Kawah Baru Gunung Salak Ditemukan
A
A
A
SUKABUMI - Sebuah tempat yang diduga sebagai kawah ditemukan warga di sekitar hulu Sungai Cipalasari di dalam kawasan Gunung Salak. Selama ini, Gunung Salak diketahui memiliki tiga kawah yakni Kawah Ratu, Kawah Cikuluwung Putri, dan Kawah Hirup.
Kawah baru ini pertama kali ditemukan oleh sekelompok warga beserta aparat Desa Pulosari dan Muspika Kecamatan Kala panunggal, Kabupaten Sukabumi yang tengah menelusuri sumber pencemaran Sungai Cipalasari.
Sejak tiga bulan terakhir ini, warga mengeluhkan aliran Sungai Cipalasari yang berubah wana menjadi putih dan berbau belerang. Akibatnya, warga tidak dapat lagi bisa memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, terutama kebutuhan minum, mandi, cuci, dan irigasi petanian.
“Atas hal itulah ka mi sepakat mencari penyebab tercemarnya sungai. Setelah ditelusuri akhinya diketahui aroma belerang dan serbuk putih yang mengotori air sungai itu berasal dari sebuah tempat yang diduga sebagai bagian dari ka wah Gunung Salak,” ungkap Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmawas) Kalapanunggal Nusantara Heri kepada KORAN SINDO, kemarin.
Kawasan yang diduga sebagai kawah itu terletak ditepian hulu Sungai Cipalasari yang menjadi bagian dari anak Sungai Cibelegener. Kawasan itu berupa tempat terbuka yang di penuhi beberapa lubang yang aktif menyemburkan cairan dan asap putih berbau belerang. Untuk sampai kelokasi tersebut, warga harus menempuhnya dengan bejalan kaki selama lima jam dari Desa Pulosari.
“Kami tidak berani mendekati lokasi itu karena khawatir semburannya mengandung gas beracun. Sebab tanaman yang berada di sekitar tempat itu juga terlihat mati,” tuturnya. Kepala Desa Pulosari Eko Pujiarto mengungkapkan, temuan ini telah dilaporkan kepada Pemkab Sukabumi maupun Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak selaku pengelola kawasan hutan Halimun-Salak.
Diakui Eko, atas temuan tempat yang diduga kawah tersebut, kekhawatiran warga kini bertambah. “Warga semakin khawatir, bukan hanya karena tercemarnya aliran sungai saja, tetapi lokasi tempat yang diduga kawah itu berada tidak jauh dari kaki gunung. Kami harap pemerintah daerah maupun Balai Taman Nasional segera menindaklanjuti temuan itu agar tidak ada lagi kekhawatiran warga,” tegasnya.
Toni kamajaya
Kawah baru ini pertama kali ditemukan oleh sekelompok warga beserta aparat Desa Pulosari dan Muspika Kecamatan Kala panunggal, Kabupaten Sukabumi yang tengah menelusuri sumber pencemaran Sungai Cipalasari.
Sejak tiga bulan terakhir ini, warga mengeluhkan aliran Sungai Cipalasari yang berubah wana menjadi putih dan berbau belerang. Akibatnya, warga tidak dapat lagi bisa memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, terutama kebutuhan minum, mandi, cuci, dan irigasi petanian.
“Atas hal itulah ka mi sepakat mencari penyebab tercemarnya sungai. Setelah ditelusuri akhinya diketahui aroma belerang dan serbuk putih yang mengotori air sungai itu berasal dari sebuah tempat yang diduga sebagai bagian dari ka wah Gunung Salak,” ungkap Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmawas) Kalapanunggal Nusantara Heri kepada KORAN SINDO, kemarin.
Kawasan yang diduga sebagai kawah itu terletak ditepian hulu Sungai Cipalasari yang menjadi bagian dari anak Sungai Cibelegener. Kawasan itu berupa tempat terbuka yang di penuhi beberapa lubang yang aktif menyemburkan cairan dan asap putih berbau belerang. Untuk sampai kelokasi tersebut, warga harus menempuhnya dengan bejalan kaki selama lima jam dari Desa Pulosari.
“Kami tidak berani mendekati lokasi itu karena khawatir semburannya mengandung gas beracun. Sebab tanaman yang berada di sekitar tempat itu juga terlihat mati,” tuturnya. Kepala Desa Pulosari Eko Pujiarto mengungkapkan, temuan ini telah dilaporkan kepada Pemkab Sukabumi maupun Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak selaku pengelola kawasan hutan Halimun-Salak.
Diakui Eko, atas temuan tempat yang diduga kawah tersebut, kekhawatiran warga kini bertambah. “Warga semakin khawatir, bukan hanya karena tercemarnya aliran sungai saja, tetapi lokasi tempat yang diduga kawah itu berada tidak jauh dari kaki gunung. Kami harap pemerintah daerah maupun Balai Taman Nasional segera menindaklanjuti temuan itu agar tidak ada lagi kekhawatiran warga,” tegasnya.
Toni kamajaya
(ftr)