Kembali Berkarya Usai Kunjungi Situs Bersejarah
A
A
A
Semenjak kehadirannya 30 tahun silam, industri pop Sunda berubah menjadi tak biasa. Dinamika musik daerah yang semula landai, perlahan semakin berwarna berkat kehadiran Doel Soembang.
Penyanyi, pencipta lagu sekaligus produser ini mewarnai khasanah pop Sunda lewat ciri khas lirik lagu bermuatan kritik sosial, yang dibawakan dengan frontal, vulgar dan tak sedikit mengundang tawa. Wahyu Affandi, begitu nama lengkapnya. Seolah tak pernah surut ide untuk membuat lagu yang isinya jenaka dan nyeleneh.
Uniknya, dibalik kalimat vulgar itu dia banyak menyisipkan pesan kehidupan yang terkadang luput dari perhatian. Lewat gaya flamboyan inilah, Doel sukses mencuri perhatian publik. Tidak hanya di industri pop sunda, namun meluas hingga pop berbahasa Indonesia. Tak sekadar singgah di riuh rendah dunia hiburan, musisi kelahiran 16 Mei 1963 ini juga selalu mengajak masyarakat berpikir kritis dan jujur mengungkap problematika hidup dengan lirik yang lugas namun tetap keras menyuarakan kegamangan.
Maklum, karakter Doel menjadi sosok yang peka karena dia mengawali karirnya di panggung teater, di Teater Remy Silado. Sempat vakum dari dunia musik, pada 2015 ini Doel Sumbang akan kembali menggebrak lewat projek 5 Cinta. Sejak meluncurkan album bertajuk Bentang Luhureun Kabahbeberapa tahun lalu, Doel Sumbang menghilang dari kancah rekaman, kendati untuk showbiztetap eksis.
“Jujur saja, sejak Bentang Luhureun Kabahitu saya mengalami kering ide, tidak ada ide untuk membuat lagu. Inspirasi muncul kembali sejak saya melakukan perjalanan ke kawasan Ciamis dan Pangandaran, seperti ke situs sejarah Karang Kamulyan di Ciamis dan beberapa tempat di Pangandaran,” tutur Doel ketika ditemui di studio rekaman Air Studio belum lama ini. Kini, artis senior ini sudah menyiapkan lima lagu untuk mendobrak blantika musik pada tahun ini.
Dikemas dalam mini album bertajuk 5 Cinta, Doel menawarkan romantisme baru. Dia mengusung lirik yang dikemas dalam cerita cinta yang dibawakan dalam bahasa Sunda, beserta latar belakang dan liku-likunya. Kelima lagu itu adalah Karang Bolong, Karang Kamulyan, Bade Kasaha, Nyumput, dan Dikeleketek. Dia bercerita, lagu Karang Bolong memang diciptakan di kawasan Karang Bolong, Kabupaten Pangandaran. Idenya lahir dari keindahan panoramanya yang eksotis.
Tapi isinya mengupas lebih dalam lagi tentang bukti sejarah dan deskripsi keindahannya. Niatnya, mengingatkan kembali masyarakat bahwa di tempat ini ada sebuah obyek wisata menarik namun belum dianggap mains stream. Sebelumnya, beberapa tahun silam Doel tercatat sempat menorehkan kesuksesan lewat lagu Pangandaran. Untuk mengembalikan memori pencintanya, kini dia menghadiahi para fans-nya dengan hits singleKarang Bolong. Kebetulan, secara geografis daerah Karang Bolong memang tak jauh dari pantai Pangandaran.
“Saya ingin mengingatkan juga, bahwa ada bagian-bagian dari Pangandaran yang menarik, baik secara panorama, historis, maupun mistis. Saya ingin agar orang tidak hanya tahu Pananjung saja,” ungkap dia. Tentang lagu Karang Kamulyan, dia mengaku jatuh hati dengan daerah ini.
“Di sini ada situs sejarah yang bisa membuat kita flashbackke masa silam. Di sini ada ekosistem yang terjaga baik, ada juga sisi-sisi mistisnya. Dan saya kemas dalam cerita cinta,” papar Doel, menutup perbincangan.
Dini Budiman
Kota Bandung
Penyanyi, pencipta lagu sekaligus produser ini mewarnai khasanah pop Sunda lewat ciri khas lirik lagu bermuatan kritik sosial, yang dibawakan dengan frontal, vulgar dan tak sedikit mengundang tawa. Wahyu Affandi, begitu nama lengkapnya. Seolah tak pernah surut ide untuk membuat lagu yang isinya jenaka dan nyeleneh.
Uniknya, dibalik kalimat vulgar itu dia banyak menyisipkan pesan kehidupan yang terkadang luput dari perhatian. Lewat gaya flamboyan inilah, Doel sukses mencuri perhatian publik. Tidak hanya di industri pop sunda, namun meluas hingga pop berbahasa Indonesia. Tak sekadar singgah di riuh rendah dunia hiburan, musisi kelahiran 16 Mei 1963 ini juga selalu mengajak masyarakat berpikir kritis dan jujur mengungkap problematika hidup dengan lirik yang lugas namun tetap keras menyuarakan kegamangan.
Maklum, karakter Doel menjadi sosok yang peka karena dia mengawali karirnya di panggung teater, di Teater Remy Silado. Sempat vakum dari dunia musik, pada 2015 ini Doel Sumbang akan kembali menggebrak lewat projek 5 Cinta. Sejak meluncurkan album bertajuk Bentang Luhureun Kabahbeberapa tahun lalu, Doel Sumbang menghilang dari kancah rekaman, kendati untuk showbiztetap eksis.
“Jujur saja, sejak Bentang Luhureun Kabahitu saya mengalami kering ide, tidak ada ide untuk membuat lagu. Inspirasi muncul kembali sejak saya melakukan perjalanan ke kawasan Ciamis dan Pangandaran, seperti ke situs sejarah Karang Kamulyan di Ciamis dan beberapa tempat di Pangandaran,” tutur Doel ketika ditemui di studio rekaman Air Studio belum lama ini. Kini, artis senior ini sudah menyiapkan lima lagu untuk mendobrak blantika musik pada tahun ini.
Dikemas dalam mini album bertajuk 5 Cinta, Doel menawarkan romantisme baru. Dia mengusung lirik yang dikemas dalam cerita cinta yang dibawakan dalam bahasa Sunda, beserta latar belakang dan liku-likunya. Kelima lagu itu adalah Karang Bolong, Karang Kamulyan, Bade Kasaha, Nyumput, dan Dikeleketek. Dia bercerita, lagu Karang Bolong memang diciptakan di kawasan Karang Bolong, Kabupaten Pangandaran. Idenya lahir dari keindahan panoramanya yang eksotis.
Tapi isinya mengupas lebih dalam lagi tentang bukti sejarah dan deskripsi keindahannya. Niatnya, mengingatkan kembali masyarakat bahwa di tempat ini ada sebuah obyek wisata menarik namun belum dianggap mains stream. Sebelumnya, beberapa tahun silam Doel tercatat sempat menorehkan kesuksesan lewat lagu Pangandaran. Untuk mengembalikan memori pencintanya, kini dia menghadiahi para fans-nya dengan hits singleKarang Bolong. Kebetulan, secara geografis daerah Karang Bolong memang tak jauh dari pantai Pangandaran.
“Saya ingin mengingatkan juga, bahwa ada bagian-bagian dari Pangandaran yang menarik, baik secara panorama, historis, maupun mistis. Saya ingin agar orang tidak hanya tahu Pananjung saja,” ungkap dia. Tentang lagu Karang Kamulyan, dia mengaku jatuh hati dengan daerah ini.
“Di sini ada situs sejarah yang bisa membuat kita flashbackke masa silam. Di sini ada ekosistem yang terjaga baik, ada juga sisi-sisi mistisnya. Dan saya kemas dalam cerita cinta,” papar Doel, menutup perbincangan.
Dini Budiman
Kota Bandung
(ars)