurut pengakuan mereka, konflik di negaranya membuat keselamatan jiwanya terancam. Sedangkan pengungsi asal Bangladesh mengaku mengungsi karena ingin mendapatkan kehidupan lebih layak di negara ketiga.
Namun sebenarnya, negara tujuan mereka bukan Indonesia melainkan Malaysia. Karena mereka terdampar di perairan Langkat dan ditolong masyarakat di sana, maka mereka berada di sini sekarang,” ujarnya. Imigrasi akan berkoordinasi dengan perwakilan Pemerintah Bangladesh di Jakarta untuk proses pemulangan pengungsi ke negara asalnya.
Menurut informasi, Pemerintah Bangladesh bersedia mengembalikan warganya yang berada di Indonesia. Sementara pengungsi asal Rohingya kemungkinan besar tidak bersedia kembali ke negaranya karena konflik masih berkobar. Herawan belum mengetahui sampai kapan pengungsi berada di Medan karena masih menunggu proses pemulangan.
Adapun biaya para pengungsi selama berada di wisma akan ditanggung IOM dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sayangnya, tidak satu pun perwakilan IOM yang tampak di Wisma Keluarga bersedia diwawancarai.
Dicky irawan
(bbg)