Pasar Kalangan Sering Dikeluhkan
A
A
A
MUARAENIM - Aktivitas pasar tradisional atau sering disebut pasar kalangan seringkali dikeluhkan pengendara terutama di ruas Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum), Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muaraenim.
Pasalnya, kegiatan atau aktivitas pasar kalangan tersebut seringkali memakan badan jalan. Bahkan, para pedagang kerap memasang tenda sangat mepet dengan jalan raya. Sementara, kendaraan melintas di jalur itu sangat ramai sehingga pengendara harus ekstra hati-hati saat melintas. Hal ini dikarenakan badan jalan juga tidak terlalu lebar.
Seperti di Desa Padu Raksa, Kecamatan Tanjung Agung, se tiap Senin di desa tersebut digelar pasar kalangan atau sering disebut masyarakat setempat dengan kalangan Senin. “Habis bagaimana, kita dari dulu juga berjualan seperti ini, kalau soal mobil yang melintas ada petugas parkir yang me ngatur,” kata Umi, 35, salah seorang pedagang ikan asin, barubaru ini.
Senada, Lukman, 48, salah seo rang pedagang manisan warga Talang Gabus Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul mengaku, justru pasar tradisional tersebut tampak hidup karena banyak yang berjualan di pinggir jalan. Setahu dia, sejak mulai berjualan di pertengahan tahun 90- an silam, lokasi berjualan sudah di pinggir jalan. “Mungkin sudah menjadi ciri khas,” tandasnya.
Persolan kemacetan menurut nya, selama ini jika ada pasar kalangan memang ada kema cetan. Hanya saja menurutnya sejauh ini, belum ada kejadian ada warga yang ditabrak atau kejadian lakantas di lokasi pasar kalangan ini. Apalagi menurutnya, pasar kalangan ini hanya beberapa jam saja dan tidak sampai sore hari. “Paling lama empat sampai lima jam, kalaupun ada kema cetan tidak sampai berjam-jam, paling hanya kendaraan yang melintas agak lambat,” ujarnya.
Selain di Desa Padu Raksa, pasar kalangan yang seringkali tumpah ke jalan, di antaranya di Desa Sugih Waras. Hanya saja jalan tersebut bukanlah jalan nasional, tetapi merupakan ruas jalan antara Kabupaten Muaraenim dengan Kabupaten Lahat. Kendaraan yang melintas juga tidak terlalu ramai.
Hanya saja karena ramainya pedagang yang menggelar dagangan di pinggir jalan, tetap saja memicu kemacetan. Apalagi lokasi pasar terletak di tikungan jalan di desa tersebut. “Lokasi losnya ada, tapi kita sudah tidak kedapatan jatah lagi, jadi kita berjualan di pinggir jalan,” ujar Sri salah seorang pedagang makanan.
Hanya saja menurutnya, keramaian pasar kalangan tidak selalu sama. “Hanya pada waktu-waktu tertentu saja terjadi ke macetan, seperti menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kalau jelang Lebaran, memang ramai sekali dan sampai macet panjang,” ucapnya.
Irhamudin sp
Pasalnya, kegiatan atau aktivitas pasar kalangan tersebut seringkali memakan badan jalan. Bahkan, para pedagang kerap memasang tenda sangat mepet dengan jalan raya. Sementara, kendaraan melintas di jalur itu sangat ramai sehingga pengendara harus ekstra hati-hati saat melintas. Hal ini dikarenakan badan jalan juga tidak terlalu lebar.
Seperti di Desa Padu Raksa, Kecamatan Tanjung Agung, se tiap Senin di desa tersebut digelar pasar kalangan atau sering disebut masyarakat setempat dengan kalangan Senin. “Habis bagaimana, kita dari dulu juga berjualan seperti ini, kalau soal mobil yang melintas ada petugas parkir yang me ngatur,” kata Umi, 35, salah seorang pedagang ikan asin, barubaru ini.
Senada, Lukman, 48, salah seo rang pedagang manisan warga Talang Gabus Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul mengaku, justru pasar tradisional tersebut tampak hidup karena banyak yang berjualan di pinggir jalan. Setahu dia, sejak mulai berjualan di pertengahan tahun 90- an silam, lokasi berjualan sudah di pinggir jalan. “Mungkin sudah menjadi ciri khas,” tandasnya.
Persolan kemacetan menurut nya, selama ini jika ada pasar kalangan memang ada kema cetan. Hanya saja menurutnya sejauh ini, belum ada kejadian ada warga yang ditabrak atau kejadian lakantas di lokasi pasar kalangan ini. Apalagi menurutnya, pasar kalangan ini hanya beberapa jam saja dan tidak sampai sore hari. “Paling lama empat sampai lima jam, kalaupun ada kema cetan tidak sampai berjam-jam, paling hanya kendaraan yang melintas agak lambat,” ujarnya.
Selain di Desa Padu Raksa, pasar kalangan yang seringkali tumpah ke jalan, di antaranya di Desa Sugih Waras. Hanya saja jalan tersebut bukanlah jalan nasional, tetapi merupakan ruas jalan antara Kabupaten Muaraenim dengan Kabupaten Lahat. Kendaraan yang melintas juga tidak terlalu ramai.
Hanya saja karena ramainya pedagang yang menggelar dagangan di pinggir jalan, tetap saja memicu kemacetan. Apalagi lokasi pasar terletak di tikungan jalan di desa tersebut. “Lokasi losnya ada, tapi kita sudah tidak kedapatan jatah lagi, jadi kita berjualan di pinggir jalan,” ujar Sri salah seorang pedagang makanan.
Hanya saja menurutnya, keramaian pasar kalangan tidak selalu sama. “Hanya pada waktu-waktu tertentu saja terjadi ke macetan, seperti menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kalau jelang Lebaran, memang ramai sekali dan sampai macet panjang,” ucapnya.
Irhamudin sp
(ftr)