Erri Ditemukan, Evakuasi Terhambat Gas Beracun
A
A
A
BOYOLALI - Tim SAR gabungan berhasil mendeteksi posisi Erri Yunanto, 21, mahasiswa Prodi Teknik Industri Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJY) yang terjatuh ke kawah Gunung Merapi.
Posisi terakhir Erri diketahui berada di kawah dengan kedalaman sekitar 150 meter. Keberadaan mahasiswa yang tinggal di Kampung Biru, Trihanggo, Gamping, Sleman, Yogyakarta tersebut diketahui Minggu (17/5) sore sekitar pukul 15.00 WIB. Sebelumnya, tim SAR sejak pagi terus berupaya mengamati kawah guna mencari keberadaan korban yang terjatuh Sabtu (16/5) siang lalu.
Selama di puncak Merapi, tim SAR mengalami berbagai kendala. Seperti adanya gas beracun yang keluar, kabut tebal, dan kondisi kawah yang labil. Bahkan, drone sempat digunakan untuk mencaril etak terakhir korban setelah terjatuh. Namun, penggunaan drone mengalami hambatan karena embusan angin yang cukup kencang.
“Pada sore hari baru terlihat dengan pandangan mata. Saya tidak tahu persis apakah drone sempat mendeteksi dan dipotret,” ujar Ramli, salah satu tim evakuasi dari SAR Boyolali usai turun dari Puncak Merapi, kemarin petang. Dirinya belum dapat memastikan bagaimana posisi tubuh Erri, apakah tertelungkup, miring atau terlentang. Sebab, visual yang terlihat dengan mata adalah jaket korban mengingat jarak pandang yang terbatas.
Selain itu, antara jaraknya korban dengan posisi tim SAR yang mendeteksi juga cukup jauh. Yang jelas, posisinya berada di kawah bagian barat. Karena kondisi sudah gelap, proses evakuasi korban dari kawah belum dapat dilakukan. Proses evakuasi baru akan dilakukan hari ini dengan peralatan yang lebih komplet. Pasalnya, tim evakuasi yang datang pertama hanya membawa tambang dengan panjang sekitar 75 meter.
Panjang tali masih kurang karena posisi terakhir korban berada di kedalaman 150 meter. Sehingga dibutuhkan tali tambang dengan panjang sekurangnya 200 meter. Dirinya tidak tahu persis berapa suhu di sekitar kawah. “Tapi yang jelas cukup panas,” terangnya. Selama di atas, tim SAR juga telah membawa tabung oksigen karena kawah terkadang mengeluarkan gas beracun.
Pada tahap pertama, ada tiga tim yang diberangkatkan. Selain mendeteksi keberadaan korban, tim juga tengah mencari lokasi yang dapat digunakanuntukpatoktalitambang yang nantinya dipakai untuk tim evakuasi yang akan turun ke kawah. Pada sisi lain, pihaknya juga meminta para pendaki untuk turun karena menghambat perjalanan dan kerja tim SAR.
Komandan SAR Boyolali Kurniawan Dwi Prasetyo mengatakan, tim evakuasi kedua diberangkatkan untuk membantu tugas tim pertama yang telah sampai di puncak. Mereka nantinya sebagai eksekutor yang bertugas mengevakuasi korban dari kawah. Enam orang akan turun ke kawah dan enam lainnya bertugas di bibir.
“Kawasan kawah maksimal hanya bisa dipijak 12orang. Lebihdari itusudahmembahayakan karena kondisinya sangat labil,” ungkap Kurniawan. Pola evakuasi menggunakan pola vertikal resque. Selain memakai tali tambang, anggota tim eksekutor nantinya memakai teknik rambatan dengan tangan saling bergandengan. Peralatan yang dipakai di antaranya oksigen, baju, dan sepatu tahan api karena kondisi kawah yang panas dan mengeluarkan gas beracun. Perlengkapan harus lengkap dan teknik evakuasi harus benar dan sesuai dengan medan yang ada.
Keselamatan tim evakuasi diutamakan agar jangan sampai mereka menjadi korban. Setelah tim eksekutor berhasil menggapai posisi korban, pengangkatan korban dari kawah satu satunya jalan hanya menggunakan tali. Sehingga tali yang dipersiapkan panjangnya mencapai 350 meter. Total ada 25 orang yang bertugas sebagai tim evakuasi. Mereka memiliki tugas saling mendukung agar evakuasi berjalan sukses. Selama di puncak, tim evakuasi juga mendirikan kamp bergerak.
Kapolsek Selo AKP Yadiyo mengungkapkan, sebelum mengalami musibah Erri Yunanto sempat berfoto di dekat kawah. Korban bersama lima orang rekannya naik dari jalur pendakian New Selo di Kecamatan Selo, Boyolali Jumat (15/5) malam. Setelah mendaftarkan diri di base camp pos Barameru, sekitar pukul 23.00 WIB mereka mulai melakukan pendakian.
Rekan korban yang kala itu bersama mendaki di antaranya adalah Diki, 21, mahasiswa UAJY warga Maguwoharjo, Sleman; Haryadi Listya Martha, 21, mahasiswa Universitas YKPN yang tercatat sebagai warga Nyamplung Kudul, Balerejo, Gamping, Sleman. “Awal berangkat rombongan jumat sore sekitar pukul 15.00 WIB. Kemudian sempat berhenti di Muntilan untuk makan. Setelah itu melanjutkan perjalanan dan sampai ke base camp Barameru sekitar pukul 22.30 WIB,” ungkap Yadiyo.
Ketika pendakian sampai di pos II, rombongan terpecah menjadi dua. Tiga orang rekan korban memutuskan kembali turun ke bawah, yakni Bayu Setyawan, 21, mahasiswa UNY Yogyakarta, warga Kuncen Wirobrajan Yogyakarta; Okky Kurniawan, 18, pelajar asal Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta, dan Sukamto, 23, warga Yogyakarta. Sedangkan korban bersama Diki dan Hariyadi melanjutkan pendakian. Mereka bertiga sampai di Pasar Bubrah Sabtu (16/5) pagi sekitar 03.30 WIB.
Setelah mendirikan tenda dan beristirahat, sekitar pukul 08.30 WIB korban bersama Diki melanjutkan pendakian ke puncak bersama Diki. “Sedangkan Haryadi tetap menunggu di tenda,” urainya. Setelah sampai di puncak pukul 09.30 WIB, keduanya melakukansesifoto- foto. Korbanjugameminta Diki untuk memotret dirinya yang berada di atas Puncak Garuda. Namun musibah menghampiri ketika korban memutuskan untuk turun sekitar pukul 11.00 WIB. Saat turun, tanpa diduga korban terpeleset dan jatuh ke kawah Merapi. Diki yang mengetahui hal itu langsung panik.
Dia lalu meminta bantuan pendaki lain untuk melapor ke base camp Barameru. Dia selanjutnya turun ke Pasar Bubrah untuk memberi tahu rekannya yang berada di tenda. Keduanya lalu turun hingga sampai ke pos II sekitar pukul 13.30 WIB. Mereka baru bisa menghubungi base camp Barameru sekitar pukul 16.00 WIB setelah mendapatkan sinyal handphone dan menceritakan kejadian itu. “Dari base camp Barameru lalu meneruskan peristiwa itu ke Polsek Selo,” terangnya.
Pada bagian lain, jalur pendakian ke Gunung Merapi melalui New Selo, Kecamatan Selo, Boyolali ditutup sementara hingga proses evakuasi selesai. “Agar evakuasi berjalan lancar, kami menutup jalur pendakian selama lima hari,” ungkap Suwiknya Kepala Resort Selo Balai Taman Nasional Gunung Merapi. Koordinator Relawan Barameru Merapi Samsuri mengungkapkan, tercatat ada 400 pendaki yang terlanjur naik. Sedangkan pendaki yang disuruh kembali sekitar 500 orang.
Para pendaki yang digiring turun rata-rata sudah berada di Pasar Bubrah. Setelah pendakian Merapi ditutup, banyak di antaranya yang mengalihkan pendakian ke Gunung Merbabu. Humas Basarnas Kantor SAR Semarang, Aris Triyono menambahkan, dari keterangankeluarga, Erri merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang hobi naik gunung.
Sebelumnya, dia sempat naik Gunung Rinjani. UAJY telah mengeluarkan pernyataan resmi duka cita atas kecelakaan yang menimpa ErriYunanto. “Kami merasa prihatin atas kejadian ini dan masih menunggu perkembangan evakuasi dari pihak rescue ,” ujar Wakil Rektor III UAJY R Sigit Widiarto kemarin.
Ary wahyu wibowo/ eka setiawan/ ratih keswara
Posisi terakhir Erri diketahui berada di kawah dengan kedalaman sekitar 150 meter. Keberadaan mahasiswa yang tinggal di Kampung Biru, Trihanggo, Gamping, Sleman, Yogyakarta tersebut diketahui Minggu (17/5) sore sekitar pukul 15.00 WIB. Sebelumnya, tim SAR sejak pagi terus berupaya mengamati kawah guna mencari keberadaan korban yang terjatuh Sabtu (16/5) siang lalu.
Selama di puncak Merapi, tim SAR mengalami berbagai kendala. Seperti adanya gas beracun yang keluar, kabut tebal, dan kondisi kawah yang labil. Bahkan, drone sempat digunakan untuk mencaril etak terakhir korban setelah terjatuh. Namun, penggunaan drone mengalami hambatan karena embusan angin yang cukup kencang.
“Pada sore hari baru terlihat dengan pandangan mata. Saya tidak tahu persis apakah drone sempat mendeteksi dan dipotret,” ujar Ramli, salah satu tim evakuasi dari SAR Boyolali usai turun dari Puncak Merapi, kemarin petang. Dirinya belum dapat memastikan bagaimana posisi tubuh Erri, apakah tertelungkup, miring atau terlentang. Sebab, visual yang terlihat dengan mata adalah jaket korban mengingat jarak pandang yang terbatas.
Selain itu, antara jaraknya korban dengan posisi tim SAR yang mendeteksi juga cukup jauh. Yang jelas, posisinya berada di kawah bagian barat. Karena kondisi sudah gelap, proses evakuasi korban dari kawah belum dapat dilakukan. Proses evakuasi baru akan dilakukan hari ini dengan peralatan yang lebih komplet. Pasalnya, tim evakuasi yang datang pertama hanya membawa tambang dengan panjang sekitar 75 meter.
Panjang tali masih kurang karena posisi terakhir korban berada di kedalaman 150 meter. Sehingga dibutuhkan tali tambang dengan panjang sekurangnya 200 meter. Dirinya tidak tahu persis berapa suhu di sekitar kawah. “Tapi yang jelas cukup panas,” terangnya. Selama di atas, tim SAR juga telah membawa tabung oksigen karena kawah terkadang mengeluarkan gas beracun.
Pada tahap pertama, ada tiga tim yang diberangkatkan. Selain mendeteksi keberadaan korban, tim juga tengah mencari lokasi yang dapat digunakanuntukpatoktalitambang yang nantinya dipakai untuk tim evakuasi yang akan turun ke kawah. Pada sisi lain, pihaknya juga meminta para pendaki untuk turun karena menghambat perjalanan dan kerja tim SAR.
Komandan SAR Boyolali Kurniawan Dwi Prasetyo mengatakan, tim evakuasi kedua diberangkatkan untuk membantu tugas tim pertama yang telah sampai di puncak. Mereka nantinya sebagai eksekutor yang bertugas mengevakuasi korban dari kawah. Enam orang akan turun ke kawah dan enam lainnya bertugas di bibir.
“Kawasan kawah maksimal hanya bisa dipijak 12orang. Lebihdari itusudahmembahayakan karena kondisinya sangat labil,” ungkap Kurniawan. Pola evakuasi menggunakan pola vertikal resque. Selain memakai tali tambang, anggota tim eksekutor nantinya memakai teknik rambatan dengan tangan saling bergandengan. Peralatan yang dipakai di antaranya oksigen, baju, dan sepatu tahan api karena kondisi kawah yang panas dan mengeluarkan gas beracun. Perlengkapan harus lengkap dan teknik evakuasi harus benar dan sesuai dengan medan yang ada.
Keselamatan tim evakuasi diutamakan agar jangan sampai mereka menjadi korban. Setelah tim eksekutor berhasil menggapai posisi korban, pengangkatan korban dari kawah satu satunya jalan hanya menggunakan tali. Sehingga tali yang dipersiapkan panjangnya mencapai 350 meter. Total ada 25 orang yang bertugas sebagai tim evakuasi. Mereka memiliki tugas saling mendukung agar evakuasi berjalan sukses. Selama di puncak, tim evakuasi juga mendirikan kamp bergerak.
Kapolsek Selo AKP Yadiyo mengungkapkan, sebelum mengalami musibah Erri Yunanto sempat berfoto di dekat kawah. Korban bersama lima orang rekannya naik dari jalur pendakian New Selo di Kecamatan Selo, Boyolali Jumat (15/5) malam. Setelah mendaftarkan diri di base camp pos Barameru, sekitar pukul 23.00 WIB mereka mulai melakukan pendakian.
Rekan korban yang kala itu bersama mendaki di antaranya adalah Diki, 21, mahasiswa UAJY warga Maguwoharjo, Sleman; Haryadi Listya Martha, 21, mahasiswa Universitas YKPN yang tercatat sebagai warga Nyamplung Kudul, Balerejo, Gamping, Sleman. “Awal berangkat rombongan jumat sore sekitar pukul 15.00 WIB. Kemudian sempat berhenti di Muntilan untuk makan. Setelah itu melanjutkan perjalanan dan sampai ke base camp Barameru sekitar pukul 22.30 WIB,” ungkap Yadiyo.
Ketika pendakian sampai di pos II, rombongan terpecah menjadi dua. Tiga orang rekan korban memutuskan kembali turun ke bawah, yakni Bayu Setyawan, 21, mahasiswa UNY Yogyakarta, warga Kuncen Wirobrajan Yogyakarta; Okky Kurniawan, 18, pelajar asal Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta, dan Sukamto, 23, warga Yogyakarta. Sedangkan korban bersama Diki dan Hariyadi melanjutkan pendakian. Mereka bertiga sampai di Pasar Bubrah Sabtu (16/5) pagi sekitar 03.30 WIB.
Setelah mendirikan tenda dan beristirahat, sekitar pukul 08.30 WIB korban bersama Diki melanjutkan pendakian ke puncak bersama Diki. “Sedangkan Haryadi tetap menunggu di tenda,” urainya. Setelah sampai di puncak pukul 09.30 WIB, keduanya melakukansesifoto- foto. Korbanjugameminta Diki untuk memotret dirinya yang berada di atas Puncak Garuda. Namun musibah menghampiri ketika korban memutuskan untuk turun sekitar pukul 11.00 WIB. Saat turun, tanpa diduga korban terpeleset dan jatuh ke kawah Merapi. Diki yang mengetahui hal itu langsung panik.
Dia lalu meminta bantuan pendaki lain untuk melapor ke base camp Barameru. Dia selanjutnya turun ke Pasar Bubrah untuk memberi tahu rekannya yang berada di tenda. Keduanya lalu turun hingga sampai ke pos II sekitar pukul 13.30 WIB. Mereka baru bisa menghubungi base camp Barameru sekitar pukul 16.00 WIB setelah mendapatkan sinyal handphone dan menceritakan kejadian itu. “Dari base camp Barameru lalu meneruskan peristiwa itu ke Polsek Selo,” terangnya.
Pada bagian lain, jalur pendakian ke Gunung Merapi melalui New Selo, Kecamatan Selo, Boyolali ditutup sementara hingga proses evakuasi selesai. “Agar evakuasi berjalan lancar, kami menutup jalur pendakian selama lima hari,” ungkap Suwiknya Kepala Resort Selo Balai Taman Nasional Gunung Merapi. Koordinator Relawan Barameru Merapi Samsuri mengungkapkan, tercatat ada 400 pendaki yang terlanjur naik. Sedangkan pendaki yang disuruh kembali sekitar 500 orang.
Para pendaki yang digiring turun rata-rata sudah berada di Pasar Bubrah. Setelah pendakian Merapi ditutup, banyak di antaranya yang mengalihkan pendakian ke Gunung Merbabu. Humas Basarnas Kantor SAR Semarang, Aris Triyono menambahkan, dari keterangankeluarga, Erri merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang hobi naik gunung.
Sebelumnya, dia sempat naik Gunung Rinjani. UAJY telah mengeluarkan pernyataan resmi duka cita atas kecelakaan yang menimpa ErriYunanto. “Kami merasa prihatin atas kejadian ini dan masih menunggu perkembangan evakuasi dari pihak rescue ,” ujar Wakil Rektor III UAJY R Sigit Widiarto kemarin.
Ary wahyu wibowo/ eka setiawan/ ratih keswara
(ars)