13 Pasar Besar Ludes Terbakar

Senin, 18 Mei 2015 - 10:29 WIB
13 Pasar Besar Ludes Terbakar
13 Pasar Besar Ludes Terbakar
A A A
SEMARANG - Pasar-pasar tradisional di sejumlah daerah Jawa Tengah pelan-pelan terus tergerus dan menghilang.

Rentetan hilangnya pasarpasar itu akibat kobaran api yang terjadi secara tiba-tiba, berbarengan dengan rencana revitalisasi. Tak pelak, kecurigaanadanya unsurkesengajaan pun muncul.

Dalam hit u n g a n bulan, dua pasar tradisional terbesar di provinsi ini ludes terbakar. Setelah Pasar Klewer, Solo pada akhir 2014 lalu, giliran Pasar Johar Semarang hangus luluh lantak. Dari catatan KORAN SINDO JATENG dalam sembilan tahun terakhir ini, ada 13 pasar tradisional yang cukup besar di Jateng yang musnah dilalap si jago merah. Pertanyaan terbakar atau dibakar pun selalu mengemuka.

Mayoritas kesimpulan penyebab kebakaran pasar tradisional berupa hubungan arus pendek atau korsleting listrik tak serta merta dapat diterima masyarakat, terutama ribuan pedagang yang menjadi korban secara langsung. Kecurigaan pun bertambah lantaran kebakaran pasar tersebut mayoritas terjadi pada malam hari saat sepi aktivitas. Adanya wacana-wacana revitalisasi pasar pun selalu dikaitkan dengan pertanyaan terbakar atau dibakar tersebut.

Tak pelak, teror terus mengintai pasar tradisional. Pengamat Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) Semarang, Andreas Lako menilai, wajar jika para pedagang ada yang beranggapan terjadinya sabotase dalam setiap kebakaran pasar. Sebab, tidak jarang setiap kali terjadi kebakaran sebelumnya selalu dibarengi dengan rencana relokasi ataupun renovasi. Karena itu, perlu adanya transparansi dari pemerintah juga pihak-pihak terkait untuk menepis anggapan tersebut.

“Contohnya Pasar Johar yang baru saja terbakar. Para pedagang dan masyarakat pasti ada yang menganggap ada unsur kesengajaan,” ujarnya, kemarin. Apalagi, kata dia, pemerintah sering lalai menyediakan sarana dan infrastruktur dalam mencegah kebakaran pasar tradisional. Menurut Andreas, seharusnya ada sistem keamanan yang disediakan untuk meminimalkan kejadian kebakaran. “Saya prihatin dengan kejadian-kejadian kebakaran tersebut,” katanya.

Lantas siapa yang harus bertanggung jawab dalam setiap kebakaran pasar tradisional? Andreas menilai, pemerintahlah yang harus bertanggung jawab terhadap kebakaran tersebut. Pertanggungjawaban pemerintah bisa dilakukan dengan memberikan ganti rugi atau kompensasi modal usaha kepada para pedagang karena menyangkut masalah ekonomi masyarakat. “Kenapa pemerintah harus tanggung jawab? Karena pemerintah lalai dalam menyediakan fasilitas keamanan di pasar,” katanya.

Pasar tradisional juga menjadi barometer perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah. Harga-harga komoditas yang ada di pasar tradisional memiliki dampak terjadinya inflasi di suatu daerah. “Pasar tradisional merupakan pusatnya pergerakan ekonomi masyarakat kecil,” katanya. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) JatengPrijoAnggoromengatakan, beberapa pasar tradisional punya kecenderungan jaringan listriknya tidak ideal, kumuh, dan rawan terbakar.

Sehingga perlu dilakukan pengawasan secara rutin. “Gubernur memerintahkan agar semua pasar diaudit instalasi listriknya,” katanya di Semarang, kemarin. Prijo tidak menyebutkan berapa jumlah pasar yang kondisinya terkesan kumuh dan instalasi listriknya tidak teratur itu, namun di Jateng jumlahnya banyak. Bahkan, banyak pula yang tidak memiliki hydrant air.

Tak pelak, saat terjadi bencana kebakaran, harus mencari air yang lokasinya jauh dari pasar. Pasar yang ada di Jateng ada dikelola pemerintah daerah, badan usaha milik daerah (BUMD), maupun swasta. Prijo mengaku, sudah menyurati Dinas Pasar di semua kabupaten/kota di Jateng agar pengelola pasar menata kembali pasar yang ada di daerahnya masing-masing.

“Kami imbau agar rutin melakukan penataan demi keamanan dan kenyamanan,” katanya. Prijo juga berharap, pasar-pasar yang kondisinya memprihatinkan dilakukan revitalisasi, hal itu demi kenyamanan pedagang maupun pembeli. Apalagi pasar tradisional juga dituntut bersaing dengan pasar modern. Pihaknya juga mempersilakan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk membuka pasar-pasar tradisional baru, karena pemerintah pusat meminta agar memperbanyak pasar tradisional. Namun, pembangunan itu perlu dibarengi dengan penataan yang baik.

Sistemnya jual belinya tetap tradisional, tapi manajemennya harus dikelola secara modern. “Kalau perlu bisa dikembangkan jadi destinasi wisata,” katanya. Prijo juga meminta kepada pengelola pasar agar rajin membangun komunikasi dengan pedagang, baik secara langsung maupun melalui koperasi, sehingga suatu saat nanti dilakukan penataan pasar, semua mudah diajak musyawarah. Sebab, dalam menata banyak pedagang, kuncinya adalah komunikasi.

Perlu Diasuransikan

Anggota Komisi B DPRD Jateng Achsin Ma’ruf mengingatkan, bangunan pasar tradisional di Jateng sudah banyak yang tua dan kurang terawat. Kondisi diperparah dengan banyaknya los maupun lapak yang mengambil jaringan listrik seenaknya. Sehingga perlu dilakukan pemantauan jaringan instalasi listrik secara rutin.

“Dalam melakukan pembangunan pasar, soal aliran listrik ini harus jadi perhatian betul, karena banyak kebakaran disinyalir karena korsleting listrik,” ujarnya. Selain itu, lanjut politikus PAN Jateng ini, untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pedagang, seharusnya bangunan pasar tradisional itu diasuransikan. Sehingga, apabila terjadi kebakaran bisa dapat ganti. Menurut Achsin, sudah saatnya kesan pasar tradisional kumuh dan semrawut perlu dihilangkan, pasar yang kumuh perlu direvitalisasi dan direhab ulang. “Sehingga bisa lebih nyaman,” paparnya.

Kepala Puslabfor Bareskrim Polri Cabang Semarang Kombes Pol Setiani Dwi Astuti menyatakan bahwa pemeriksaan kasuskasus kebakaran pasar dilakukan secara ilmiah. “Kami melakukan scientific identification. Tujuannya agar hasil penyelidikan bisa akurat dan dipertanggungjawabkan,” katanya.

Amin fauzi/ andik sismanto/ eka setiawan
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.2019 seconds (0.1#10.140)