Di Kota Yogyakarta 15 Siswa Tak Lulus UN
A
A
A
YOGYAKARTA - Sebanyak 15 siswa tingkat SMA/SMK dinyatakan tidak lulus karena berbagai faktor. Ini membuat tingkat kelulusan di Kota Yogyakarta tidak bisa mencapai angka 100%.
Kelulusan sendiri sepenuhnya ditentukan sekolah. Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana mengatakan, di tingkat SMA lima siswa dinyatakan tidak lulus karena tidak memenuhi syarat dan lima siswa lain tidak lulus karena mengundurkan diri. Sementara lima siswa lain berasal dari SMK.
“Ke-10 siswa mengikuti ujian nasional, tapi sekolah menetapkan mereka tidak memenuhi syarat kelulusan. Syaratnya tidak hanya pada nilai, tetapi juga sikap siswa selama mengikuti pendidikan,” katanya, kemarin. Lima siswa yang mundur, kata Edy, sama sekali tidak mengikuti ujian nasional utama maupun ujian nasional susulan. Seluruh peserta UN SMA/SMK tahun ini ada 6.375 siswa dan SMK 5.139 siswa.
Pengumuman kelulusan dilakukan serentak di seluruh SMA/SMK pada Jumat (15/5). Metode pengumuman diserahkan sesuai kebijakan masing-masing sekolah, tapi sekolah diminta tegas mengimbau siswa agar tidak merayakan kelulusan dengan konvoi kendaraan bermotor.
“Ada sekolah yang mengirim surat ke rumah siswa atau meminta siswa datang dengan mengenakan pakaian tradisional, melakukan bakti sosial, atau meminta orang tua datang ke sekolah,” katanya. Sementara rerata nilai ujian nasional di Kota Yogyakarta menempati posisi tertinggi di DIY, baik untuk IPA maupun IPS. Nilai rata-rata untuk IPS adalah 59,58 dan IPA 67,42.
Kabupaten Bantul memiliki nilai rata-rata IPS 58,53 dan IPA 62,79. Sementara Kabupaten Sleman untuk program IPS memiliki nilai rata-rata 58,24 dan IPA61,03; Kulonprogo untuk program IPS55,78 dan IPA59,61; serta Kabupaten Gunungkidul untuk program IPS 55,39 dan IPA 59,03. “Hasil ujian nasional dengan menggunakan sistem computer based test (CBT) dinilai memiliki banyak keunggulan.
Ada beberapa yang menyatakan, nilai UN CBT lebih baik. Tapi kami belum menganalisis sampai ke sana,” katanya. Di Kulonprogo angka kelulusan UN SMA/sederajat juga tak mencapai 100%. Kepala Dinas Pendidikan Kulonprogo Sumarsono mengatakan, total peserta UN di Kulonprogo mencapai 5.614 siswa. Ada enam orang siswa menyatakan mengundurkan diri dan sejak Januari tidak mengikuti pembelajaran sehingga jumlah siswa yang mengikuti UN hanya 5.608 siswa.
“Ada tiga yang tidak lulus, yang lulus hanya 5,604 siswa,” katanya. Sumarsono belum bisa merinci sekolah mana yang tidak bisa meluluskan siswanya. Mereka masih berkoordinasi dengan rayon dan sekolah-sekolah. Kelulusan tidak hanya ditentukan dengan nilai UN, namun ada beberapa variabel lain yang ditentukan sekolah. “Kami himbau untuk tidak melakukan konvoi,” katanya.
Di MAN II Wates, kelulusan siswa dilakukan dengan membagikan nasi bungkus. Setiap siswa minimal membawa tujuh bungkus sesuai dengan kesepakatan di sekolah. Nasi yang terkumpul ini kemudian dibagikan kepada masyarakat di sekitar Kota Wates, mulai dari penyapu jalan, tukang sampah, tukang becak, buruh kuli gendong, dan pedagang pasar.
“Sekolah mengarahkan siswanya untuk kegiatan positif daripada konvoi lebih baik berbagi,” kata guru MAN II Wates, Amir Maruf. Salah seorang siswa mengaku senang bisa berbagi dengan masyarakat yang membutuhkan. Cara itu lebih terhormat dan elegan dibandingkan dengan corat-coret baju seragam yang tidak berarti. “Kami ingin beda, maka kami lakukan kegiatan seperti ini daripada coret-coret,” kata Karina, salah satu siswa. Di Sleman angka kelulusan juga tak mencapai 100%.
Dari data yang masuk ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) setempat hingga pukul 15.00 WIB diketahui ada lima siswa tidak lulus terdiri atas tiga siswa SMK dan dua siswa SMA. Tiga siswa SMK masingmasing dua siswa dari SMK Piri Sleman dan satu siswa dari SMK Karya Rini.
Sementara untuk SMA masing-masing satu siswa dari SMA Raden Patah dan MAN Tempel. “Itu data sementara, sebab belum semua data masuk ke dinas,” kata Kabid Kurikulum dan Kesiswaan (Kursis) Disdikpora Sleman Ery Werdayana di ruang kerjanya, kemarin.
Rayakan Kelulusan dengan Tarian Kolosal
Tak seperti sekolah-sekolah lain yang mengumumkan dengan acara wisuda atau sekadar membagikan kertas pemberitahuan kepada wali murid, SMK 1 Pundong memiliki cara unik dalam mengumumkan kelulusan peserta didik mereka. Kali ini mereka menggelar acara pawai pakaian tradisional serta tari kolosal Nini Towong.
Ketua Panitia Kelulusan SMK 1 Pundong, Yudiariestiwati menuturkan, pihaknya sengaja tidak menggelar wisuda di sekolah ataupun mengumumkan seperti sekolah lain yang hanya membagikan kertas pernyataan lulus atau tidak. Pihaknya sengaja menggelar pawai atau arak-arakan pakaian tradisional, tari kolosal Nini Thowong, serta jemparingan dari Guru SMK 1 Pundong.
“Memang ada tujuan khusus,” katanya. Pihaknya sengaja menggelar atraksi kesenian untuk memberi pendidikan kepada para siswa tentang tradisi atau kesenian di Kabupaten Bantul. Sebab selama ini semua orang tidak bisa menutup mata jika seni tradisional sudah banyak ditinggalkan. Karena sudah terpengaruh budaya kebarat-baratan yang banyak mereka dapatkan dari lingkungan sekitar.
Banyaknya tontonan televisi, internet yang sangat mudah didapatkan di manapun dan kapan pun, serta perkembangan gadget sangat berpengaruh terhadap perkembangan budaya generasi penerus. Nilai-nilai budaya ketimuran kini sudah mulai luntur karena permisifnya budaya barat yang mereka dapatkan melalui berbagai media. “Semangatnya memang untuk mengembalikan ingatan para peserta didik kami tentang budaya yang ada,” ujarnya.
Dalam acara kelulusan kemarin, ada 173 siswi terdiri dari 155 siswi SMK 1 Pundong, delapan guru, dan 10 siswi sekolah dasar (SD) berdandan nyentrik. Mereka menari Nini Towong di Lapangan Panjangrejo, Pundong, yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari Gedung SMK 1 Pundong. Untuk menuju ke lapangan itu, para guru dan siswa SMK 1 Pundong berpawai dimulai dengan pasukan bergodo dan dua orang pangeran berkuda.
Kepala SMK 1 Pundong, Elly Karyani Sulistyawati mengungkapkan, pihaknya sengaja menggelar acara unik di luar sekolah untuk memberikan tontonan gratis kepada masyarakat sekitar mereka. Selain itu, acara ini menjadi ajang mempromosikan SMK 1 Pundong kepada para siswa SMP di wilayah Pundong. “Setiap tahun kami upayakan berbeda kemasannya,” ujarnya.
sodik/kuntadi/ priyo setyawan/ erfanto linangkung
Kelulusan sendiri sepenuhnya ditentukan sekolah. Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana mengatakan, di tingkat SMA lima siswa dinyatakan tidak lulus karena tidak memenuhi syarat dan lima siswa lain tidak lulus karena mengundurkan diri. Sementara lima siswa lain berasal dari SMK.
“Ke-10 siswa mengikuti ujian nasional, tapi sekolah menetapkan mereka tidak memenuhi syarat kelulusan. Syaratnya tidak hanya pada nilai, tetapi juga sikap siswa selama mengikuti pendidikan,” katanya, kemarin. Lima siswa yang mundur, kata Edy, sama sekali tidak mengikuti ujian nasional utama maupun ujian nasional susulan. Seluruh peserta UN SMA/SMK tahun ini ada 6.375 siswa dan SMK 5.139 siswa.
Pengumuman kelulusan dilakukan serentak di seluruh SMA/SMK pada Jumat (15/5). Metode pengumuman diserahkan sesuai kebijakan masing-masing sekolah, tapi sekolah diminta tegas mengimbau siswa agar tidak merayakan kelulusan dengan konvoi kendaraan bermotor.
“Ada sekolah yang mengirim surat ke rumah siswa atau meminta siswa datang dengan mengenakan pakaian tradisional, melakukan bakti sosial, atau meminta orang tua datang ke sekolah,” katanya. Sementara rerata nilai ujian nasional di Kota Yogyakarta menempati posisi tertinggi di DIY, baik untuk IPA maupun IPS. Nilai rata-rata untuk IPS adalah 59,58 dan IPA 67,42.
Kabupaten Bantul memiliki nilai rata-rata IPS 58,53 dan IPA 62,79. Sementara Kabupaten Sleman untuk program IPS memiliki nilai rata-rata 58,24 dan IPA61,03; Kulonprogo untuk program IPS55,78 dan IPA59,61; serta Kabupaten Gunungkidul untuk program IPS 55,39 dan IPA 59,03. “Hasil ujian nasional dengan menggunakan sistem computer based test (CBT) dinilai memiliki banyak keunggulan.
Ada beberapa yang menyatakan, nilai UN CBT lebih baik. Tapi kami belum menganalisis sampai ke sana,” katanya. Di Kulonprogo angka kelulusan UN SMA/sederajat juga tak mencapai 100%. Kepala Dinas Pendidikan Kulonprogo Sumarsono mengatakan, total peserta UN di Kulonprogo mencapai 5.614 siswa. Ada enam orang siswa menyatakan mengundurkan diri dan sejak Januari tidak mengikuti pembelajaran sehingga jumlah siswa yang mengikuti UN hanya 5.608 siswa.
“Ada tiga yang tidak lulus, yang lulus hanya 5,604 siswa,” katanya. Sumarsono belum bisa merinci sekolah mana yang tidak bisa meluluskan siswanya. Mereka masih berkoordinasi dengan rayon dan sekolah-sekolah. Kelulusan tidak hanya ditentukan dengan nilai UN, namun ada beberapa variabel lain yang ditentukan sekolah. “Kami himbau untuk tidak melakukan konvoi,” katanya.
Di MAN II Wates, kelulusan siswa dilakukan dengan membagikan nasi bungkus. Setiap siswa minimal membawa tujuh bungkus sesuai dengan kesepakatan di sekolah. Nasi yang terkumpul ini kemudian dibagikan kepada masyarakat di sekitar Kota Wates, mulai dari penyapu jalan, tukang sampah, tukang becak, buruh kuli gendong, dan pedagang pasar.
“Sekolah mengarahkan siswanya untuk kegiatan positif daripada konvoi lebih baik berbagi,” kata guru MAN II Wates, Amir Maruf. Salah seorang siswa mengaku senang bisa berbagi dengan masyarakat yang membutuhkan. Cara itu lebih terhormat dan elegan dibandingkan dengan corat-coret baju seragam yang tidak berarti. “Kami ingin beda, maka kami lakukan kegiatan seperti ini daripada coret-coret,” kata Karina, salah satu siswa. Di Sleman angka kelulusan juga tak mencapai 100%.
Dari data yang masuk ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) setempat hingga pukul 15.00 WIB diketahui ada lima siswa tidak lulus terdiri atas tiga siswa SMK dan dua siswa SMA. Tiga siswa SMK masingmasing dua siswa dari SMK Piri Sleman dan satu siswa dari SMK Karya Rini.
Sementara untuk SMA masing-masing satu siswa dari SMA Raden Patah dan MAN Tempel. “Itu data sementara, sebab belum semua data masuk ke dinas,” kata Kabid Kurikulum dan Kesiswaan (Kursis) Disdikpora Sleman Ery Werdayana di ruang kerjanya, kemarin.
Rayakan Kelulusan dengan Tarian Kolosal
Tak seperti sekolah-sekolah lain yang mengumumkan dengan acara wisuda atau sekadar membagikan kertas pemberitahuan kepada wali murid, SMK 1 Pundong memiliki cara unik dalam mengumumkan kelulusan peserta didik mereka. Kali ini mereka menggelar acara pawai pakaian tradisional serta tari kolosal Nini Towong.
Ketua Panitia Kelulusan SMK 1 Pundong, Yudiariestiwati menuturkan, pihaknya sengaja tidak menggelar wisuda di sekolah ataupun mengumumkan seperti sekolah lain yang hanya membagikan kertas pernyataan lulus atau tidak. Pihaknya sengaja menggelar pawai atau arak-arakan pakaian tradisional, tari kolosal Nini Thowong, serta jemparingan dari Guru SMK 1 Pundong.
“Memang ada tujuan khusus,” katanya. Pihaknya sengaja menggelar atraksi kesenian untuk memberi pendidikan kepada para siswa tentang tradisi atau kesenian di Kabupaten Bantul. Sebab selama ini semua orang tidak bisa menutup mata jika seni tradisional sudah banyak ditinggalkan. Karena sudah terpengaruh budaya kebarat-baratan yang banyak mereka dapatkan dari lingkungan sekitar.
Banyaknya tontonan televisi, internet yang sangat mudah didapatkan di manapun dan kapan pun, serta perkembangan gadget sangat berpengaruh terhadap perkembangan budaya generasi penerus. Nilai-nilai budaya ketimuran kini sudah mulai luntur karena permisifnya budaya barat yang mereka dapatkan melalui berbagai media. “Semangatnya memang untuk mengembalikan ingatan para peserta didik kami tentang budaya yang ada,” ujarnya.
Dalam acara kelulusan kemarin, ada 173 siswi terdiri dari 155 siswi SMK 1 Pundong, delapan guru, dan 10 siswi sekolah dasar (SD) berdandan nyentrik. Mereka menari Nini Towong di Lapangan Panjangrejo, Pundong, yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari Gedung SMK 1 Pundong. Untuk menuju ke lapangan itu, para guru dan siswa SMK 1 Pundong berpawai dimulai dengan pasukan bergodo dan dua orang pangeran berkuda.
Kepala SMK 1 Pundong, Elly Karyani Sulistyawati mengungkapkan, pihaknya sengaja menggelar acara unik di luar sekolah untuk memberikan tontonan gratis kepada masyarakat sekitar mereka. Selain itu, acara ini menjadi ajang mempromosikan SMK 1 Pundong kepada para siswa SMP di wilayah Pundong. “Setiap tahun kami upayakan berbeda kemasannya,” ujarnya.
sodik/kuntadi/ priyo setyawan/ erfanto linangkung
(bbg)