Reog Singo Dirgantoro Memukau di Festival Nasional Reog Ponorogo

Kamis, 29 Agustus 2019 - 09:09 WIB
Reog Singo Dirgantoro Memukau di Festival Nasional Reog Ponorogo
Penampilan Reog Singo Dirgontoro Lanud Iswahjudi, memukau paara penonton yang hadir di Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP). Foto/Ist.
A A A
PONOROGO - Tepuk tangan riuh para penonton, tidak henti-hentinya berkumandang di Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) yang digelar di Alun-alun Kabupaten Ponorogo.

Para penonton terpukau dengan penampilan paara penari reog dari Reog Singo Dirgantoro Lanud Iswahjudi, yang turut tampil memeriahkan festival kesenian tradisional khas Ponorogo ini.

Para pemain Reog Singo Dirgantoro tampil bak pemain sirkus yang sedang beratraksi di atas panggung. Mulai dari jatil warog tuwo, warog, dadak merak, bujang ganong, klono sewandono, semua memainkan perannya masing-masing. Seperti orkestra hidup, semua pemain memainkan perannya dengan baik.

Paguyuban Seni Reog Singo Dirgantoro yang dibentuk 2 Februari 2018, sudah beberapa kali tampil dalam berbagai kegiatan, dan FNRB. Setiap tampilannya, selalu menghadirkan riuh antusiasme masyarakat untuk menyaksikannya.

Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI Widyargo Ikoputra mengungkapkan, Reog Singo Dirgantoro merupakan kebanggan Lanud Iswahjudi, dan menjadi duta-duta kebudayaan yang menjunjung tinggi kearifan lokal.

Melalui usaha keras dan latihan yang terus-menerus di bawah asuhan seniman Mas Anggono, Mas Deni Dodo, dan Mas Orien, Reog Singo Dirgantoro yang berjumlah 94 pemain, mampu tampil apik dan enerjik di ajang FNRB.

Waktu yang disediakan oleh panitia selama 25 menit, mampu digunakan maksimal oleh Reog Singo Dirgantoro. Ketua paguyuban Reog Singo Dirgantoro Lanud Iswahjudi, Letkol Sus. Iwan Setyo menyebutkan, Reog Singo Dirgantoro diajang FNRB menampilkan lakon Prabu Klono Sewandono dengan pecut (Cemeti) Samandiman, melamar Dyah Ayu Songgo Langit dari Kediri.

"Raja Kediri mengadakan sayembara untuk peminangan putrinya dengan persyaratan, dibuatkan terowongan bawah tanah dalam waktu semalam, menginginkan binatang dengan bentuk satu badan dua kepala, menciptakan kesenian yang belum ada di tanah Jawa sebagai iring-iringnan pernikahannya," ujarnya menjelaskan jalannya cerita yang dipentaskan.

Prabu Sri Klono Sewandono menyanggupi persyaratan tersebut, akan tetapi pasukan tersebut dihadang oleh Sang Singo Barong, dan terjadilah pertempuran yang dimenangkan Sang Singo Barong.

Kemudian Patih Pujonggo Anom melaporkan kejadian tersebut kepada Prabu Sri Kelono Sewandono, akhirnya Prabu Sri Kelono Sewandono, turun langsung maju di medan laga menghadapi Raja Singo Barong yang dimenangkan oleh Prabu Sri Kelono Sewandono.

Sebagai tanda penghormatan kepada Raja Kediri, kepala Singo Barong dan Burung Merak disatukan untuk melengkapi serah-serahan kepada kerajaan Kediri. Inilah awal cerita lahirnya Reog Ponorogo.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8821 seconds (0.1#10.140)