Tahun Ini Dugderan Ditiadakan

Minggu, 17 Mei 2015 - 10:28 WIB
Tahun Ini Dugderan Ditiadakan
Tahun Ini Dugderan Ditiadakan
A A A
SEMARANG - Tradisi dugderan yang biasa digelar menjelang Ramadan di sekitar kawasan Pasar Johar Semarang tahun ini ditiadakan. Kebijakan ini diambil karena adanya musibah kebakaran yang melanda Pasar Johar, Sabtu (9/5).

Kepastian tidak akan adanya pasar dugderan di kawasan Johar dikatakan Kepala Dinas Pasar Kota Semarang Tridjoto Sarjoko kemarin.

“Kami sudah rapat dengan para instansi lain dan juga sudah laporan dengan Pak Wali Kota. Kemungkinan besar gelaran pasar dugderan yang biasa dilakukan menjelang Ramadhan di kawasan Pasar Johar ditiadakan tahun ini,” katanya. Alasan psikologis pedagang korban kebakaran Pasar Johar menjadi pertimbangan utama. Setelah musibah kebakaran itu, para pedagang Pasar Johar kebingungan dan kesulitan memulai usahanya kembali.

“Selain itu, lokasinya juga tidak ada karena digunakan pedagang Pasar Johar untuk berjualan,” paparnya. Saat ini Dinas Pasar masih berusaha mengembalikan kepercayaan diri para pedagang dengan memfasilitasi semua korban kebakaran Pasar Johar. Menurut Tridjoto, pasar dugderan akan mengganggu upaya yang dilakukan pihaknya itu.

“Sebab pedagang pasar dugderan itu kan kebanyakan dari luar kota. Ini tentu tidak akan bagus untuk program kami mengembalikan semangat pedagang Pasar Johar. Kami saat ini sedang fokus memberikan kesempatan pedagang Pasar Johar untuk berjualan agar bisa mengumpulkan modal kembali tanpa adanya gangguan dari pedagang lain khususnya dari luar kota,” paparnya.

Meski pasar dugderan tidak digelar, tradisi dugderan tetap akan dilaksanakan. Tradisi berupa arak-arakan dan pertunjukan kesenian sebagai tanda dimulainya awal Ramadhan itu akan tetap ada. “Karena itu tradisi yang sudah dilakukan bertahun- tahun sebagai penanda awal Ramadhan. Jadi akan tetap diberlakukan. Yang dihilangkan hanya pasar dugderannya saja,” ujar Tridjoto.

Tidak digelarnya pasar dugderan mendapatkan respons pro-kontra di kalangan masyarakat. Mereka yang tidak setuju dugderan ditiadakan menganggap bahwa pasar dugderan tidak dapat dilepaskan dengan tradisi ritual dugder di Kota Semarang. “Pasar dugderan itu sudah ada sejak awal kegiatan ritual dugderan. Itu bagian dari tradisi sehingga menurut saya harus tetap dilaksanakan,” kata Prasetya, 28, salah satu warga Telogosari yang ditemui seusai belanja di Pasar Johar, kemarin.

Seharusnya Pemerintah Kota Semarang tidak menghapuskan pasar dugderan. Lebih bijak jika Pemkot Semarang mencarikan lokasi lain bagi para pedagang menjajakan pernak-pernik dugderan. “Kalau bisa ditempatkan di lokasi lainnya, supaya pasar dugderan tetap berjalan. Soalnya pasar dugderan juga selalu dinanti warga Semarang untuk mencari berbagai barang yang dijual tersebut seperti aneka gerabah dan aneka mainan anak-anak tradisional itu,” ucap Prasetya.

Sementara itu, pedagang Pasar Johar sudah mulai kembali berjualan di Jalan Kyai Agus Salim. Merekamenempatilapaklapak yang dibangun secara swadaya dan menjajakan aneka ragam barang kepada masyarakat. Salah satu pedagang yang kembali menjajakan dagangannya adalah Maryuni, 40. Warga Depok Semarang ini bersyukur dapat kembali mencari rezeki seusai kios serta barang dagangannya ludes terbakar.

“Baru hari ini (kemarin) dasaran (buka lapak pertama). Mudah-mudahan ini awal yang bagus bagi saya untuk memulai usaha pasca musibah kebakaran ini,” katanya.

Andika prabowo
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7795 seconds (0.1#10.140)