Era Disrupsi Teknologi, Kedokteran dan Digital Harus Berkolaborasi

Kamis, 24 Januari 2019 - 13:14 WIB
Era Disrupsi Teknologi,...
Para pakar kesehatan datang di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) QS Subject Focus Summit Medicine di Hotel Bumi Surabaya, Kamis (24/1/2019).Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Dunia kedokteran harus siap menghadapi era revolusi industri 4.0. Kolaborasi digital dan kedokteran diharapkan bisa terwujud menghadapi tantangan di era disrupsi teknologi.

Rektor Universitas Airlangga ( Unair ) Prof Nasih menuturkan, perkembangan teknologi ke depan dalam era revolusi industri 4.0 harus disiapkan dengan matang. Tantangan itu harus dipersiapkan termasuk di bidang kesehatan.

Salah satunya yang bisa dikembangkan seperti adanya kecerdasan buatan atau artificial intelegence, pengembangan nanotechnology. Bahkan, pengembangan big data, new material, 3d printing, dan internet of things juga harus direspons dengan baik.

”Kita harus bersiap menghadapi era disrupsi teknologi. Kita harus bersiap dengan solusi yang mengabungkan physical domains, digital, dan biology,” ujar Nasih ketika ditemui di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) QS Subject Focus Summit Medicine di Hotel Bumi Surabaya, Kamis (24/1/2019). (Baca juga: Buka Pelayanan Endoskopi, RS Unair Bidik Pasien Non-BPJS)

Ia melanjutkan, dalam era disrupsi teknologi pihaknya berkomitmen menjadi universitas sebagai pusat pengembangan penelitian kesehatan. Apalagi Unair memiliki Rumah Sakit Pendidikan Universitas Airlangga, Rumah Sakit Gigi dan Mulut, dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan serta pusat penelitian penyakit tropis, Institute of Tropical Desease (ITD).

“Konferensi seperti ini diharapkan bisa menelurkan gagasan-gagasan baru untuk kemajuan ilmu kesehatan dan kedokteran. Baik untuk memberikan dampak positif bagi keilmuan di Indonesia, maupun untuk perkembangan keilmuan di kancah internasional,” ungkapnya.

Chief Executive Officer QS Asia Quarquarelli Symonds Singapore, Mandy Mok menuturkan, QS Subject Focus Summit Medicine akan mengakomodasi berbagai topik yang relevan dengan para pemimpin akademik dan profesional di bidang medis dan kesehatan.

Para praktisi medis didorong mampu meningkatkan pengetahuan mereka dengan berbagai cara. Termasuk di antaranya melalui jurnal medis, seminar, konferensi, dan program online. Diperlukan pula bagi para pemimpin dalam pendidikan kedokteran yang perlu mengikuti perkembangan interdisipliner dan global terbaru.

Indonesia, katanya, merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang besar. Makanya, problematika jumlah penduduk itu menjadi salah satu objek penelitian yang potensial, khususnya terkait dengan kesehatan. “Pertemuan ini ditujukan untuk mendiskusikan topik-topik kesehatan untuk memajukan keilmuan kesehatan dunia,” ucapnya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.1400 seconds (0.1#10.140)