Lika-liku Kisah Perjalanan 'Anak Garuda' yang Menyenangkan

Selasa, 14 Januari 2020 - 14:55 WIB
Lika-liku Kisah Perjalanan...
Jajaran para pemain dan kru berfoto di panggung sebelum penayangan film Anak Garuda. Foto/Dok.WWCOMM
A A A
JAKARTA - Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI), yang berada di Kota Batu, Jawa Timur (Jatim), menjadi ladangnya inspirasi dan motivasi khususnya bagi milenial.

Tak hanya menyediakan pendidikan gratis bagi siswa-siswi dari kalangan miskin. Sekolah SPI juga mengajak dan mengajar seluruh siswanya untuk memutus rantai kemiskinan secara sistematis, dengan menjadikan mereka entrepreneur muda yang sukses di berbagai bidang.

Kini, kisah siswa-siswi ini diangkat ke layar perak dengan judul 'Anak Garuda' sebagai film perdana yang diproduksi Butterfly Pictures, salah satu unit usaha yang dikelola langsung oleh siswa-siswi dan alumni sekolah gratis bagi kalangan miskin ini.

Kisah-kisah di Sekolah SPI adalah kisah-kisah tentang perjuangan tak kenal menyerah, serta sinergi mengatasi perbedaan untuk maju bersama.

Film yang terinspirasi kisah nyata perjuangan para pahlawan milenial ini, diangkat ke layar lebar melalui tangan dingin penulis Alim Sudio dan besutan sutradara Faozan Rizal dan Verdi Solaiman.

Sederet nama bintang muda yang tengah bersinar pun diminta memerankan tujuh tokoh nyata ini. Tissa Biani berperan sebagai Sayidah, Violla Georgie sebagai Yohana, Ajil Ditto sebagai Robet, Clairine Clay sebagai Olfa, Geraldy Kreckhoff sebagai Wayan, Rania Putrisari sebagai Sheren, Rebecca Klopper sebagai Dila dan Kiki Narendra yang berperan sebagai Koh Jul, atau Julianto Eka Putra, serta sederet nama populer lainnya seperti Rizky Mocil, Fatih Unru, Jenny Zhang dan Krisjiana Baharudin.

Pengambilan gambar berlangsung di Kota Batu, dan beberapa kota di Eropa, sesuai kisah aslinya. Film ini bisa dinikmati mulai 16 Januari 2020 di bioskop seluruh Indonesia. Selain sebagai co-sutradara, aktor watak papan atas Verdi Solaiman juga bertindak sebagai produser film ini.

Ditemui saat Press Screening dan Gala Premiere film 'Anak Garuda', Verdi Solaiman produser dan co-sutradara 'Anak Garuda' menyatakan dirinya terinspirasi kisah perjuangan yang ada di Sekolah SPI.

"Aslinya, saya ini memang sangat terkesan dengan siswa-siswi Sekolah SPI ini. Tak cuma sanggup mengatasi hambatan pribadi yang rumit, seperti self-esteem dan percaya diri, mereka semua serius mengasah skill agar bisa jadi usahawan muda yang sukses, lalu mereka juga mampu membentuk tim kerja yang efisien dan valuable," ujarnya.

Berbagai tempaan, menurutnya yang menjadikan mereka pribadi-pribadi yang berintegritas tinggi, padahal masih sangat muda. "Saya rasa, ini perlu disampaikan kepada masyarakat, karena ini kisah nyata dan kisah sukses, bukan cuma teori di atas kertas," imbuhnya.

Harapannya film ini bisa menjangkau seluruh kalangan masyarakat, karena film ini cocok untuk semua lapisan, dari anak-anak muda remaja yang sedang mengejar cita-cita, hingga orang tua yang memberi arahan.

"Bahkan bagi calon pengusaha muda yang mau bikin startup, saya sarankan nonton 'Anak Garuda'. Kalau anak-anak Sekolah SPI yang dari kalangan miskin saja bisa, apalagi kita yang dari kalangan lebih beruntung, juga pasti bisa," papar Verdi.

Sekolah SPI memang sekolah yang unik. Dibuka pada 2007 di atas lahan seluas lima hektar, kini luasnya sudah mencapai 21 hektar sebagian besar dialokasikan untuk unit-unit bisnis yang dikelola para siswa dan alumni, mulai dari peternakan, pertanian, perhotelan, pertunjukan, pariwisata, hingga produksi film.

Setiap tahun Sekolah SPI menerima 100 siswa baru untuk jenjang SMA. Meskipun siswa-siswi Sekolah SPI seluruhnya datang dari keluarga tidak mampu, namun dari beragam latar belakang agama maupun daerah asal.

Di Sekolah SPI, mereka diajar dan diajak berjuang bersama, bertoleransi dan bekerja sama untuk mengubah nasib dan memutus rantai kemiskinan keluarga mereka. Kini, sebagian alumninya telah menjadi wirausahawan sukses dengan omzet miliaran rupiah dan mampu menjamin keberlangsungan Sekolah SPI bagi adik-adik kelas mereka.

Film 'Anak Garuda' terinspirasi kisah nyata tujuh alumni Sekolah SPI di tahun-tahun awal berdiri. Ceritanya berangkat saat Julianto Eka Putra sang inisiator (biasa dipanggil Koh Jul) mengajak tujuh anak dengan latar belakang (suku, agama dan ras) berbeda – Sheren, Olfa, Wayan, Dila, Sayidah, Yohana, dan Robet menjadi satu tim yang membantunya mengelola operasional sekolah dan unit-unit bisnis.

Namun menyatukan mereka bukan persoalan sederhana. Pertengkaran dan keributan silih berganti, mulai dari salah paham hingga rasa iri dan cemburu. Tambah lagi, bibit-bibit cinta terpendam di antara mereka, menambah munculnya potensi perpecahan.

Satu-satunya yang bisa merekatkan adalah figur Koh Jul. Namun hingga kapan ketergantungan ini terjadi? Akhirnya Koh Jul melepas ketujuh anak tersebut berangkat ke Eropa tanpa didampingi.

Di Eropa, semua yang ditakutkan, menjadi kenyataan. Pertengkaran dan keributan meledak, perpecahan di depan mata. Di Eropa, ketujuh anak muda ini, harus bersama-sama membangun kembali fondasi kebersamaan yang sebelumnya dibangun Koh Jul, sambil menjalankan tugas belajar mereka di Eropa.

Seperti apa cara mereka mengelola konflik dan mencipta harmoni kembali? Semua bisa dipelajari dengan menyenangkan di film 'Anak Garuda', mulai 16 Januari 2020 di berbagai bioskop di seluruh Indonesia.

Turut berbicara saat Press Screening dan Gala Premiere film 'Anak Garuda', Yohana Jusuf, Produser dan alumni Sekolah SPI serta salah satu karakter yang diperankan di film mengaku bahwa meskipun mengangkat kisah nyatanya sendiri, tetapi membuat film 'Anak Garuda' ini memberi tantangan tersendiri baginya.

"Begitu banyak nilai dan sari kehidupan yang kami dapatkan di SPI yang rasanya semua bernilai untuk diceritakan kembali ke masyarakat, tetapi kami tidak boleh lupa bahwa medium film juga bertujuan memberi hiburan yang inspiratif untuk masyarakat, apalagi dengan target penonton para milenial yang tentunya tidak ingin diceramahi lewat film. Maka tantangan film ini adalah bagaimana menyajikan pengalaman hidup kami ini lewat perspektif yang fresh, mudah diikuti, sambil tetap menyenangkan dan menghibur bagi penonton," ungkap Yohana.

Aktris muda Violla Georgie yang memerankan karakter Yohana di film mengakui kecanggungannya memerankan Yohana. "Tidak seperti peran biopik biasa, tokoh yang saya perankan benar-benar hadir di lokasi shooting sebagai produser. Bergaul dengan Yohana saat shooting, membuat saya semakin minder, karena di usia yang sangat muda, Yohana sudah menunjukan leadership-nya, serta mencapai begitu banyak hal, termasuk memimpin beberapa unit bisnis yang sukses. Di 'Anak Garuda', saya harus menampilkan determinasi dan kukuhnya tekad Yohana untuk mencapai sukses, meskipun terpaksa berkonflik dengan teman-temannya," ungkap Violla yang juga berkesempatan menunjukan kegapaiannya memainkan biola di film ini.

Sementara itu, Tissa Biani yang berperan sebagai Sayyidah juga mengakui banyak hal menarik yang dijalani sepanjang shooting. "Karena SPI ini sangat serius membangun team work, maka kami seluruh casts dikondisikan menjadi team work juga sejak awal. Ini bermanfaat sekali untuk membangun chemistry antara kami sepanjang film. Di 'Anak Garuda', karakter Sayyidah, dinamikanya banyak bergesekan dengan Yohana dan Olfa. Karena sejak awal dibagun team work yang harmonis, maka saya nyaman sekali beradu peran dengan Violla Georgie dan Clairine Clay yang memerankan Yohana dan Olfa. Saksikan serunya dinamika kami di bioskop mulai 16 Januari. Selain itu, film ini sangat memotivasi saya pribadi bagaimana perjuangan teman-teman dari kalangan kurang mampu bisa berhasil dan sukses menggapai impiannya, membuat saya ingin belajar untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi," ungkap Tissa Biani.

Hal yang sama diutarakan juga Krisjiana Baharudin yang berperan sebagai Rocky. "Meskipun karakter saya fiktif dan dikombinasikan dari berbagai karakter lain, tetapi dengan team work yang dibangun di antara kami sejak pra produksi, kami bisa dengan ringan beradu peran dengan seluruh karakter lain di film ini. Saya sendiri bersyukur, di karir yang masih cukup awal, saya mendapat peran yang ‘tidak biasa’, sehingga ditantang tampil sebaik mungkin dan harus meyakinkan semua orang. Selebihnya, film ini sendiri sangat menyenangkan, banyak inspirasi untuk anak muda, tetapi tidak preachy dan kita akan dibawa ke tempat-tempat eksotis, mulai dari Jawa Timur hingga ke Eropa Barat. Pokoknya seru ditonton seluruh keluarga deh," ungkap Krisjiana dengan yakin.

Dengan durasi 129 menit, 'Anak Garuda' siap meramaikan dan menebar inspirasi melalui layar perak di awal 2020 ini. Film ini ditargetkan mampu menyentuh berbagai kalangan seperti anak muda, orang tua, guru, hingga pemimpin, akan memberi inspirasi untuk memiliki spirit 'Anak Garuda' yang tangguh dan pantang menyerah, memiliki mental pejuang yang siap menaklukkan setiap masalah dalam hidup, membangun team work dan persahabatan, hingga menjadi pemimpin yang bersahaja.

Sebagai sebuah film, 'Anak Garuda' juga jadi film anak muda yang ringan, lucu, segar dan menyenangkan. Berbagai value di film ini akan disampaikan dengan subtil, sehingga tidak menggurui dan bisa dipahami sambil tertawa terbahak-bahak menyaksikan tingkah polah jenaka para pemainnya di film.

Selain di layar perak, lagu tema 'Anak Garuda' yang dinyanyikan oleh Cokelat juga sudah bisa didengarkan dan diunduh di platform musik streaming daring seperti Spotify, JOOX dan lain-lain. Webtoon 'Anak Garuda' juga bisa dinikmati di LINE Webtoon secara cuma-cuma.

"Saya berharap film ini bisa diterima masyarakat Indonesia, sehingga makin banyak input bagi kami di SPI tentang bagaimana mendidik anak-anak muda Indonesia dengan cara baru yang memberdayakan mereka. Mari kita tertawa bersama, menangis bersama dan terpukau bersama di bioskop, sambil meyakini bahwa anak-anak muda kita akan mampu menghadapi berbagai tantangan masa depan dengan semangat dan optimisme," ungkap Julianto Eka Putra atau Koh Jul, pendiri SPI.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.2272 seconds (0.1#10.140)